Devan berulang kali melihat kearah bangku Tisha.
Tisha..
Dia gak masuk ke sekolah.
Udah 3 hari.
Devan dengar dari Nesya, katanya Tisha sakit, tapi Devan masih belum sempat untuk menjenguk Tisha dikarenakan kesibukannya menjadi KETOS.
"Huftt.. bodo amat! Pokoknya gue mau ke rumah Tisha hari ini!" Kukuh Devan, dia mengepalkan tangannya.
~
"Makan dulu Tisha.." Mama Tisha berulang kali menyodorkan sendok yang berisi bubur pada Tisha, tapi Tisha tolak.
"Gak Mah! Tisha ga mau!" Tolak Tisha.
"Kamu belum ada makan seharian, nanti kamu makin sakit!" Ucap Mama Tisha.
Tisha memutar bola matanya merasa malas.
Biasanya aja Mama nya gak peduli.
"Enggak!" Tolak Tisha sedikit kasar.
Mama Tisha menghela nafas pasrah.
"Yaudah kalo kamu gak mau makan! Mama cuma mau bilang kalo Abang kamu mau pulang! Kamu baik-baik sama dia!" Setelah itu Mama Tisha pergi.
Tisha terdiam.
Pulang??
"Gak!!"
••
"Non, ada temen non yang datang" ucap Bi Minah.
Tisha memutar bola matanya merasa malas, sudah berulang kali dia mengatakan kepada Bi Minah agar memanggilnya Dengan nama saja tanpa embel-embel 'Nona' atau apa, tapi tetep aja Bi Minah nya itu memanggilnya 'Nona.
"Panggil nama BII.." ucap Tisha malas.
Bi Minah nyengir.
"Hehehe iya Tisha, itu gimana temannya? Disuruh masuk atau keluar?" Tanya Bi Minah.
"Suruh masuk Aja Bi" kata Tisha yang di angguki Devan.
Bi Minah mengangguk lalu beranjak keluar dari kamar Tisha.
"Hai.." sapa Devan.
Iya, Devan yang datang.
"Devan? Lo ngapain kesini?" Tanya Tisha, tadinya Tisha berbaring kini dia duduk bersender di kepala ranjang.
Devan tersenyum canggung, lalu dia mengambil bangku belajar Tisha dan duduk di situ.
"Ya jenguk Lo lah, Gimana sih? Kita kan temen" ucap Devan sambil menaik turunkan alisnya.
Tisha mencibir.
"Temen apaan? Kita tuh enemy, sering berantem juga" cibir Tisha.
Devan cemberut.
"Alah. Udah deh, pokoknya sekarang kita temen, kita udah mau tamat juga, masa iya terus-menerus berantem sih? Udahh kita baikan aja, gimana?" Tawar Devan.
Terlihat Tisha yang seperti berfikir.
"Emm..gimana ya? Yaudah deh, kita temen" Tisha dan Devan saling mengaitkan jari Kelingking mereka.
"Nih, gue bawa buah" ucap Devan, dia meletakan sekeranjang buah ke nakas samping tempat tidur Tisha.
Tisha tersenyum
"Makasih"
"Sama-sama, btw nih ye..Lo sakit apa?" Tanya Devan.
"Gak ada, sakit biasa gue, demam" jawab Tisha.
"Jadi kenapa gak masuk sekolah kalo Lo sakit demam biasa aja!" Tanya Devan sangar.
Tisha nyengir.
"Hehehe..sengaja, gue mager sekolah!" Ucap Tisha.
Devan menatap Tisha lempeng.
"Emang dasar ya Lo.." Devan menyentil kening Tisha.
"Ishh! Kekerasan dalam pertemanan deh Lo, udah sakit! Malah di sentil, gue batalin nih pertemanan kita!" Ancam Tisha.
"Eh? Hehehe.. enggak-enggak, gue becanda.. maaf-maaf" Devan mengelus kening Tisha.
Jarak antara keduanya terlihat dekat, Tisha dan Devan saling tatap.
Dan ntah kenapa..
Devan seperti..
Ahh..
Devan tidak bisa mengontrol dirinya, dia kebablasan hingga dia mencium Tisha.
Di bibir.
Tisha tak menolak, dia ikut hanyut dalam ciuman Tisha hingga Tisha melingkarkan tangannya ke leher Devan.
"TISHA!!"
Suara teriakan itu membuat Devan dan Tisha tersadar hingga menghentikan Ciuman mereka.
Untuk sesaat mereka saling tatap dan kemudian sama-sama menatap orang yang berteriak itu.
••
"Kalo gue gak datang, gue gak tau! Mungkin kalian bakalan kebablasan! Dan elo! Maksudnya apa nyium Adek gue?!"
Devan menggaruk tengkuknya, dia merasa malu dan canggung.
Malu sama Tisha dan canggung juga sama Tisha, kalo sama abangnya mah Devan gak takut.
Iya, yang sedang menyidang mereka itu Abang Tisha.
"Baru pulang gue udah di suguhi pemandangan kaya gitu?!"
Tisha yang sedari tadi diam kini angkat bicara.
"Bukan urusan Lo!!" Ucap Tisha, lalu dia menarik tangan Devan keluar.
••
"Sha,.itu Abang Lo, kenapa Lo bentak?" Tanya Devan.
Saat ini mereka berdua tengah berada di taman dekat rumah Tisha.
"Gue gak suka sama dia" jawab Tisha dia menatap lurus ke depan.
Devan mengerutkan keningnya.
"Kenapa?" Tanya Devan.
"Gausah kepo!" Ketus Tisha.
Oh oke, kalo Tisha udah begitu tandanya dia gak suka di tanyain.
"Sorry-sorry, sama sorry yang tadi" ucap Devan.
Dan seketika wajah Tisha memerah saat terbayang kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan dua Kutub Magnet
Dla nastolatkówIni tentang kisah anak Adam dan hawa yang setiap bertemu selalu bertengkar, tak pernah akrab. Mereka seperti magnet yang berjenis sama, di dekatkan selalu berjauhan saling bertolak belakang. "Anjiirr..Devan Lo ngapain disini?! Nguntitin gue kan?!" T...