22 . pretty please

1K 148 16
                                    

Joshua menemukan Vincent tertidur dengan mengenaskan di kamar mereka, jejak air mata kering terpeta jelas di wajah bagai pahatan Dewa. Layar ponsel kekasihnya menyala terus menerus menampilkan panggilan masuk tanpa suara, saat panggilan berhenti Joshua dapat melihat jumlah pesan yang masuk namun belum terbaca. Puluhan misscall dari Mami dan keempat kakak Vincent. Joshua menyiapkan minuman hangat dan membawa ke dalam kamar sebelum membangunkan kekasihnya.

“Kak, bangun sayang..” ujar Joshua mengguncang tubuh Vincent namun mata pemuda tampan masih juga terpejam.

Hati Joshua teriris melihat wujud sang kekasih yang begitu menyedihkan, Joshua memahami bagaimana Vincent sangat menyayangi keluarganya. Selama ini bekerja setiap pagi membuat kopi di rumah besar memberikan pemahaman bahwa dibalik sifat konservatif Keluarga Sanjaya, terdapat hubungan yang hangat. Joshua dapat menarik kesimpulan dengan cukup mudah, Vincent berada disini karena tidak mau mengikuti keinginan Tuan Besar namun kekasihnya pun mengalami pergolakan batin yang menyebabkan dia menangis sedemikian hebat.

Pelahan Joshua memindahkan guling lalu menyusup kedalam rengkuhan yang lebih tua, menyamankan diri dalam dekapan, mendengarkan deru napas dan detak jantung yang teratur. Joshua menanamkan baik-baik moment ini di sanubari dan menguatkan tekad. Selang beberapa waktu, Joshua mendongak dan mencium sang kekasih, jemarinya dengan jenaka mencubit pipi dan hidung bak perosotan.

“Kak, bangun kak. Adek laper.. ayo makaaan,” ujarnya main-main lalu menggigiti jemari panjang, perlahan Vincent membuka mata dan terlihat jelas kehilangan arah.

“Kakak qo ga nelpon semalam kalau mau kesini? Kan adek bisa nyusulin,” tanya Joshua.

Em.. gapapa dek, kamu kayaknya semalam udah tidur.”

“Ya udah bangun dulu, aku udah bawain sarapan, kita makan. Adek udah laper banget ini,” lanjut Joshua mendudukkan diri dan mengambil gelas air hangat yang sudah dipersiapkan dan menyerahkannya ke sang kekasih.

Vincent menyusul Joshua di pantry setelah dari kamar mandi, seusai makan Joshua mengajak kekasihnya duduk di ayunan halaman belakang yang telah mereka renovasi. Saat ini rumah itu sudah tampak bagai rumah keluarga dengan berbagai perabot dan taman yang asri bergaya Jepang.

Joshua merengkuh sang kekasih dan menduselkan wajahnya di dada bidang, “kak, ada yang mau di ceritain?”

“Nanti Dek, kakak mau gini dulu,” jawab Vincent mengeratkan pelukan dan memainkan helaian rambut kelam.

Mereka menikmati kebersamaan dengan latar belakang air bergemericik dan hembusan angin lembut, menjelang siang ketika hawa semakin panas keduanya masuk ke dalam rumah. Setelah Vincent membersihkan diri, mereka kembali cuddling di atas ranjang.

"Dek, pindah dari sini yuk. Sekalian bawa Jasper dan Bunda," Vincent bersuara setelah sekian lama kedua hanya menikmati keheningan yang nyaman.

Joshua menatap lurus berusaha menyelami netra yang menyiratkan rasa cinta begitu besar, "kakak telpon Mami dulu ya, tadi adek lihat banyak misscall di hp kakak."

"Nanti saja Dek," jawab Vincent, "jadi gimana sayang?"

"Kenapa kak?" tanya Joshua formalitas.

"Kita pindah ya? Papi ga setuju sama hubungan kita.. bahkan papi.." Vincent diam namun pikirannya berputar cepat.

"Aku ga mau sesuatu yang buruk menimpamu Josh. Adek inget kan kakak sudah lama bilang kita tinggal ditempat lain saja, bahkan kakak sudah hampir berhasil dapat unit apartemen di US. Agak repot karena bukan kewarganegaraan sana.”

“Adek ga mau jadi orang ga tau diri bawa kak Vincent jauh dari keluarga, apalagi Mami pasti akan merasa kehilangan,” jawab Joshua.

“Kan masih bisa sering-sering pulang juga Dek,” tawar Vincent.

“Kak, aku sudah tau kok. Tadi ga sengaja dengar pembicaraan kak Jamal di pantry. Kakak pulang ya.. Mami nyariin kakak dan semua yang sayang kakak khawatir tidak dapat kabar dari kakak,” mata Vincent membelalak, dia tidak menyangka Joshua sudah mengetahui permasalahannya. Dia tidak ingin Joshua mengetahui bahwa dirinya berada dalam ancaman sang Ayah.

