"Devan, ntar gue sama Lo ya" ucap Narra pada Devan.
Tisha mendengus.Harus banget sama Devan ya??
Eh? Kok keliatannya dirinya kaya cemburu gitu sih?
"Apaan Dahh!" Gumam Tisha.
Tisha saat ini sedang menemani Narra ke aula untuk berbicara pada Devan.
Devan, Zevan dan Hero sedang duduk-duduk di aula, biasa mereka melakukan itu.
Owh iya, Nanti sore mereka bakalan ngejenguk salah satu teman sekelas mereka yang lagi sakit, jadi Narra berinisiatif mengajak Devan ikut dan meminta untuk berangkat bareng sama Devan.
"Emm..gimana ya?" Terlihat Devan yang sedang berfikir.
"Gimana? Bisa gak?" Tanya Narra Lagi.
"Halah..tinggal bilang iya aja kok susah sih Van? Ribet deh!" Protes Tisha.
Devan melirik ke Tisha.
"Lo sendiri mau berangkat bareng siapa?" Tanya Devan.
"Tisha sama Zevan aja, gimana Zevan? Lo mau kan?" Tanya Narra pada Zevan.
Zevan yang lagi duduk sekarang berdiri tegak
"Ya bisa dong" seru Zevan langsung.
"Nah, si Tisha sama Zevan, tinggal gue aja yang gak ada boncengan" ucap Narra dengan wajah memelas
Tisha memutar bola matanya malas, lama banget sih?
"Udah Van! Gue sama Zevan, Lo sama Narra! Titik! Gue capek, ayo Nar!" Tisha langsung menarik Narra untuk pergi dari Aula.
Selepas kepergian Tisha dan Narra, Hero mendekati mereka berdua.
Devan dan Zevan
"Gue tau kalian lagi memperebutkan Tisha" bisik Hero, lalu dia melenggang pergi dengan santai.
"1-1" bisik Zevan, lalu dia juga ikut melenggang pergi.
Devan mengepalkan tangannya, dia menatap lurus ke depan.
"Sial!"
••
"Yang beli buah siapa? Masa iya kita jenguk orang sakit dengan tangan kosong?" Ucap Nesya.
"Iya sih, siapa yang mau beli?" Tanya Maura.
"Kita aja!" Zevan langsung menyeru
Tisha yang tadinya duduk anteng di motor Zevan langsung melotot kesal..
"Kok kita sih?!" Kesal Tisha.
"Gapapa, mereka pada gak mau, ini untuk sahabat Lo juga !" Ucap Zevan.
Tisha mendengus.
"Yaudah, kita!" Akhirnya Tisha mengalah.
"Ha, kalo gitu kita jalan duluan" ajak Hero.
Mereka semua mengangguk.
...
"Buah apa?" Tanya Zevan.
"Apanya?" Tanya Tisha balik.
Zevan menghela nafas.
"Buah apa yang mau kita beli?" Tanya Zevan .
Tisha mengangguk.
"Owh, buah apel sama jeruk aja, udah nih, yang ini, Lo kasih sama bapak itu, terus bayar" titah Tisha gak Selo.
Zevan mendengus.
"Iya!" Ketusnya.
••
"Van, kaki Lo kenapa?" Tanya Tisha.
Pasalnya Tisha melihat kaki Devan yang terluka.
Mereka semua baru saja keluar dari ruangan Verra.
"Gak!" Ketus Devan, dia berjalan duluan
Tisha menaikan alisnya, dia bingung.
Devan Kenapa?
"Itu anak kenapa ya?" Gumam Devan.
Melihat darah yang bercucuran di lantai membuat Tisha hampir menjerit histeris.
Darah itu adalah darah Devan, berarti kakinya terluka parah.
"Kenapa Tis--
Baru saja Zevan ingin bertanya, Tisha sudah berlari mengejar Devan.
"Van!!" Panggil Tisha.
Tisha menarik tangan Devan membuat Devan membalikan badannya.
"Kenapa?" Tanya Devan terkesan datar
"Lo kenapa sih? Tiba-tiba aneh kaya gini? Itu kaki Lo berdarah" tunjuk Tisha pada kaki Devan.
Devan melihat ke bawah, ke kakinya.
Sial! Dia baru sadar.
Devan ingin pergi tapi Tisha tahan.
"Bener dah! Gue bingung sama Lo! Udah ayo ikut gue, kita minjam alat P3K, ini rumah sakit pasti ada!" Ajak Tisha, Tisha menarik tangan Devan.
"Mbak suster, ada kotak P3K ga? Ini temen saya kakinya luka" ucap Tisha pada salah satu Suster yang berjaga
"Eh, ada dek, itu di pojok ruangan" suster itu menunjuk ke pojok ruangan yang ada kotak P3K.
Tisha mengangguk lalu mengambil Betadine, hansaplast, dan lain kasa, tidak lupa tisu.
Tisu punya Tisha sih sebenarnya.
"Diem!" Ucap Tisha saat Devan menggerakan kakinya enggan di obati Tisha.
Dia malu sih..
"Sakit kampret!" Dengus Devan.
"Ya namanya luka! Lagian elo, biasanya pake sepatu ini bisa pula pake sandal? Sandal jepang lagi!" Cibir Tisha, dia membalut Kaki Devan dengan kain kasa lalu hansaplast.
"Nah udah " ucap Tisha.
"Thanks" ucap Devan.
Tisha mengangguk, lalu dia mengembalikan barang-barang itu ke tempat semula.
"Sha" panggil Devan.
Mereka saat ini tengah berjalan menuju parkiran.
Tisha menoleh ke samping nya.
"Apa?" Tanya nya.
"Lo mau tau gak kenapa gue tadi ketus sama Lo?" Tanya Devan balik
Tisha menggernyit.
"Kan biasanya Lo emang kaya gitu" cibir Tisha.
"CK!" Devan berdecak.
"Ini beda!"
"Kok ngotot?"
"Sha, bisa serius gak sih?" Ucap Devan sedikit membentak.
Tisha speechless.
"Oke"
Devan menghadap ke Tisha, lalu memegang kedua pundaknya.
"Sha, sebenarnya, gue... cemburu!"
![](https://img.wattpad.com/cover/212543783-288-k270405.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan dua Kutub Magnet
Teen FictionIni tentang kisah anak Adam dan hawa yang setiap bertemu selalu bertengkar, tak pernah akrab. Mereka seperti magnet yang berjenis sama, di dekatkan selalu berjauhan saling bertolak belakang. "Anjiirr..Devan Lo ngapain disini?! Nguntitin gue kan?!" T...