25

190 6 9
                                    

"kalian baru lulus, dan belum mendapat ijazah sudah mau menikah??"

Devan dan Tisha terdiam kala mendengar jawaban dari papa Tisha.

"Kami udah lulus! Tinggal ijazah aja yang belum keluar!" Jawab Tisha acuh.

"Tisha!" Papa Tisha sedikit membentak.

"Pokoknya Tisha gak mau tau! Papa harus ijinin Tisha untuk menikah! Toh Tisha disini gak ada gunanya, papa sama Mama gak pernah peduli sama Tisha" ucap Tisha acuh.

Saat papa Tisha ingin berseru mama Tisha menahan.

"Udah Pah.."

"Maaf sebelumnya om, saya yakin dengan keputusan saya, walaupun saya baru selesai sekolah saya mampu menghidupi anak Om dan Tante" kata Devan sopan.

"Apa yang kamu punya?"

"Saya punya Usaha Caffe yang Alhamdulillah berkembang dengan pesat dan mempunyai beberapa cabang di Jakarta" jawab Devan sopan.

Mama dan Papa Tisha terdiam, mereka saling tatap.

••>>>

"Udah, Lo masuk aja sana! Apapun jawaban orang tua Lo, gue tetap perjuangin Lo kok" kata Devan sambil tersenyum, dia mengelus pucuk kepala Tisha.

Tisha tersenyum tipis.

"Sorry ya? Orang tua gue emang matre! Gue sih gak peduli Lo gak ada kerjaan atau ada, lagian kita bisa cari sama-sama!" Ucap Tisha panjang.

Baru kali ini Devan mendengar Tisha berujar panjang setelah sekian lama.

Dan dia suka mendengar jawaban Tisha.

"Iya, gue tau kok" kata Devan

"Udah sana masuk!" Kata nya lagi.

Tisha memberengut.

"CK! Yaudah! Lo hati-hati!" Pesan Tisha.

Devan mengangguk seraya mengacungkan jempol nya.

"Ashiiaapp" seru Devan kemudian Devan pergi.

Setelah kepergian Devan Tisha memilih untuk masuk ke dalam rumah.

"Kamu kenal Devan dari mana?" Tanya Mama Tisha dengan tatapan menyelidik.

"Sekolah!" Jawab Tisha acuh tak acuh, dia melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

"Huftt" Mama Tisha menghela nafas melihat sikap anak bungsunya itu.

••

"Lo bener mau nikah?"

Itu pertanyaan yang terlontar dari bibir Rangga.

Dia memasuki kamar Tisha tiba-tiba yang membuat Tisha kaget dan kesal.

Dia kaget akan kedatangan Rangga dan kesal karena Rangga masuk dengan tiba-tiba.

Padahal saat ini dia sedang mengenakan pakaian minim.

"Lo bisa gak sih! Masuk ketuk pintu?! Gak sopan banget tau gak!!" Pekik Tisha.

Rangga terdiam, pandangannya menuju ke Tisha.

Saat Tisha tau apa yang di tatap Rangga, Tisha langsung membungkus tubuhnya dengan selimut.

"Mata Lo di jaga!"

Rangga terkesiap.

"Gue cuma mau nanya! Apa itu bener?" Tanya Rangga.

"Ya!"

Rangga melongo.

"Emang masih ada yang mau sama barang BEKAS kaya Lo? Apa dia belum tau tentang hal itu?" Kata Rangga yang membuat Tisha sakit hati.

Barang bekas katanya??

"WOI MONYET! PUNYA MULUT ITU DIJAGA!!" Teriak Tisha kesal, dia melempar gelas ke arah Rangga

Tisha tak peduli jika gelas itu akan mengenai Rangga, dia terlalu sakit hati dengan perkataan Rangga.

Dan beruntungnya Rangga dia mampu mengelak dari lemparan gelas Tisha.

Rangga tersenyum sinis.

"Gue emang bener"

"Iya! Lo bener! Gue barang bekas! Gue rusak! Dan Lo tau siapa yang buat gue gini! Orang itu elo! Sadar diri Anjing! Lo yang buat gue kaya giniii!!" Ucap Tisha berusaha santai walau dalam hati menggebu ingin membunuh Rangga.

Katakan lah Tisha kejam, tapi itulah adanya.

Dia sangat membenci Rangga hingga rasanya ingin melenyapkannya.

Rangga mengepalkan tangannya, dia marah!

Rangga berjalan menggebu menghampiri Tisha, di tolaknya Tisha yang membuat Tisha jatuh terlentang di ranjang.

Tisha takut..

"Mau apa Lo bangsat!!"

"Mau lakuin apa yang udah pernah gue lakuin ke Elo!" Kata Rangga santai.

Gila!

Itu yang ada di fikiran Tisha.

Mana ada Abang yang seperti Rangga ini??

"LEPAS!!"

"MAMAAAAA!! PAPAAAA TOLONGGGG!!" Teriak Tisha.

Rangga tersenyum sinis.

"Teriak sesuka Lo! Mama sama papa gak ada! Di rumah cuma ada kita berdua!" Ucap Rangga, lalu dia merangkak menaiki tubuh Tisha.

Dan yah, sekarang Rangga berada di atas tubuh Tisha.

Tisha memberontak agar terlepas dari Rangga tapi semua sia-sia.

Saat Rangga ingin menciumnya dengan cepat Tisha tendang Selangkangan Rangga yang membuat Rangga memekik kesakitan, Rangga menjatuhkan diri ke samping Tisha.

Hal itu di gunakan Tisha untuk segera kabur.

Tisha berlari keluar rumah, di gerbang Tisha melihat Devan yang ingin masuk ke rumahnya.

Tisha berlari menghampiri Devan.

"DEVANN" teriak Tisha.

Devan mendengar panggilan Tisha dan melihat ke Tisha yang sedang berlari kearah nya.

"Lo kenapa??" Tanya Devan panik saat Tisha tiba-tiba memeluk nya.

"Bawa gue jauh dari sini Van..bawa gue.." tangis Tisha, dia semakin memeluk Devan erat.

Devan balas memeluk Tisha, di elusnya rambut Tisha.

"Sstt..tenang, Lo kenapa??" Tanya Devan

"Rangga!" Jawab Tisha yang membuat Devan mengerti.

"Lo pakai ini" Devan menyerahkan jaket yang dia pakai kepada Tisha.

Tisha mengangguk dan menerimanya, di pakainya jaket yang di berikan Devan kepadanya.

"Bangke banget itu orang! Biar gue kasih pelajaran!" Ucap Devan menggebu.

Tissha menahannya.

"Gak usah! Bawa gue pergi dari sini!".punya Tisha.

Devan menghela nafas.

"Oke"

Bukan dua Kutub MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang