10 Zevan

136 14 0
                                    

"TISHAAA.. pikeetttt" teriak Muara, teman satu kelas dan satu piket Tisha.

Tisha yang sedang mengaca di kaca kelas pun mendengus, baru aja dia nyampe terus ngaca-an, udahhh disuruh piket.

"Iyaa" ucap Tisha dengan malas.

"Piket Lo!" Ucap Devan sewot, dia datang pagi untuk ngapel ke gerbang.

Menghukum siswa laki-laki yang tidak memotong rambut mereka

Devan kan Ketos.

"Santuy Dong..gausah ngeggas!" Ketus Tisha, kemudian dia berjalan mengambil sapu ijuk yang berada di pojok kelas.

"Lo bagian kanan, gue kiri" ucap Tisha pada Muara.

Muara mengangguk.

Lalu mereka mulai menyapu

"Wehh Devan, gue liat Lo jarang nyapu kan?" Seru Hikmal, teman Devan.

Devan menggerutu kesal, kenapa pake di bocorkan segala sih?

"Kaya gak tau Devan aja, dia kan Ketos, pasti malu lah kalo sampe megang sapu" sahut Tisha.

Dia tetap menyapu

Devan menatap Tisha sinis.

Kampret juga ini anak!

"Enak aja! Gue gak malu ya!" Ucap Devan gak terima.

"Jadi kenapa Lo gak pernah piket?" Tanya Hirra

"Gimana gue mau piket? Setiap mau piket si Dinda udah bersihin nih kelas" ucap Devan.

"Halah alasan! Makanya datang cepat!" Cibir Tisha.

Sabar Devan..

Sabar..

Devan menarik nafas dan membuang nafas untuk mengontrol Semosi yang bakalan bisa buat Devan memaki Tisha.

Untung sayang..

"Iya-iya, gue ntar datang cepet! Puas Lo pada?!" Ketus Devan.

Tisha gak menanggapi, dia kembali fokus menyapu

Sementara Devan memilih keluar untuk melaksanakan tugasnya.

"Mau nge-hukum orang yang gak potong rambut? Dia sendiri aja belum potong rambut" ucap Tisha.

Hahhh..

Gak tau dehh..

Kenapa si Devan itu bisa jadi KETOS?

..

Tisha mendengar suara berisik dari bangku sebelahnya, Tisha memiringkan kepalanya.

Tadi Tisha itu tidur karena ngantuk, mumpung guru belum masuk jadi TISHA manfaatkan kesempatan itu.

Tapi mendengar suara berisik membuat Tisha terganggu dan Melihat ke sampingnya.

"Ngapain Lo duduk disini?" Tanya Tisha gak selo.

"Ya suka-suka gue lahh, ini bangku umum, lagian Nesya gak datang" ucap Devan gak mau kalah.

"Ish! Terserah Lo lah!" Tisha memilih mengalah.

Dia kembali tidur.

Devan?

Dia mengamati wajah Tisha yang sedang memejamkan mata itu, Devan dapat melihat wajah Tisha karena posisi wajah Tisha mengarah ke Devan.

Devan akui..

Tisha itu Manis dan imut, memang dia gak terlalu cantik, tapi kalo untuk ukuran kecantikan cewek, Tisha itu standar, wajahnya gak muak untuk di lihat.

Gue heran, kenapa setiap dekat gue Lo selalu marah-marah? Buat masalah gak, tapi Lo kaya anti gitu sama gue..tapi akhirnya itu yang buat gue semakin penasaran dan akhirnya jatuh hati sama Lo!

----

"Tish, Nanti Lo kemana?" Tanya Zevan.

Zevan itu salah satu teman kelas Tisha

Tisha yang tadinya mau pulang menghentikan langkahnya.

"Kenapa?"tanya Tisha.

Zevan menggaruk rambutnya sambil tersenyum canggung

"Ng..itu, Lo mau jalan sama gue gak?" Tanya Zevan.

Tisha menaikkan alisnya.

Tumben?

"Tumben?" Tanya Tisha.

"Hehehe enggak, gue cuma mau dekat aja sama Lo, dari kelas 10 sampe 12 ini gue kaya nya selalu ngejauhi elo, gue jadi gak enak" ucap Zevan.

"Gak enak atau karena Lo tau gue dulu suka Lo?" Tanya Tisha langsung to the point.

Zevan terdiam

Yah, yang di katakan Tisha memang benar.

Dulu waktu kelas 10 Tisha suka sama Zevan, dan Zevan mengetahui itu, tapi Zevan bukannya menanggapi malah dia menjauh, enggan dekat dengan Tisha, dia seperti membenci Tisha.

Mendapat respon seperti itu, awalnya Tisha merasa gak peduli, dia tetap suka sama Zevan, tapi saat Zevan melakukan sesuatu yang membuat Tisha menjadi enggan untuk menyukai spesies cowok seperti Zevan.

Masa dulu pernah waktu mau naik kelas 11, Awalnya Zevan, Tisha, Nesya dan teman Tisha yang lain sedang berkumpul di kelas untuk berbincang atau sekedar mengobrol.

Saat itu tak sengaja Tisha bersenggolan dengan Zevan karena Zevan duduk tepat di sampingnya

Zevan saat itu benar-benar marah, dia sempat mencaci Tisha mengatakan Tisha keganjenan, dia sengaja menyenggol dirinya untuk menggoda Zevan.

Dari situ Tisha mulai muak dan membenci Zevan.

Tisha menjaga jarak dari Zevan, tidak pernah lagi mengobrol dengannya.

"Soal itu..maaf" ucap Zevan, saat ini dia berada tepat di depan Tisha.

Tisha menatap Zevan datar.

"Minta maaf pun percuma, gak bakalan bisa buat sakit hati gue sembuh sama perkataan Lo dulu!" Ucap Tisha sinis.

Huftt..Zevan gak tau harus ngomong apalagi.

Semenjak Tisha menjauh darinya, Zevan merasa ada yang kurang, Zevan merasa kehilangan Tisha.

Bodo banget gue dulu!

"Yaudah, jam 7" ucap Tisha, setelah itu Tisha pergi.

Zevan masih terdiam dengan wajah bodoh nya, dia masih belum bisa mencerna kata-kata Tisha.

"Ng..itu berarti dia mau jalan sama gue??" Gumam Zevan




Maafkan cerita author yang gak jelas ini..

Bukan dua Kutub MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang