Alesha sedang menggunting kuku saat aku tiba di kosannya pukul 5 sore.
Ku lihat laptopnya terbuka, ia pasti tengah mengerjakan skripsi, sebelum tiba-tiba menemukan jalan buntu hingga akhirnya ia memutuskan untuk menghabisi seluruh kuku panjangnya.
"Gimana skripsi lo Le? Tadi jadi bimbingan?" Tanyaku sambil membuka sepatu dan meletakannya di rak sepatu Ale. Ada segelas jus jeruk dingin disamping Ale, sepertinya sedang manggil-manggil minta disambar.
"Jadi Bil, Alhamdulillah," Ale lalu nyengir memamerkan barisan giginya yang rapih. Ku tebak dia akan mengabarkan berita baik tentang skripsinya.
"Acc seminar proposal Le? Alhamdulillah... ayo bikin PPT! Aku bantuin!" Sambil menyambar jus jeruknya Ale yang ternyata seger banget masuk ke tenggorokan yang terasa kering setelah emosi sama Alfaro.
"Alhamdulillah revisi lagi maksudnya, hahaha," Tawanya menyebalkan, minta di toyor.
"Oh iya Bil, tadi ayahmu ksini. Nanyain Nabila kapan pulang katanya?"
"Oyah, terus kamu jawab apa?" Tanyaku sambil nyamber cilok bumbu kacang yang letaknya tetanggaan sama jus jeruk tadi.
"Nggak tau." Jawab Ale singkat.
"Udah gitu doank? Terus ngapain lagi dia?"
"Iya dia bilang Nabila suruh pulang. Terus dia juga bawa camilan sama buah banyak banget. Tuh." Ale menujuk ke sebuah kardus besar berisi makanan ringan dan buah.
"Buset, banyak banget Le. Itu buat kita atau buat menyantuni anak yatim sih? By the way, aku kepikiran deh buat pulang malem ini. Thanks ya Le sudah bersedia menampung selama hampir satu bulan ini."
"Hah, serius balik sekarang?" Alesha tampak kaget.
"Iya Le, nggak enak aku numpang terus disini. Ngerepotin kamu," jawabku sambil mulai beres-beres. Tidak lupa ku kirimkan WA ke Papa.
Me: Papa, jemput Nabila di kosan Ale sekarang ya, hehe
"Ih apaan, seru kali Bil. Aku jadi ada temen ghibah. Kapan-kapan aja sih pulangnya."
"Hehe, gampang lah, tiap hari juga bisa ketemu. Bisa ghibah."
Ku masukan laptop ke tas ranselku sebelum membuka sms dari hape yang bergetar.
Papa: Papa sudah di dpn ya Bil
Sesuai dugaanku, tidak sampai 15 menit Papa sudah tiba di kosan Ale untuk menbawa aku pulang. Papaku memang tipikal orang tua yang tidak mau membuat anaknya menunggu lama.
Setibanya di rumah, ibuku juga tidak membahas tentang aku yang kabur dari rumah sama sekali. Semuanya sudah kembali seperti biasa, tidak ada marah, ataupun kecewa. Kami makan, dan berbincang seperti biasanya. Seperti tidak terjadi apa-apa.
Malamnya aku tidak bisa tidur. Terlalu banyak pertanyaan berputar-putar di kepalaku. Apakah iya memang aku yang keterlaluan? Benarkah aku memang perempuan paling ribet di dunia? Atau memang Al yang bajingan? Lalu aku harus bagaimana? Apakah aku benar-benar sudah siap kehilangan Al? Haruskah aku yang mendatanginya lagi dan meminta maaf? Atau haruskah ku akhiri saja hubungan ini agar dia tau aku punya harga diri? Bagaimana kalau ku balas dulu rasa sakit hatiku pada Al sebelum dia ku campakkan?
Atau jangan-jangan justru aku yang egois? Aku bahkan sudah tidur dengan Yoga. Walau tidak melakukan apa-apa, Al pasti akan kecewa kalau sampai tau. Bagaimana ini? Aku semakin bingung.
***
Sepasang pelanggan datang saat aku baru keluar dari toilet.
"Mereka pesen apa Tha?"
![](https://img.wattpad.com/cover/211284556-288-k728927.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Commuter Line
RomanceTerlahir cantik dengan deretan mantan di usia yang belum genap 22 tahun, bukan jaminan seseorang merasa bahagia. Sierra Salwa Nabila, justru menghadapi kehidupan yang rumit saat ia akhirnya jatuh cinta pada seorang pria cuek bernama Alfaro yang tanp...