"Kenapa kamu disini?? Ini perpisahan untuk kalian para anak kelas 12" ucap Bu Ani penjaga perpustakaan.
Tisha yang tadinya tiduran di bangku perpus sekarang duduk melihat ke Bu Ani
"Eh? Nggak apa-apa sih Bu, males aja" jawab Tisha santai.
Ani menghela nafas, dia tau kenapa Tisha disini.
Ani mendekati Tisha, di letakannya tangannya ke pucuk kepala Tisha.
"Nak, ibu tau kalo kamu mau mengindar dari hujatan mereka, tapi kamu harus bisa melawan, paling tidak kamu diam aja, atau biarkan saja mereka mau mengatai mu seperti apa, biar mereka capek sendiri, ibu percaya sama kamu kalo kamu bukan anak seperti itu" ucap Bu Ani lembut.
Tisha mendongakan kepalanya untuk melihat Bu Ani, dia terharu.
"Terimakasih Bu! Saya akan lakukan seperti apa yang ibu katakan!" Tekad Tisha.
Bu Ani tersenyum kemudian Tisha pamit.
••
Lapangan ramai.
Banyak siswa-siswi yang sedang merayakan Perpisahan.
Sebenernya belum pesta sih, hanya coret-coret baju.
Sudah banyak siswa maupun siswi yang bajunya sudah banyak kena coretan.
"Boro-boro ada yang mau nyoret baju gue, mereka aja pada ngeliat gue kaya gue itu seolah-olah rendang!" Ketus Tisha, dia berjalan tanpa arah.
Dan lagi..
Dimana Nesya?? Kenapa selama beberapa hari ini dia tidak melihat sahabatnya itu?
"Jangan bilang, yang nyebarin ini Nesya?? Gue lupa! Nesya kan juga tau!" Ucap Tisha setelah menyadari suatu hal.
Apa benar Nesya??
Tapi kaya nya gak mungkin deh.
"Ih mata kamu! Jangan liatin ke dia!"
"Apasih yank, aku gak liat ke dia kok"
"Ihh Cabe datang"
"Ngerusak aja deh!"
Huftt..
Panas nih telinga Tisha!
"Panas telinga gue!" Ucap Tisha risih, dia menggaruk telinga nya.
Ctakkk..
Suara tomat busuk yang mengenai kulit terdengar.
"Awww" ringis Tisha.
Satu tomat, dua tomat dan seterusnya di lemparkan ke Tisha.
"WOII!! MAKSUD KALIAN ITU APA?!!!" teriak Tisha merasa marah.
Ini sudah keterlaluan.
"Pergi Lo!!"
"Iya!! Pergi dari sini! Lo tuh ngerusak tau!"ucap salah satu siswi yang Tisha tau orang itu membenci dirinya.
Baju Tisha hampir basah dan kotor karena terkena tomat serta siraman air dari mereka.
Mereka semua mengeroyok Tisha.
Tisha berusaha untuk menghindar akhirnya dia berjongkok, dia tidak kuat lagi.
Sekujur badannya terasa sakit!
"BERHENTI KALIAN SEMUAAA!!" teriak sebuah suara.
Devan.
Orang itu Devan.
Devan menghalangi tubuhnya yang di lempari tomat itu.
Dan alhasil Devan lah yang terkena tomat-tomat busuk itu.
"Devan..." Lirih Tisha.
Devan melihat ke belakang dan tersenyum kemudian dia kembali melihat ke depan.
"Stop atau gue laporin polisi nih kalian?! bidadari gue kalian aniaya! Minta di grauk pake penggaruk tanah ya kalian?!" Ucap Devan sangar.
Semua terdiam, tak ada yang berani untuk kembali melempar tomat atau air.
Tisha melihat itu, dia memilih untuk kembali berdiri dan bersembunyi di belakang Devan.
Devan menarik Tisha pelan ke sampingnya, di genggam nya tangan Tisha.
"KALIAN DENGAR YAA! CEWEK DI SEBELAH GUE INI! YANG KALIAN SEBUT-SEBUT SEBAGAI PELACUR ATAU PEREMPUAN YANG GAK BENERR! DIA ITU CALON IBU DARI ANAK-ANAK GUE NANTI! DAN KALIAN DENGAN SEENAK JIDAT NGEROYOK DIA?! MIKIR WOII! EMANG KALIAN UDAH PADA BENER?! INTROSPEKSI DIRI!!" Teriak Devan membahana.
Semua terdiam.
Senyap dan sunyi.
"Tisha" Devan berhadapan Dengan Tisha.
Kemudian dia berlutut di hadapan Tisha.
Lalu Devan mengambil sesuatu dari saku celananya, itu adalah kotak cincin.
Devan membuka kotak itu dan mengeluarkan cincin dari dalam kotak.
"Gue ngelamar Lo ini, Lo mau gak jadi Bini gue??" Tanya Devan, matanya menatap lurus ke Tisha.
Tisha terdiam membeku, matanya berkaca-kaca.
Devan..
Melamarnya??
Tidak kah dia merasa malu?? Devan sudah tau semuanya.
"Tapi.. Van?"
"Apa? Soal Lo pernah hamil?? Alahh itu Ian masa lalu, kalo pun anak Lo ada, gue bisa jadi bapaknya kan??" Ucap Devan dengan nada menggoda, dia menaik turunkan alisnya.
Tisha tersenyum haru.
Yahh walaupun jawaban Devan agak gimana gitu, tapi Tisha merasa haru.
Semua yang melihat itu sebagian ada yang baper dan sebagian ada yang gak suka.
Masa Perempuan kaya Tisha sama Devan sih? Most wanted SMA ini??
Itu pemikiran sebagian dari mereka.
"Gimana??" Tanya Devan tidak sabar.
Tisha mengangguk.
Mungkin Devan memang takdirnya.
"Iya, gue mau!" Jawab Tisha yang membuat Devan melompat kesenangan.
"UHUUYYY" Teriak Devan.
"Kalo gitu Lo pake dong" Devan menyodorkan cincin, menyuruh Tisha untuk memakai Sendiri.
Tisha menatap Devan lempeng.
Kok gak ada sweet sweet nya sih si Devan ini?
"WOI VANN! PASANGIN LAH! KOK MALAH NYURUH TISHA MASANG!"
"TAU LO, GIMANA SIH?"
Itu suara David dan Alder.
Di belakang Devan ada David dan Alder.
Mereka menyaksikan Sahabat mereka itu untuk melamar Tisha.
Devan nyengir.
"Oh, harus gitu ya? Ya maap, gue kaga tau! Yaudah Sha, sini gue pasangin" ucap Devan, dia mengambil cincin dari tangan Tisha dan memasangkan di jari manis Tisha.
"Makasihhh" Tisha memeluk Devan secara tiba-tiba hingga membuat Devan kaget.
Dirinya..
Di peluk??
Ahh senenggg
Devan langsung memeluk Tisha balik.
Sorak Sorai tepuk tangan terdengar menyaksikan pelukan mereka itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan dua Kutub Magnet
Fiksi RemajaIni tentang kisah anak Adam dan hawa yang setiap bertemu selalu bertengkar, tak pernah akrab. Mereka seperti magnet yang berjenis sama, di dekatkan selalu berjauhan saling bertolak belakang. "Anjiirr..Devan Lo ngapain disini?! Nguntitin gue kan?!" T...