Tiba-tiba Vincent menarik Joshua semakin kedalam dekapannya, “maunya sama Joshua, ga mau sama yang lain, cukup Joshua seorang,” rapal pemuda tampan.

“Kak Vincent.. Joshua disini kok, ga kemana-mana. Kakak pulang dulu dicariin orang rumah, nanti kita ngobrol lagi,” Joshua menjawab dengan tenang. Terlalu tenang malahan membuat Vincent menjadi curiga, yang lebih tua melonggarkan rengkuhan dan melihat ke obsidian gelap bagai danau tak berdasar.

“Dek, kakak mau nelpon rumah, kamu disini jangan kemana-mana,” Vincent berusaha menepis pemikiran yang tiba-tiba melintas di benaknya. Walaupun Joshua ada di dekapannya saat ini, tapi kenapa terasa jauh? Ah, mungkin karena Joshua sudah mengetahui mengenai ancaman itu maka bersikap defensif, semoga.

Joshua duduk tenang bersebelahan dengan Vincent yang menelpon Sang Ibu, dirinya memperhatikan tawa hangat dan murni kekasihnya berbicara melalui sambungan telepon. Bagaimana mungkin Joshua membiarkan dirinya menjadi penyebab Vincent kehilangan keluarganya.

Setelah menelpon sang Ibu dan menyakinkan wanita paling penting dalam hidupnya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Vincent mengirim pesan kepada seluruh kakaknya bahwa dirinya baik-baik saja dan menunjukkan jejak komunikasinya kepada Joshua agar kekasihnya tenang.

“Kakak sudah kabari semuanya—“ ucapan Vincent terputus oleh tatapan tajam netra Joshua, “kecuali Papi.. tapi kan nanti Mami juga pasti bilang ke Papi,” lanjut Vincent menelan ludah, memang pemuda manisnya ini selalu berhasil membuat Vincent merasa ciut.

“Dek, pertandingan depan tiketnya dimajuin jadi tiga hari lagi ya, kakak mau latihan disana aja. Pretty please..” pinta yang lebih tua.

“Ga kelamaan disana kak?” tanya Joshua mengkonfirmasi.

“Gapapa, nanti sama Kiming aja latihannya klo Coach Ed belum bisa ikut,” Vincent berusaha menampilkan senyuman menawan agar Joshua mau memenuhi permintaannya.

Joshua akhirnya menghela napas panjang sebelum membuka tab-nya, menghubungi beberapa pihak dan berkutat dengan jadwal yang sebelumnya sudah dia siapkan. Sedangkan Vincent memanfaatkan kesempatan dengan berbaring dan memeluk Joshua dari belakang, matanya memandangi raut serius Joshua yang sedang menjalankan tugasnya.
  
  
Selama tiga hari kedepan, Vincent sudah bagaikan bayangan yang setia mengikuti Joshua kemana pun, bahkan saat Joshua ingin pulang Vincent akan mengantar dan bertingkah sebagai anak baik Bunda Sofia. Dia tidak mau kembali jika Joshua tidak ikut, maka Bunda Sofia justru mengusir putranya sendiri agar mengikuti kemauan Vincent. Yang Vincent tidak tau, setiap malam Joshua berjaga dan hanya tidur beberapa jam demi menjalankan rencananya.

  
___
  
   
  
Pertandingan kali ini Vincent tidak dapat mengikutinya dengan sepenuh hati, terlalu banyak yang berkecamuk di pikirannya, dia pun merasa Joshua berbeda, membuat kekhawatiran Vincent semakin terasa nyata. Joshua memang selalu berada di sisinya, tidak pernah menolak semua afeksi yang diberikan Vincent bahkan terlalu menurut dibanding Joshua yang biasanya. Vincent berhenti setelah pertandingan keduanya, namun Vincent tidak mau segera kembali ke Indonesia. Dia berlama-lama tinggal disana hingga suatu hari Joshua marah kepadanya karena Vincent masih memberikan alasan kekanak-kanakan agar tidak kembali.

Vincent kesal namun bersedia pulang, sesampai di rumah pribadinya, Vincent dengan cemberut segera membersihkan diri dan menyusup kedalam selimut dan turut menyembunyikan wajahnya. Joshua duduk di sisi Vincent, telapak tangannya membelai tempurung kepala kekasihnya dibalik fabrik.

“Kakak jangan gini terus..” Vincent hanya diam saja, tiba-tiba dia merasa Joshua mencium pelipisnya dari balik fabrik kemudian bangkit.

Yang membuat jantung Vincent berdetak kencang adalah dia sempat mendengar suara lirih mengucapkan “I love you,” namun dia sendiri tidak yakin karena terlalu samar.  Vincent menurunkan selimutnya sedikit dan mengintip kegiatan Joshua yang beranjak ke kamar mandi lalu bergabung rebah disisinya. Vincent tersenyum senang dan merengkuh kesayangan sebelum menjajaki dunia mimpi.
  
  
  

>>>
     

        
11.03.2020
   
          
Gatel mw komen soal Taekook tapi lagi mode Update Bomb.    
  
      
💜

One Love | 15 - 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang