"I'm back," batin seorang gadis yang baru keluar dari pesawat dan menginjakkan kakinya kembali untuk pertama kalinya di Korea setelah dua setengah tahun berlalu. Gadis itu tidak lain adalah Irene.
Irene berjalan sambil menggeret kopernya menuju pintu keluar bandara dengan diikuti oleh Max.
"Nona setelah ini kita akan langsung ke apartemen Nona Tiffany," ucap Max.
"Naik taksi?"
"Tidak Nona. Kita ke sana naik mobil yang dikendarai oleh Supir yang sudah diminta Nona Tiffany untuk menjemput kita dan supir tersebut sudah menunggu di depan pintu keluar."
"Oke."
Begitu bertemu dengan mobil yang menjemputnya. Irene bersama Max segera menaikinya dan langsung menuju apartemen Tiffany. Tidak butuh waktu lama, Irene sudah berdiri di depan apartemen Tiffany. Tentu saja Max juga ikut dan berada di belakang Irene.
Tiffany membuka pintu apartemennya lalu langsung memeluk Irene. "Welcome home Hyun."
"Thank you Kak," ucap Irene seraya membalas pelukan Tiffany.
"Ayo masuk," ucap Tiffany, melepas pelukannya dengan Irene dan mengajak Irene serta Max untuk masuk ke dalam apartemennya.
"Jadi gimana perkembangan yang aku minta kemarin, Max?" tanya Tiffany ketika sudah duduk di sofa bersama Irene dan Max.
"Emang Kakak minta apa?" tanya Irene.
"Tentang Joy," jawab Tiffany.
"Seperti yang diminta Nona Tiffany kemaren. Saya sudah menyelidiki perihal apa yang terjadi dengan Nona Joy," ucap Max sambil menyodorkan kertas printan ke Tiffany dan langsung diambil Tiffany. "Disitu telampir history call dan pesan yang masuk ke hp Nona Joy. Juga ada nomor yang mencurigakan karena dia terus menerus mengirim pesan pada Nona Joy yang berisi ancaman."
"Apa kamu udah nyelidikin ini nomor siapa Max?" tanya Irene yang juga ikut melihat kertas yang dipegang, Tiffany.
"Sudah Nona, tapi nomor tersebut seperti hanya digunakan untuk mengirim ke Nona Joy saja dan data pemilik nomor tersebut adalah data palsu," jawab Max.
"Gimana kamu bisa tau palsu atau tidaknya data tersebut?" tanya Tiffany.
"Karena nama yang dia daftarkan untuk nomor tersebut, tidak ada. Saya juga tidak tahu mengapa dia bisa menggunakan nama serta data palsu untuk mendaftar nomor tersebut," jawab Max.
"Lalu apakah bodyguard yang mengawasi Joy melihat penerror yang mengikutinya?" tanya Irene.
"Bodyguard yang mengawasi Nona Joy tidak melihat orang yang mengikuti Nona Joy. Saya juga sudah meminta bodyguard Nona Joy untuk jangan lengah mengawasi Nona Joy," jawab Max.
"Sepertinya, penerror ini bukan orang yang gampangan, Hyun."
"Sepertinya Kak, dan aku jadi sangat khawatir dengan delapan Adikku."
"I know. But you remember well you can't go home right now, right?"
"I know Kak. Aku hanya khawatir banget sama mereka."
"Mereka sama kuat dan sama hebatnya dengan kamu. Tenang dulu ya. Kita awasi mereka dari jauh," ucap Tiffany mengusap pelan rambut Irene.
"Pengen ketemu mereka Kak," ucap Irene memeluk manja Tiffany.
"Sekarang hari apa?"
"Sabtu Kak."
"Kamu mau ketemu Adik kamu kan?"
"Ya mau Kak. Pake nanya lagi sih."
"Yaudah ayuk kita pergi. Kakak baru ingat kalau bodyguard yang ngawasin Adik kamu tadi chat bilang kalau Rosé, Joy, Lisa, dan Yeri sedang menuju panti asuhan. Mereka ke sana karena ada acara bakti sosial dari fakultas Rosé dan Yeri," ucap Tiffany.