Thirty One

6.5K 796 178
                                        

Tiffany berjalan mondar-mandir di depan ruang tindakan rumah sakit, yang di dalamnya sedang menangani Irene. Ia langsung membawa Irene menuju rumah sakit saat menyadari obat apa yang berada di samping Irene.

Ia belum mengabari satu pun adik-adik Irene. Sebab tidak ingin membuat mereka khawatir, terlebih kondisi lagi sangat panas. Ia akan mengabari mereka, jika sudah mendapat kabar baik tentang Irene.

Krieeeett....pintu ruang tindakan terbuka. Menampakkan Dokter yang keluar dari ruang tindakan.

"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Tiffany pada dokter yang menangani Irene.

"Keadaannya sudah membaik. Cedera kepala pasien kembali kambuh, membuat saya mendiagnosa bahwa pasien  banyak meminum obat tidur untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya, tetapi pasien meminum obat tidur itu cukup banyak, membuat dia hampir mengalami overdosis," jawab Dokter.

"Tapi sekarang sudah tidak apa-apa kan Dok?"

"Sekarang pasien sudah baik-baik saja. Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat dan anda dapat menjenguknya."

"Terima kasih Dok," ucap Tiffany sambil membungkukkan badannya.

"Sama-sama, saya permisi dulu." Dokter melangkah pergi dari hadapan Tiffany.

Lima belas menit kemudian, Irene sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Tiffany pun duduk di bangku samping ranjang Irene. Menatap Irene dengan perasaan cemas, kesal, sedih semua bercampur aduk. Ia rasanya ingin memaki Irene dan menanyakan semua tentang apa yang terjadi saat ini. Tentu Tiffany akan melakukannya setelah Irene sudah sadar.

Satu jam, dua jam, tiga jam, berlalu. Tiffany yang menunggu Irene tidak bangun-bangun akhirnya terlelap dengan kepala bersender di tepi ranjang Irene.

Baru rasanya Tiffany terlelap, kepalanya terasa disentuh oleh seseorang. Membuat Tiffany yang mudah terbangun, kembali membuka mata dan melihat Irene yang sedang tersenyum tipis kearahnya.

"Apa aku mengganggu Kakak?" tanya Irene dengan mukanya yang pucat.

"Sangat!" jawab Tiffany ketus.

"Kenapa aku bisa di rumah sakit? Kenapa Kakak bisa ada di sini?"

"Kamu ada di sini karena tindakan bodohmu itu Joohyun! Lalu Kakak bisa ada di sini karena panggilan tiga Adik kamu."

"Tiga adik aku? Siapa?" tanya Irene dengan raut wajah yang bingung.

"Rosé, Lisa, dan Yeri. Mereka minta aku untuk datang karena bingung harus mendamaikan Kakak-Kakaknya dengan cara apalagi. Ya untungnya aku bisa dateng, coba kalo aku nggak dateng. Bisa-bisa kamu udah bye dari dunia ini. Btw tindakan kamu itu sungguh stupid! Apa yang kamu pikirin sampe minum obat tidur sebanyak itu, huh? Kamu kira dengan lari seperti itu masalahmu akan hilang? Akan selesai? Tentu tidak bodoh! Emang kamu nggak mikirim Adik-adik kamu, apa?"

"Aku emang merepotkan banget ya Kak?" tanya Irene sambil menatap lurus kedepannya. Membuat Tifffany yang tadinya tampak ketus menjadi fokus memperhatikan Iren. "Aku membuat Adik aku, benci sama Kakaknya sendiri. Aku ngelakuin itu semua bukan untuk sengaja membuat mereka membenci aku. Aku hanya ingin melindungi mereka semua. Aku nggak tau harus berbuat apa hingga tanpa aku sadar, sikap aku berubah terhadap mereka. Meski begitu, aku tetap sayang banget sama mereka. Aku minum obat tidur untuk melupakan sejenak rasa sakit di kepala aku. Entah mengapa rasanya memori-memori di kepala aku berjalan begitu cepat hingga membuat aku sakit kepala. Aku nggak tau akan begini jadinya dan mungkin memang bener kalo aku itu nggak berguna dan sangat merepotkan."

Tiffany menatap Irene dengan mata berkaca-kaca. Selama tiga tahun kemaren Tiffany bersama Irene. Baru kali ini Tiffany melihat sisi Irene yang sangat rapuh. Sangat putus asa, dengan kejadian yang menimpanya saat ini.

Indestructible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang