Welcome to Wonderland, we've got it all
Potions and pastries that make you grow tall
Forests and cottages, castles and cards that can talkCEWEK berpipi tembam dengan rambut ikal itu membuka matanya yang sipit. Beberapa kali ia mengusap wajah, berusaha membuat dirinya benar-benar terjaga.
Suara alunan lagu terdengar samar, Davia mencoba memejamkan mata dan mengikuti alunan itu. Perlahan, ia bangun dan melangkahkan kaki sambil tetap memejam.
Welcome to Wonderland, look where you're at
Maddest of hatters, the Cheshire Cat
Magical cabins and lovely white rabbits with clocksSemakin jauh ia melangkah semakin terdengar jelas alunan lagu yang merdu itu. Hati Davia terasa begitu hangat dan penuh, entah oleh apa. Ia bahkan tidak takut untuk terus melangkah meskipun matanya tetap terpejam.
Aroma cupcake yang baru matang tercium, membuat cewek itu merasa lapar. Belum lagi riuh alunan lagu yang terus memanggil, Davia benar-benar terhanyut di sini.
Padahal, ia ingat bahwa ia pergi tidur semalam setelah puas menangis. Rasa rindu yang terus mendobrak paksa dinding pertahanannya tidak lagi bisa ia tahan. Konyol? Memang. Bahkan kakak kelasnya, Devan, baru meninggalkannya selama satu tahun. Tidak benar-benar meninggalkan, karena Devan tetap ada di sekitarnya, hanya saja tidak tersentuh—ia tidak bisa didekati, diajak becanda, ataupun menemani hari-hari seperti dulu.
Dancing through a dream underneath the stars
Laughing 'til the morning comes
Everyone that leaves has a heavy heart, oh, Wonderland I love"Selamat datang di Wonderland!"
Mata Davia langsung terbuka, kakinya berhenti melangkah. Mulutnya terbuka, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seekor kelinci yang berdiri dengan kedua kaki, memegang topi di tangan sebelah kiri, tersenyum ke arahnya.
"A-apa?" tanya Davia tidak percaya.
"Wonderland," ulang kelinci itu lagi. "Hanya orang yang mempunyai hati murni yang bisa sampai di sini. Ayo, aku ajak kau berkeliling."
Welcome to Wonderland, I'll be your guide
Holding your hand under sapphire skies
Let's go exploring or we could just go for a walk"Apa yang ingin kaulihat?" tanya kelinci itu.
Davia terdiam. Ia memandangi langit yang indah, pepohonan yang menenangkan. Semuanya cukup. Hanya ada satu yang ia inginkan ada di sini. Kak Devan.
Welcome to Wonderland, where should we go
There's a tea party along down the road
Make an appearance and maybe they'll sing us a song"Nanti di ujung jalan setapak ini ada beberapa warga hutan Wonderland yang berpesta," ucap si kelinci memberi penjelasan, "akan ada pesta makanan, minum teh, dan juga beberapa orang yang bernyanyi sambil berdansa."
Davia mengangguk, menerima penjelasan si kelinci. Keduanya terus berjalan menyusuri hutan. Tidak begitu jauh di depan, Davia melihat beberapa kunang-kunang beterbangan dan alunan musik semakin kencang.
"Jadi, apa yang ingin kamu lihat di sini, Davia?"
"Yang ingin kulihat ... mungkin tidak ada di sini," jawab Davia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories of Algebra (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaDavia pernah begitu mencintai angka, sampai ia tiba-tiba terjebak di dalam dunia Roleplayer-dunia kedua yang mampu mengabulkan apa pun yang ia inginkan. Devan-kakak kelas sekaligus rekan tim olimpiade matematikanya-memaksa Davia untuk kembali pada k...