Rangga tak sengaja memasuki kamar yang berada di samping kamar Tisha, saat disini Rangga merasa aneh.
Hatinya seperti bergetar.
Apalagi ketika melihat satu-satunya bingkai foto yang memperlihatkan bayi merah yang di bedong itu, hatinya berdesir.
"Kenapa ini??" Dia menyentuh dadanya.
"Bayi siapa? Mama? Gak mungkin, masa iya mereka gak mau ngasih tau gue kalo mama hamil lagi?" Gumam nya.
"Rangga!"
Rangga membalikkan badannya, mama nya berdiri di ambang pintu.
"Mama?"
"Kamu ngapain disini? Ayo keluar" Nita mengajak anaknya itu untuk keluar.
"Mah, Rangga mau tanya, bayi itu siapa?" Tanya Rangga membuat Nita berkeringat.
Dia bingung mau menjawab apa
"Mah.." Rangga menggoncangkan badannya kala mama nya itu terdiam.
Nita tersentak.
"E..itu bayi..temen Mama" jawab Nita ragu.
Rangga menggernyit bingung tapi akhirnya dia mengangguk.
"Owhh gitu"
Nita mengangguk.
"Iya, udah yuk kita keluar" Nita menarik tangan Rangga.
Saat Rangga, dan Nita keluar dari kamar, kebetulan juga Tisha Keluar dari kamarnya.
Untuk sesaat, Rangga dan Tisha saling tatapan sampai pada Tisha membuang arah pandangnya.
"Rangga, kamu duluan" ucap Nita yang di angguki Rangga.
Rangga mengangguk lalu turun duluan.
Nita mendekati Tisha.
"Kenapa?" Tanya Tisha.
"Kamu kunci kamar sebelah, jangan sampai Rangga curiga, Rangga tadi masuk ke kamar itu" bisik Nita pada Tisha.
Tisha membulatkan matanya.
Tapi akhirnya dia mengangguk."Iya" ucapnya, lalu Nita turun ke bawah.
"Gue berharap dia gak pernah ingat! Benci gue kalo dia ingat!" Ucap Tisha merasa kesal, tangannya mengepal.
••
Devan bingung, ini kesekian kalinya Dean menangis membuat Devan kewalahan.
Sudah berbagai cara dia lakukan untuk mendiamkan Dean tapi Dean gak diem-diem juga.
"Apa gue bekep ya?" Pikir Devan.
Devan menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikirannya itu.
Ada-ada aja! Ini anaknya!
"Anak gue ya Allah.. pikiran gue jahanam banget Dahh!"
Devan gak sengaja menyentuh kening Dean, dia baru sadar kalo Dean demam.
Perasaan ya kok si Dean ini suka banget demam? Baru dua bulan yang lalu Demam, ini demam lagi?
"Bawa rumah sakit kalo kaya gini Dahh" Devan mengambil Dean dari box bayi dan membawanya ke rumah sakit.
Tapi, bukannya ke rumah sakit, Devan malah ke rumah Tisha.
Devan sendiri gak sadar kenapa dia bisa disini?
"Lah? Kenapa gue disini?" Gumam Devan.
CK! Ini pasti karena dia terbayang-bayang Tisha terus.
Gini nih pengaruh cecan yang mampu meluluhkan hatinya.
"Oke nak, kita jemput calon ibu mu dulu yaa.. untuk nemenin kita" ucap Devan pada Dean yang tengah duduk di pangkuannya itu.
Iya, Devan menyetir sambil memangku Dean.
Dean pun keluar dari mobil ,sesampainya di depan pintu rumah Tisha, Devan memencet bel rumah Tisha.
"Bel dari tadi bunyi terus?! Itu orang gak selo banget sih mencetnya? Kemana juga orang-orang? Budek apa ya?!" Kesal Tisha, Tisha berjalan turun untuk melihat siapa yang memencet bel.
Saat membuka pintu Tisha di buat kaget akan kedatangan Devan dan..
Dean?
"Ngapain??" Tanya Tisha pelan, takut orang rumah dengar.
Apalagi jika Rangga tau...
"Gue mau minta temenin ke rumah sakit" jawab Devan.
Tisha membukukan matanya.
"Memangnya mau ngapain? Siapa yang sakit?"
"Nih" Devan mengarahkan matanya ke dean yang ada di gendongannya.
"Dia sakit?" Tunjuk Tisha pada Devan yang mendapat anggukan Tisha.
Tisha hanya mengangguk.
"Yaudah ayo"
Saat Tisha mau menutup pintu suara Rangga menghentikan nya.
"Mau kemana?" Tanya Rangga.
Rangga tak sengaja melihat ke Dean, ntah kemana jantungnya berdegup.
Seperti..
Seperti punya ikatan apaa gitu.
"Bukan urusan Lo!" Ketus Tisha, lalu Tisha menutup pintu dan keluar.
Setelah kepergian Tisha, kepala Rangga terasa sakit.
Muncul bayangan-bayangan seperti kenangan tapi tak jelas.
"AARGHHH!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan dua Kutub Magnet
Novela JuvenilIni tentang kisah anak Adam dan hawa yang setiap bertemu selalu bertengkar, tak pernah akrab. Mereka seperti magnet yang berjenis sama, di dekatkan selalu berjauhan saling bertolak belakang. "Anjiirr..Devan Lo ngapain disini?! Nguntitin gue kan?!" T...