"Jadi...yang kirim bodyguard ke Canada itu Kak Irene, Kak? Tapi kok disebutnya nona Hwang?" tanya Wendy, sambil berjalan menuju minimarket. Sembari memecah kecanggungan antara dirinya dan Tiffany.
"Iya, Joohyun minta aku untuk jaga kalian menggunakan bodyguard. Lalu aku nugasin dua bodyguard untuk jaga kamu disana. Makanya mereka nyebut yang nyuruh mereka itu adalah Nona Hwang. Karena aku yang nugasin mereka. Kenapa? Kamu bingung ya? Siapa yang dimaksud dengan Nona Hwang?"
"Iya Kak. Habis aku dan yang lain gak pernah punya kenalan marganya Hwang. Makanya aku bingung, tapi saat aku denger tujuan bodyguard itu untuk ngelindungin aku. Jadi ya aku biarin aja. Oh ya, berati saudari aku yang disini juga diawasin bodyguard Kak?"
"Semuanya Wen, dijaga sama bodyguard, tapi sayang waktu kejadian sama Paman Kamu. Bodyguard itu agak lengah. Jadinya Adik kamu di Rumah Sakit deh."
"Gak apa-apa Kak. Ini semua udah jalannya kaya gini. Kami ada yang jaga aja udah cukup banget, Kak. Lalu ditambah, kami dapat tau keadaan Kak Irene yang masih hidup. Membuat aku semakin sangat bersyukur. Walau ada pengorbanan juga sih."
Tiffany menganggukan kepalanya, "Aku gak nyangka Joohyun punya delapan Adik. Aku kira dia anak tunggal. Habis kadang sifatnya manja gitu, dan kenapa dia dipanggil Irene deh? Bukan Joohyun?"
"Entah, aku juga kurang tau kenapa Kak Irene lebih sering dipanggil Irene. Karena pas aku lahir udah dipanggil Irene terus. Yang pasti sih Kak, kalau manggil dengan nama 'Joohyun' berati itu orang yang udah deket banget atau keluarga Kak. Kalo dengan nama 'Irene' biasanya itu orang yang nggak dekat gitu atau yang gak kenal-kenal amat lah, tapi karena kami keseringan dengernya 'Irene' jadi seringnya manggil Kak Irene deh."
"I see, paham aku paham. Aku suka manggil nama dia dengan Joohyun karena waktu liat kartu identitas miliknya tertera nama Joohyun, bukan Irene. Makanya, sampai detik ini aku manggil dia Joohyun. Udah terbiasa begitu sih."
Wendy menoleh ke Tiffany. "Gimana rasanya tinggal bersama Kak Irene selama tiga tahun, Kak?"
"Rasanya ya? Seru sih. Pengalaman yang nggak akan pernah aku lupain seumur hidup. Karena untuk pertama kalinya aku ngerasain punya adik. Lalu sifat Joohyun yang kadang manja, iseng dan berbagai macam. Bener-bener buat pengalaman baru bagi aku. Walau aku tau, pasti nanti Joohyun akan kembali ke keluarga aslinya. Aku nggak akan pernah ngemasalahin hal itu. Karena emang keharusan Joohyun untuk kembali ke keluarga aslinya."
Wendy tersenyum menatap Tiffany. "Kak Irene mungkin manja sama Kakak, karena biasanya kan kalau di rumah dia yang paling tua dan juga yang biasanya manjain kami berdelapan. Makanya dia manja sama Kakak karena hanya ada Kakak saat itu dan juga Kakak ternyata lebih tua dari Kak Irene. Btw Kak, terima kasih banyak ya udah ngerawat dan jaga Kak Irene selama tiga tahun ini. Aku penasaran gimana Kak Fany bisa ketemu Kak Irene."
"Well, tahan pertanyaanmu sampai Rosé sadar ya. Agar nanti semuanya bisa langsung jelas dan tau sama-sama."
"Ne," ucap Wendy sambil menganggukan kepalanya.
Tidak terasa, Wendy dan Tiffany sudah berada di depan minimarket. Wendy segera mengambil keranjang yang bisa didorong. Lalu Wendy dan Tiffany menuju ke bagian air mineral.
"Kalian butuh berapa? 12 botol cukup? Atau gimana?" tanya Tiffany.
"12 aja lah Kak. Nanti kalau kurang aku tinggal beli lagi. Lagian kalau kita beli banyak. Bawa ke rumah sakitnya berat Kak," jawab Wendy.
"Iya sih," ucap Tiffany, segera memasukkan botol air minum ke dalam keranjang. "Ada yang mau kamu beli lagi gak?"
"Nggak ada Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indestructible
Fiksi PenggemarA Sequel from Sisters ⚡Formal, Non Formal ⚡Harsh Words