8 kaget

146 14 0
                                    

"TISHAAA..tadi si Devan bilang dia suka sama Lo!!" Teriak Nazlel teman satu kelas Tisha.

Cowok itu emang kompor

Tadi gak sengaja Nazlel lewat dan denger percakapan Devan dengan teman sebangku Nya.

Alfian.

Devan yang melihat itu memelototkan matanya.

Kampret! Bocor banget!

Sementara Tisha? Dia terdiam tanpa ekspresi.

Sebenarnya dia bingung, perasaan yang hinggap di dadanya sekarang adalah perasaan senang dan bingung.

"Eh? Masa gue seneng?" Gumam Tisha.

"Ciyee..gue bilang juga apa, si Devan suka sama Lo itu" goda Nesya.

" Apasih Nes! Gak mungkin lah!" Tisha blushing.

"Ciyee yang blushing" goda Nesya.

Nesya suka banget deh goda Sahabatnya ini.

Jarang-jarang Nesya punya ekspresi kaya gini.

Biasanya kalo gak ekspresi judes, ya dingin.

Ini kaya anak kecil yang lagi malu-malu.

"Gak! Jangan percaya!! Gue suka sama Tisha? Kiamat dunia!" Bantah Devan

Dann..

Krekk..

Ntah kenapa rasanya hati Tisha patah.

Sakit atii..

"Siapa juga yang mau Lo suka sama gue?! Najis!" Ketus Tisha, dia berlalu dari hadapan Devan

Devan yang melihat itu terdiam.

Dia meremas tangannya, rasanya dadak Devan sesak.

••

"Kita Putus!" Ucap Devan pada pacar-- mantannya itu.

Baru saja Devan memutuskan Dilla.

"Maksud kamu apa?! Semudah itu kamu bilang putus? Kita udah 5 tahun bersama Devan!" Tangis Dilla.

"Maaf, kita udah gak cocok, kita sering salah faham, gue..rasa..gue bukan cowok baik untuk Lo, semoga Lo bahagia" ucap Devan, dia mengelus rambut Dilla

Dilla menggeleng tak percaya.
Kenapa harus berakhir? Padahal mereka sudah merencanakan akan menikah setelah tamat SMA.

"Kamu jahat.." lirih Dilla.

Devan menarik Dilla dalam pelukannya.

"Sekali lagi maaf" ucap Devan.

Ternyata tak jauh dari tempat mereka, Tisha berdiri di balik tembok mendengarkan Obrolan mereka.

Tisha tak percaya.

Devan dan Dilla putus.?

Dan lagi..

Kenapa rasanya hati Tisha sakit waktu liat Devan dan Dilla berpelukan?

••

Tisha saat ini lagi nunggu jemputan, tapi sopirnya belum keliatan juga.

"Mana sih?!" Ucap Tisha tak sabar.

Udah keringatan dia nunggu sopirnya ini.

"Woii cewek judes! Lagi nunggu yaa??" Ledek Devan.

Tisha menoleh ke samping nya dan mendapatkan Devan.

"Iya!" Ketus Tisha.

"Kesian..mau sama gue gak?" Tawar Devan

"Gak! Ntar pacar gue marah" tolak Tisha.

Devan tersenyum jahil.

"Pacar? Perasaan kalian udah putus deh?" Sindir Devan membuat Tisha kesal.

"Bodo amat ya Van, ini udah sore! Gue males berdebat sama Lo!" Ketus Tisha.

"Yang ngajak Lo debat itu siapa Maemunahh?? Gue kan niatnya baik, nawarin Lo pulang bareng sama gue" ucap Devan.

Tisha terdiam, yaudah deh, dari pada dia nunggu lama.

"Yaudah" putus Tisha

"Yaudah apa nih?" Tanya Devan pura-pura tidak tahu.

"Yaudah pulang bareng Lo, yaudah ayo!" Ucap Tisha setelah naik ke motor Devan

Devan terkekeh lalu mengangguk

"Pegangan, ntar kalo Lo jatoh gue gak tanggung jawab" ucap Devan.

"Modus Lo" cibir Tisha kemudian dia memukul punggung Devan pelan.

"Hehehehe.."

Lalu Devan pun menjalankan motornya.

Tapi saat di jalan Devan mendapat telfon yang mau tak mau harus di angkat Devan.

Devan menepikan motornya

"Kenapa?" Tanya Tisha

"Nyokap nyuruh gue cepet pulang, anak gue sakit" jawab Devan sambil memasukkan iPhone nya ke saku Hoodie.

Tisha melongo.

Anak? Devan punya anak?

"Lo..punya anak?" Tanya Tisha ragu.

Devan mengangguk.

"Iya, gue punya" jawab Devan

••

Tisha di buat tak menentu.

Dia bingung..

Dia sedih.

Rasanya..campur aduk.

Di depan dia saat ini..

Ada bayi nya..

Keenan.

Jadi..

Devan yang mengadopsi Keenan.

"Emm...gue bakalan jelasin, tapi ntar ya..kita bawa Keenan ke rumah sakit dulu" ucap Devan sambil menggendong Keenan.

Saat ini Keenan sakit, demam.

Dan Devan berencana untuk membawa Keenan ke rumah sakit.

Tisha hanya mengangguk dan mengikuti Devan dari belakang.

¥¥

"Jadi gimana keadaan A..Ng..adik saya dok?" Tanya Devan pada dokter yang menangani Keenan tadi.

"Adik anda tidak apa-apa, dia hanya terkena demam biasa setelah meminum obat adik anda akan sembuh" jelas si dokter.

Devan mengangguk mengerti.

"Oke kalau begitu dok, terimakasih" ucap Devan.

Dokter tersenyum dan mengangguk.

"Sama-sama, kalo gitu saya permisi" setelah itu Doker Bernama Reza itu pun pergi.

"Jadi, Lo bisa jelasin?" Tanya Tisha.

Devan menatap Tisha dan menghela nafas.

Kemudian dia menceritakan semuanya.

"O..owh, jadi gitu, kenapa Lo bisa niat banget buat angkat dia sebagai anak Lo?" Tanya Tisha.

Devan mengedikkan bahunya.

"Gak tau, ngalir gitu aja..kaya ada magnet yang narik gue buat adopsi Bayi itu, dan lagian, gue udah sayang banget sama Dean" ucap Devan

Tisha menggernyit.

"Dean?" Beo nya.

Devan mengangguk

"Iya, namanya Dean" jawab Devan.

Tisha terdiam, dia kembali menatap Keenan atau yang lebih tepatnya sekarang Dean.

Dalam hati Tisha, dia senang saat melihat anaknya berada di Devan.

"Aku yakin kamu bakalan bahagia sama Devan, dari pada aku"

Bukan dua Kutub MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang