Alarm jam 6 pagi membangunkan Vincent, dia segera bangkit dan bebersih badan kemudian turun ke bawah. Melirik jam tangannya masih ada waktu 15 menit sebelum Joshua datang namun rasanya dia sudah tidak sabar maka Vincent memutuskan untuk ke halaman dan berbincang dengan Pak Bon.
Tak lama kemudian mata Vincent menangkap sosok yang ditunggunya datang diantar melintasi halaman luas oleh satpam rumah. Vincent berpamitan kepada Pak Bon dan berjalan kearah Joshua lalu meminta agar satpam kembali ke posnya saja.
"Selamat pagi kak," sapa Joshua gugup. Dia belum pernah masuk ke dalam rumah yang sebegini mewah, kakinya terasa lemas dan jantungnya berdegup. Dia merasa ciut seperti tidak pantas berada disini."Pagi Josh, aku antar ke dalam."
"Kakak sudah rapih, mau pergi kak?"
Vincent yang ditanya segera melihat pakaian yang ia kenakan, apakah pagi ini dia terlalu excited sehingga tampil berlebih. Rasanya baik-baik saja hanya kemeja Burberry yang dimasukkan ke dalam celana jeans-nya."Ooh, nanti mau ketemu Kak Rama, manajer aku," jawab Vincent buru-buru, padahal jadwal pertemuannya masih setelah makan siang.
Vincent mengantarkan Joshua ke pantry dimana sang Bunda sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Mami, ini Joshua yang Vincent ceritakan."
"Selamat Pagi Bu.." sapa Joshua ramah.
"Pagi Josh, panggil Mami aja sayang. Vincent benar-benar memuji kopi buatanmu. Mami tolong buatkan Latte ya, untuk papi expresso, buat Agustinus—"
"Iya Mi, nanti Vincent yang kasih tau ke Joshua," potong Vincent karena Sang Bunda kalau sudah membuka mulut suka lupa waktu.
Vincent langsung menarik Joshua ke arah coffee maker mereka dan menjelaskan preferensi jenis minuman kopi setiap anggota keluarganya. Joshua dengan cekatan mulai menyiapkan peralatan dan Vincent mengamatinya dalam diam. Seiring waktu, satu per satu keluarganya mulai berkumpul di meja makan."Bi Milah, sini.." panggil Vincent kepada sosok yang lewat tidak jauh dari mereka.
"Dalem.." jawab perempuan muda tersebut.
"Bi, ini Joshua. Nanti ajak makan bareng-bareng ya."
"Njih Den Mas," jawab Bi Milah lalu meneruskan pekerjaannya.
"Maaf ya Josh, ga bisa ajak makan bareng di meja. Rumah Papi, peraturan beliau," Vincent meminta maaf.
"Gapapa kak, aku kan kerja disini bukan tamu," Joshua tersenyum menanggapi.
Saat sosok ayahnya muncul dikejauhan, Vincent segera bergeser ke meja makan. Bi Milah membawa kopi buatan Joshua ke meja makan. Saat Sang Ayah bergabung, mereka berdoa terlebih dahulu sebelum mulai mengambil makanan. Sosok berwibawa itu selalu memulai hari dengan segelas kopi, saat sang Ayah menyeruput kopinya, Vincent merasakan jantungnya berdegup cepat. Apakah sang Ayah akan menyetujui rasanya?Vincent menjadi khawatir saat Ayahnya hanya berdiam diri dengan mata terpejam. Cangkirnya berada sejajar dengan indra penciuman, terlihat menghirup aromanya sepenuh hati.
"Vincent, ini kopi buatan pegawai barumu itu?" tanya Sang Ayah.
"Iya Pi, buatan Joshua. Gimana Pi rasanya?" Vincent sungguh penasaran.
"Papi mau ketemu orangnya. Jamal tolong panggilkan Joshua kesini."
Jamal yang memang berada di dekat sana setiap kali keluarga itu bersantap segera mengangguk dan beranjak ke bagian belakang rumah. Vincent tidak berani bertanya lebih lanjut, sosok Ayahnya adalah tokoh absolut yang berkuasa. Vincent hanya dapat berusaha menenangkan debaran jantungnya dan berusaha menelan makanannya selama menunggu Joshua datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love | 15 - 0
Fanfiction(Fin) Homophobic ⛔ Go Away! ~ One - Love ... 15 - 0 kata yang sering terdengar olehnya hingga dapat merasakan cinta yang sesungguhnya. ~ bxb AU Lokal KTH | JJK Tae!Top Others couple. Written : 24 Jan - 15 Mar 2020 #9 in vkook - 13 Feb 2020