11 ser-seran

138 13 0
                                    

"disuruh datang jam 7, tapi ga tau sekarang itu anak dimana, sebenernya niat gak sih?!" Kesal Tisha.

Tisha saat ini lagi nunggu Zevan di teras rumahnya, udah ada sekitar 20 menit Tisha tunggu, tapi si Zevan gak datang juga!

Kesel Tisha lama-lama.

"Udah lah! Kaya nya gak jadi, buang-buang waktu aja gue nunggu dia!" Kesal Tisha, dia memilih untuk kembali masuk ke dalam rumah.

Tapi saat Tisha baru masuk ke pintu rumah, suara klakson terdengar membuat Tisha menghentikan langkahnya

"Nahhh..tuh anak datang juga akhirnya" gumam Tisha, Tisha keluar untuk membuka pagar.

Saat pagar terbuka Tisha di buat tercengang, yang datang bukan Zevan melainkan..

Devan!

"Ngapain Lo kesini?!" Tanya Tisha sewot.

"Loh? Suka-suka gue lah!" Jawab Devan acuh membuat TISHA kesal!

"Rumah gue kalo Lo lupa!" Ucap Tisha menatap Devan datar.

"Yang bilang rumah gue siapa?" Ucap Devan angkuh.

Huftt..

Bodo amat!

"Terserah! Ini udah malam! Pulang Sono!" Usir Tisha.

"Lohh..jangan ngambek gitu dong, gue kesini tuh niatnya mau ngajak Lo jalan" ucap Devan.

Tisha terdiam.

Ngapain? Kok tumben? Sawannya kambuh apa ya?

"Udah lah, gausah banyak mikir! Lo lagi nunggu siapa? Zevan? Halahh..gak bakalan datang juga itu dia!" Ucap Devan.

Tisha gak menjawab, dia tetap diam sambil merenung, iya juga ya?

"Yaudah" putus Tisha, akhirnya dia setuju untuk ikut jalan-jalan dengan Devan.

Dari pada nunggu Zevan yang gak pasti?

Tapi pada saat Tisha dan Devan pergi, tak lama Zevan datang.

"Sial! Gue keduluan sama Devan!"

^^^^

"Tisha, gambar gue gimana menurut Lo?" Tanya Devan menunjuk gambar guci.

"Jelek" jawab Tisha jujur.

Wajah Devan langsung runyam.

"Gue gak nanya!" Ketus Devan, dia kembali ke bangkunya.

Tisha bingung , perasaan tadi Devan nyuruh untuk Tisha kasih komentar gambarnya, tapi pas di komen kok gitu?

"Gitu kalo dulu gak di kasih Vaksin monyet!" Cibir Tisha sambil melanjutkan gambarnya.

Btw saat ini mata pelajaran seni budaya, jadi mereka disuruh menggambar guci oleh guru seni budaya.

Dan selama mereka menggambar, guru seni budaya itu pergi untuk yahh beristirahat mungkin.

"Emang ada suntik Vaksin monyet ya?" Tanya Nesya polos.

Tisha menghentikan kegiatan menggambarnya dan melihat ke Nesya.

"Ada, tapi cuma untuk si Devan" jawab Tisha santai, lalu dia kembali ke kegiatannya.

Nesya mengangguk aja, dia percaya akan jawaban Tisha.

"Tish, menurut Lo ini warnanya cocok nya apa?" Tanya Devan lagi, dia kembali ke meja Tisha.

"Tanya yang Laen! Ntar gue komen Lo gak terima lagi!" Ketus Tisha mengabaikan Devan.

Devan nyengir.

"Enggak, beneran, gue gak protes lagi kok" ucap Devan.

Tisha menghela nafas.

"Yaudah, kerjain di bangku belakang!" Titah Tisha, Tisha berjalan ke bangku belakang dengan diikuti Devan.

"Batang bunga nya Lo kasih warna hijau, daunnya merah, ujungnya merah jambu, terus guci nya warna coklat" ucap Tisha.

Devan berfikir, ntar gak nyambung lagi?

"Nyambung gak?" Tanya Devan

"Terserah ya Van, gue udah kasih saran!" Ketus Tisha, dia memilih kembali mengecet gambarnya.

"Iyeee iyeee..gue pake warna itu!" Ucap Devan setuju.

Dan pada akhirnya Devan serta Tisha mengerjakan tugas menggambar bersama.

••

"Guyyss!! Nonton skuyyy!!" Ajak teman Tisha, Adilla namanya.

Semua berseru senang.

"Ayo lah! Nonton di laptop kan?" Tanya Hirra.

Adilla mengangguk.

"Okeee dehhh" seru mereka lagi.

"Arfi, ambil infokus dong" pinta Adilla pada Arfi, si ketua kelas.

Arfi mengangguk lalu ke kantor untuk meminjam infokus.

Tak lama kemudian Arfi datang dengan infokus.

"Nonton apa nih? Horor ya?" Saran Dilla.

"Yaudah, itu aja Dil" Tisha menyerukan.

Dilla mengangguk, lalu memutar film horor di laptop nya.

Saat Tisha ingin kembali ke bangkunya, Arif, teman kelas Tisha duduk di bangkunya.

"Rif, minggir, gue mau duduk" usir Tisha.

"Mager, udah pewe gue, cari bangku lain lah!" Ucap Arif santai.

Tisha menggerutu, saat ini dia malas berdebat dan akhirnya memilih duduk kembali di bangku sebelah Devan

"Kena usir dari bangku sendiri, kasian" ledek Devan membuat Tisha jengkel.

"Bodo amat!" Ketus Tisha.

Film di mulai, di awal film ketakutan belum ada, sampai dimana muncul hantu secara tiba-tiba di film membuat semua kaget tak terkecuali Tisha.

Tanpa sengaja Tisha meringkuk dekat Devan dan memeluknya erat.

Devan yang di peluk terdiam, jantungnya berdetak kencang.

Aduhh jangan sampe dia denger.
Batin Devan.

Tisha merasa nyaman, tapi tunggu?

Kok?

"IHHH! DEVAN LO NGAMBIL KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN YA?!" Pekik Tisha.

"Apaan?! Elo yang nyari kesempatan duluan kok!" Protes Devan ketika di tuduh sembarangan.

Pipi Tisha memerah, memang tadi dia duluan yang meluk Devan.

"Ya maap, gue reflek" bela Tisha.

"Iya lah tuh"

"Btw Tish, Dada Lo nempel di lengan gue, buat gue ser-seran-" bisik Devan sensual di akhir kalimat nya.

Njirrr!

Vote dong Gann
Jan di baca doang:v

Bukan dua Kutub MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang