26

303 8 2
                                    

"Sha, Lo bener gak mau balik?" Tanya Devan sekali lagi pada Tisha yang tengah bermain dengan Dean.

Tisha menoleh ke Devan yang sedang duduk tak jauh dari mereka.

"Gak" kata Tisha tegas, lalu dia kembali bermain dengan Dean.

Tisha menatap Dean, rasanya gimana yaa..

Tisha merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk melihat pertumbuhan kembang anaknya itu.

Maafin bunda ya Dean..
Batin Tisha.

Eh tunggu? Bunda?

"Tapi Sha, ntar kalo orang tua Lo nyariin gimana?"

Huftt..

Sudah! Sudah habis kesabaran Tisha! Kalo memang Devan gak mau menampungnya gak apa-apa!

Tisha beranjak dari duduknya.

"Kalo Lo emang gak mau nampung gue dan bantu gue bilang aja!" Ketus Tisha kesal, di berlari keluar rumah Devan.

Devan yang melihat Tisha keluar segera beranjak dari duduknya untuk mengejar Tisha.

Bukan begitu maksudnya..

"Tisha!!" Panggil Devan.

Tisha tak menggubrisnya, dia terus berjalan.

Devan berlari mengejar Tisha dan akhirnya dia berhasil mengejar Tisha.

"Stop sha.." pinta Devan, matanya menatap sendu Tisha.

"Apa sih! Lo yang mau gue pergi kan?!" Marah Tisha, dia menepis tangan Devan.

"Bukan! Bukan gitu! Gue cinta sama Lo masa iya gue nyuruh Lo pergi? Gue cuma takut ortu Lo nyariin anak perempuan nya" jelas Devan tak ingin Tisha salah faham.

"Enggak! Mereka gak Bakalan cari gue! Mereka itu gak peduli sama gue! Yang mereka peduliin itu cuma anak laki-laki mereka aja! Gue gak pernah terlihat di mata mereka Van!" Tangis Tisha.

Devan merasakan kesedihannya Tisha, dia membawa Tisha kedalam dekapannya.

"Sstt..udah jangan ngomong kaya gitu lagi" lirih Devan sambil mengelus rambut Tisha.

Tisha mengeratkan pelukannya.

"Van..gue mau minta tolong sama Lo, gue harap Lo mau menuhi nya" pinta Tisha, pelukannya sudah terlepas.

"Apa?" Tanya Devan sambil menatap manik mata Tisha.

"Nikahi gue! Nikahi gue secepatnya, gue gak peduli mau Lo miskin atau kaya! Cuma Elo yang gue mau Van" ujar Tisha dengan suara lemah.

Devan mengangguk yakin.

"Oke, gue penuhi permintaan Lo!"

¥¥>>

"Kamu pulang!" Papa Tisha menarik tangan Tisha untuk pergi dari rumah Devan.

"Enggak!! Tisha gak mau! Tisha mau disini aja!"

Devan yang melihat itu menahan papa Tisha.

"Om, jangan seperti ini, om sama aja menyakiti Tisha" kata Devan mencoba membuat Papa Tisha mengerti.

"Diam kamu!" Papa Tisha menunjuk Devan dengan jarinya.

"Pah! Tisha mau balik ke rumah asalkan Dia gak ada di rumah itu! Tisha benci dia!!" Pekik Tisha.

PLAK!

Papa Tisha menampar Tisha membuat Tisha tak percaya akan semua yang terjadi barusan.

"Pah??"

"Papa memang gak pernah sayang sama Tisha! Yang papa sayang cuma Rangga! Papa tau yang salah itu Rangga! Tapi kenapa Tisha yang kalian jauhi?! Pah, Tisha mohon..kalo emang papah udah gak mau Nerima Tisha lagi, Tisha mohon, biarkan Tisha nikah sama Devan dan Tisha bakalan menjauh dari kalian, papah, dan mamah"

•••

"Saya terima nikahnya Tisha Erika Amanda (author lupa nama panjang Tisha, mager juga liat part sebelumnya:v) dengan mas kawin seperangkat alat shalat di bayar tunai!"

"Sah?"

"Sah!!"

"Alhamdulillah"

Yahh..hari ini adalah hari pernikahan Tisha dan Devan yang hanya di hadiri oleh orang tua Devan dan orangtua Tisha.

••

"Makasih Pah udah merestui pernikahan Tisha sama Devan"

"Devan juga mau berterimakasih om"

Papa Tisha tak menanggapi perkataan Tisha dan Devan, beliau memilih berlalu.

Bukan dua Kutub MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang