"Kalau tidak betah dengan sikap pria brengsek semalam. ibu boleh pergi"ucapnya dingin.
Nur tampak prihatin melihat interaksi antara Suryadi dan Alam. pasalnya mereka mempunyai ikatan darah namun hanya suatu masalah mereka menjadi terpecah.
Nur mencoba tersenyum menanggapi ucapan Alam yang ketus dan pedas. namun Nur tahu di balik sikap ketus dan pedas Alam, Alam masih pengertian terhadap Nur walaupun tak pernah di tampakkan sikap perhatiannya.
"kalau Ibu pergi? Alam sama siapa?nggk ahh Ibu mau disini aja sama Alam"Balas Nur
"Percuma ibu setia kalau pria brengsek itu tetap seperti srigala!"
"sutttt,,, Alam...Ibu tidak pernah mengajarkan kamu untuk menganggap Ayahmu pria brengsek ya ingatt!!"Nur mengusap lengan Alam dan tersenyum hambar.
"Mau saja ibu di kibuli oleh pria tua itu!"
"udah siang! Alam nanti telat loh.gihh berangkat"Nur mencoba mengalihkan pembicaraan agar Alam tak membahas tentang sikap Suryadi terhadapnya.
"Alam berangkat"Secuek cueknya dengan Nur Alam akan menyalimi Nur di manapun Nur berada.
🐮
"sehhtt,,sett "
"Makanya nggk usah sok jagoan!"Ucap Nara sambil mengobati luka Di ujung bibir Alam.
dari semalam Alam memang tak memperdulikan lukanya walaupun Nur meminta untuk mengobati tapi Alam melarangnya. Tapi kalau Nara yang mengobati? Alam baru ingin melarang Nara selalu sudah standbye untuk mengobati.
"pelan pelan"
"Ngapain sih tonjok tonjokan segala? tonjok tonjokan sama siapa lagi coba? keknya kamu nggk punya musuh preman deh"Celoteh Nara sambil mengomati luka Alam
"bilang sama Nara siapa yang nonjokin Alam! biar Nara samperin tuh orang. "cibir Nara dengan berapi api
Alam menatap wajah serius Nara yang sangat natural dan imut walaupun sedang marah tak sadar Alam menarik seulas senyum singkatnya dan kembali datar beberapa detik kemudian.
"Alam! bilang sama Nara siapa yang buat Alam babak belur?"
"Ayah"Balas singkat Alam
Nara memelototkan matanya dan menampilkan wajah absurdnya Alam terkekeh dan segera menutup mulut Nara dengan menyentuh dagunya.
"Ayah? maksud Alam? Ayah alam yang ngelakuin ini?"tanya Nara tak percaya.
Alam hanya mengangguk singkat dan menatap ke depan.
"Astaga!! kok bisa? Alam pasti nakal ya? Alam pasti nggk nurut sama Ayah ya. jadi di pukul!! makanyalah Alam jadi anak itu yang nurut"Nara malah menceramahi Alam dan Alam hanya mendengarkannya.
Alam tersenyum miris akan pemikiran Nara terhadapnya namun Alam juga tak ingin menjelaskan yang sebenarnya.
"Alam, jangan benci sama ayah ya"Nara menatap Netra mata hitam pekat Alam dan Alam juga menatap balik.
"mungkin Ayah punya alasan melakukan itu kepada Alam. mungkin Ayah punya masalah di kantornya atau ada masalah dengan yang lain. jadi Alam jangan masukin hati ya"Nara mengelus lengan Alam dengan sayang dan tersenyum hangat.
"kamu nggk faham"balas singkat Alam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Alam tatap Nara"Nara memegang kedua pipi Alam dengan kedua tangannya
"Nara sayang sama Alam! Dan Nara nggk mau ngeliat Alam bertengkar dengan Ayah. mungkin Alam menganggap Nara sok tahu tapi kebahagiaan kita hanya ada pada keluarga. kalau kita kehilangan keluarga entah jadi apa kita nanti"Nara sedikit mengelus pipi Alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L A M ✓
Fiksi Remaja(🇨 🇴 🇲 🇵 🇱 🇪 🇹 🇪 🇩 ) ⚠️Tidak diperuntukkan untuk pembaca yang lemah!!! ⚠️ Harus ekstra hati-hati dalam menghayati kalimat ⚠️ Baper, senang, sedih tanggung sendiri "sebenarnya hubungan kita apa?"tanya Nara to the point Alam terdiam akan pert...