"Si Devan beneran jadi sama Harra?" Tanya Nesya pada Tisha
Kabar itu memang lagi sedang booming-nya.
Tisha menggernyit heran.
"Masa sih?" Tisha gak percaya.
Nesya menatap Tisha lempeng, Tisha di tanya kok malah balik tanya sih?
"Gue nanya btw kenapa Lo balik tanya? Emang deh yaaa" gemas Nesya.
Tisha mengedikkan bahunya.
"Ya gak tau, tanya aja sama Harra langsung, susah banget perasaan" ucap Tisha acuh.
di luar aja dia kelihatan acuh, tapi di dalam hatinya beda banget.
Kaya ada rasa nyeri gitu.
Devan mah gak usah Heran Tisha, dia itu playboy gak mungkin beneran suka sama Lo, yang semalam-malam waktu dia bilang cemburu sama Lo cuma main-main..
Tisha berujar.Iyaaa intinya Devan itu cuma main-main aja!
Ishh tapi kenapa hatinya gak tenang gini sih?
"Kenapa Lo?" Nesya menepuk pundak Tisha membuat Tisha tersadar dari lamunannya
"Eh? Apa?" Tanya Tisha
Nesya memutar bola matanya malas.
"Lo cemburu Yaaa??" Goda Nesya dia memicing kan matanya.
Tisha membulatkan matanya.
"Enak aja! Gak!" Bantah Tisha.
Membuat Nesya memutar bola matanya malas.
•••
"Aku duduk disini ya Ra" kata Devan pada Harra.
Kebetulan Harra sedang duduk sendiri, Taniya sedang tidak masuk di karenakan sakit.
"Ya gak apa-apa, duduk lah" ucap Harra pada Devan membuat Devan tersenyum dan duduk.
Harra itu bangkunya di belakang nomor tiga dari bangku Tisha membuat Tisha mendengar pembicaraan Devan dan Harra.
Dia jadi kesal sendiri.
Kaya emosi gitu jadinya.
"Mau kemana?" Tanya Nesya saat melihat Tisha beranjak dari duduknya.
"Keluar! GERAH!" Kata Tisha di akhir kata 'gerah' dia menekan kalimat itu bertujuan agar Devan mendengarnya.
Bener aja, Devan dengar itu.
Dia menatap Tisha yang juga sedang menatapnya.
Mereka saling tatap satu sama lain sampai pada akhir Tisha memutuskan kontak mata nya.
Setelah itu dia pergi.
"Loh? Kok keluar? Emang gak ada guru??" Zian datang dan duduk di samping Tisha.
Tisha saat ini sedang duduk di bangku depan kelasnya.
Zian memang lagi gak ada guru makanya dia menghampiri Tisha, tadi Zian lihat Tisha sendiri membuat Zian berinisiatif mendekatinya.
"Gak ada, makanya gue kesini" jawab Tisha sedikit acuh.
Zian mengangguk.
"Owh gituu" Zian menganggukan kepalanya.
"Ngapain?" Tanya Tisha.
Zian menaikkan alisnya.
"Maksudnya?"
"Lo ngapain disini?" Tanya Tisha.
Haihh..nge-jleb banget pertanyaan Tisha, nih cewek to the point banget membuat Zian jadi semakin tertarik.
"Gapapa sih, gue cuma mau nemenin Lo" jawab Zian.
Tisha menganggukkan kepalanya.
"Owh"
"Tisha! Masuk Lo! Gue catet baru tau rasa!" Ketus Devan tiba-tiba.
Dia berada di depan pintu.
"Suka-suka gue lah!" Sinis Tisha.
"Kalo Lo mau catet ya tinggal catet kok" ketus nya lagi.
Zian hanya melihat Devan dan Tisha yang bertengkar tanpa mau menengahi.
Gak ada hak dia..
"Ishh susah amat di bilangin! Ayo masuk!" Devan menarik tangan Tisha masuk ke kelas dengan paksa.
"Apasih Van!! Lepas gak! Dasar kang buaya!" Ketusnya, dia menepis tangan Devan dan duduk di bangkunya.
Devan terdiam sebentar sampai pada akhirnya dia menyunggingkan senyum sinisnya.
••
"Lo yakin?"
Orang itu mengangguk seraya tersenyum sinis.
"Yakin! Tinggal tanggal mainnya aja gue bakalan nyebarin berita itu! Berita kalo Tisha pernah hamil!" Ucapnya membuat temannya menggelengkan kepala tak habis fikir.
"Tapi kasian Tisha, ntar dia bakalan jadi gunjingan sekolah" ucap teman orang itu khawatir.
Orang itu berdecih.
"Peduli amat! Emang itu yang gue mau!!" Balasnya penuh kebencian
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan dua Kutub Magnet
JugendliteraturIni tentang kisah anak Adam dan hawa yang setiap bertemu selalu bertengkar, tak pernah akrab. Mereka seperti magnet yang berjenis sama, di dekatkan selalu berjauhan saling bertolak belakang. "Anjiirr..Devan Lo ngapain disini?! Nguntitin gue kan?!" T...