"Nes, nilai gue ini bener kan?" Tanya Devan sambil memegang kertas ulangan.
Nesya mengangguk, tadi yang memeriksa kertas ulangan harian Devan itu Nesya.
"Iya udah bener, gue gak sejahat itu ya Dev, memanipulasi Kertas ulangan orang" cebik Nesya
Devan terkekeh.
"Hehehe..becanda.."
Tisha menggerucutkan bibirnya, tadi katanya mau ke kantin? Lama bener..
"Nes, jadi gak?" Tanya Tisha.
Nesya menoleh ke belakang.
"Jadi, udah ya Dev, gue sama Tisha mau ke kantin" ucap Nesya.
"Nah tuh! Denger! Mau ke kantin!" Ketus Tisha.
Devan memutar bola matanya, malas.
Dia pergi dan dengan sengaja membody Tisha.
"Kampret!" Gerutu Tisha kesal, dia mengambil ancang-ancang untuk meninju Devan, tadi Devan dengan cepat berlari pergi sebelum singa ngamuk:v
"Rese bener sih itu si kampang?! Kesel gue liatnya!" Sungut Tisha merasa kesal.
Nesya tertawa.
"Hahaha.. kalian tuh yaa, Selalu aja berantem, kaya anjing sama kucing" ucap Nesya.
Tisha melongo?
"Kampret juga ya Lu?! Itu si Devan yang anjingnya, gue kucingnya" ucap Tisha.
Nesya targelak lagi.
"Yaudah- yaudah, udah yuk!" Aja Nesya.
Tisha mengangguk lalu mereka berdua pergi ke kantin.
Saat di kantin Tisha tak sengaja bersenggolan dengan Maha.
Doi yang Tisha suka, tapi doi gak suka Tisha, Tisha tuh dulu sempat ngejar-ngejar si Maha, tapi karena Maha ga ada tanggapan, akhirnya Tisha mundur dan mulai mengacuhkan Maha.
"Tish, Maha tuh" bisik Nesya pada Tisha.
Tisha mengangguk.
"Tau gue.." ucapnya.
Lalu mereka berdua berjalan melewati Maha dan teman-teman, saat Tisha ingin duduk di salah satu bangku yang ada di kantin, tiba-tiba Maha menahan tangannya, membuat Tisha menggernyit.
Dia menatap tangannya yang di genggam Maha.
"Apa maksudnya nih?" Tanyanya dengan wajah Flat nya.
Maha tetap gak melepas genggamannya.
"Kok berhenti?" Tanya Maha.
Berhenti apa? Tisha bingung, tapi sedetik kemudian Tisha paham.
"Cewek itu di kejar, bukannya mengejar" ucap Tisha, lalu dia menepis tangan Maha dan kembali duduk melanjutkan makannya.
Maha terdiam sambil menatap ke Tisha yang di balas acuhan oleh Tisha.
Akhirnya Maha memilih untuk kembali ke meja bersama teman-temannya.
"Lo bener gak suka lagi sama itu anak?" Tanya Nesya.
Tisha terdiam.
"Gue masih suka sih, tapi..rasanya gue capek untuk ngejer dia lagi, buang-buang waktu, cowok kalo di kejar semakin semena-mena, Coba kalo kita cuek, pasti tuh cowok bakalan ngerasain kehilangan" Ucap Tisha panjang.
Nesya mengangguk membenarkan
"Iya sih, Lo bener..tapi..kenapa kak Dika enggak ya? Padahal selama ini gue kaya gak mengharapkan dia, tapi dia B aja sama gue" ucap Nesya lesuh.
Tisha terdiam dia kasihan sama sahabatnya ini.
"Dia itu sebenernya suka, tapi mungkin belum saatnya aja dia deketin Lo" ucap Tisha.
"Semoga aja gitu" ucap Nesya.
"Udah sampe nih makanan, mending kita makan karena bentar lagi pelajaran penjas" ucap Tisha yang di angguki Nesya.
••
"Yah pak..masa bola basket? Yang lain ngapa pak?!" Protes Tisha.
"Apaan? Enak kok bola basket" ucap Rira, teman satu kelas Tisha.
Tisha mencebik.
Iya enak..untuk kalian yang bisa main, lah gue apa?!
Batin Tisha berbicara."Yaudah terserah" ucap Tisha Acuh
"Oke, satu-satu coba untuk lempar bola basket ke ring, dengan gerakan shoot ya" ucap Pak Asfan, guru penjas.
"Iya paakk!" Seru Semua nya.
Lalu semua pun mencoba, di mulai dari anak laki-laki hingga perempuan.
Dan kini tiba giliran Tisha yang mencoba, sudah berulang kali dia gak bisa
"Ahh nyerah saya pak!" Ucap Tisha kesal.
Pak Asfan tergelak.
"Masa gitu aja nyerah.." ledek nya."Tau ah pak!" Ketus Tisha.
Tisha memilih menjauh dari kerumunan teman-temannya itu dan memilih untuk menyendiri sambil bermain iPhone nya.
"Sini gue ajarin"
Tisha mendongak untuk melihat orang yang mengajaknya berbicara.
"Gak!" Tolak Tisha dengan nada ketus.
Devan menghela nafas...
Iya, yang menawarkan bantuan itu Devan.
"Ntar nilai penjas Lo rendah, udah semua mata pelajaran nilai Lo rendah lagi" Cibir Devan.
Tisha yang mendengar cibiran Devan itu menatapnya tajam.
"Jadi ceritanya Lo ngeledek gua?" Tanya Tisha santai.
"Ya enggak, udah lah! Mau gak nih? Mumpung gue lagi baik" ucap Devan lagi.
Tisha terdiam sebentar sampai akhirnya dia mengangguk.
"Oke lah" ucap Tisha.
Setelah mendengar jawab Tisha, Devan pun mengajari Tisha cara bermain basket, dan Alhamdulillah Tisha udah bisa.
"Huftt capek!" Eluh Tisha.
"Kantin skuy?" Tawar Devan.
Tisha mengangguk.
"Kuy lah , tapi Lo yang traktir ya?" Ucap Tisha.
"Aman" jawab Devan.
Jam olahraga tinggal satu les lagi, jadi mereka bisa ke kantin.
"Dev, gue mau ngomong sama Lo" ucap Tisha dengan nada serius, dia menatap Devan.
Saat ini mereka berada di kantin.
Devan menaikkan alisnya, masih tetap dengan kegiatan nya yaitu minum es.
"Lo..kalo ke cewek itu gausah sok lembur, apalagi ngeggombalin cewek, yang ada pacar Lo kasian" ucap Tisha.
Devan terdiam
"Gue udah siap, thanks traktirannya, btw kita hari ini masih Adem, besok pasti berantem lagi" ucap Tisha di sertai senyumannya, dia menepuk pundak Devan kemudian berlalu.
Devan menatap kepergian Tisha.
"Gue udah bosen, dan sayangnya hati gue gak menetap ke dia lagi.." lirih Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan dua Kutub Magnet
Teen FictionIni tentang kisah anak Adam dan hawa yang setiap bertemu selalu bertengkar, tak pernah akrab. Mereka seperti magnet yang berjenis sama, di dekatkan selalu berjauhan saling bertolak belakang. "Anjiirr..Devan Lo ngapain disini?! Nguntitin gue kan?!" T...