26 . Love is Not Over

1K 153 8
                                    

"Can i have a cup of caramel machiato made by Joshua, please."

Joshua mengangguk tipis dan Vincent melangkah ke meja yang berada di pojokan, saat melintasi rak berisi buku, dirinya berhenti dan memilih buku yang sekiranya menarik untuknya. Joshua segera membuat sesuai pesanan dan bahkan mengantarkannya sendiri. Vincent sedang asik bermain game online saat Joshua meletakkan gelas di meja dan duduk depannya, yang lebih tua segera mematikan layar ponsel.

"Terima kasih Josh," ujarnya lirih dan langsung mengangkat cangkir, menghirup aromanya dan meneguk cairan yang begitu dia rindukan.

Vincent menikmati kopinya dengan mata tertutup, nyaris saja menitikkan air mata karena terhanyut dalam perasaan jika dia tidak cepat-cepat teringat tekadnya hari ini. Joshua bergeming duduk di depan sosok yang tak pernah sehari pun dia lupakan. Wajah tampan yang semakin tegas berkat tulang pipi dan rahang yang semakin menonjol dikarenakan susut berat badan. Perlahan Vincent meletakkan kembali cangkir yang telah separuh tandas.

"Kak, apa kabar?" tanya Joshua lirih.

"Baik Dek, aku harap kamu juga baik-baik adanya," Vincent menjawab tanpa memberikan pertanyaan balik membuat Joshua menjadi canggung.

Vincent hanya memandang wajah terkasih dengan lembut, Joshua tidak menyangka akan datang hari dimana Vincent menemukannya namun dengan seperti ini. Joshua membayangkan amarah, emosi dan amukan yang akan dia hadapi saat bertemu lagi, bukan Vincent yang menatapnya dengan lembut namun seolah menjaga jarak dengannya.

"Aku harap kehadiranku tidak menganggu harimu," lanjut Vincent.

"Kak—," ucapan Joshua terputus oleh dering ponsel Vincent, namun empunya justru memencet tombol menjadikan ponselnya diam.

"Iya Dek?"

"Diangkat dulu telponnya kak."

"Gapapa, nanti aku telpon balik," jelas Vincent masih dengan nada lembut.

"Selamat kak atas medalinya di Miami. Sampai Indonesia kapan kak?" tanya Joshua berusaha meredakan perasaan kikuknya.

"Kemarin, aku—" lagi-lagi ponsel Vincent berbunyi.

"Diangkat dulu kak, aku kembali ke depan," ujar Joshua segera bangkit.

"Josh, anggap aku tidak ada disini ya. Bekerjalah seperti biasa," ujar Vincent sebelum menerima panggilan masuk.

Dari balik counter Joshua sering kali melirik kearah sudut dimana Vincent berada. Sedari tadi dia henti melakukan pembicaraan di telepon dan jika tidak berbicara maka Vincent akan kembali sibuk dengan game online. Joshua berkali-kali ingin mendatangi namun tidak tau bagaimana harus bersikap, akan lebih baik jika Vincent menumpahkan emosinya setidaknya Joshua hanya perlu membela diri.
  
  
Menjelang jam 12, Joshua memperhatikan Vincent yang masih sibuk bermain ponsel. Sebagai seorang atlet Vincent memiliki jadwal makan yang teratur dan sebentar lagi adalah jam makan namun sepertinya diacuhkan olehnya. Joshua tidak dapat menghentikan perasaan khawatir yang melandanya dan bergegas mendekati meja di pojok ruangan. Lagi-lagi Vincent segera mematikan layar ponsel saat Joshua memanggil namanya.

"Sebentar lagi tengah hari kak, kakak ga makan siang?"

"Makan disini aja, kamu ada menu berat? Tolong pilihkan saja untukku," Vincent menjawab dengan casual.

"Kakak mau sandwich Double Decker dengan peach tea?" tanya Joshua gugup, entah kenapa aura Vincent membuatnya ingin mendekat sekaligus melarikan diri disaat bersamaan.

"Boleh Josh," jawaban singkat diterima membuat Joshua cepat-cepat mundur.

Ternyata di jam makan siang cafe ini cukup ramai, Vincent memandangi meja-meja yang dipenuhi pengunjung. Bahkan makan siangnya diantar oleh waiter karena Joshua sibuk menyiapkan order lainnya. Hati Vincent sempat melambung tinggi saat Joshua masih mengingat jadwal makannya. Bahkan menu favorit Vincent disediakan disini membuat perasaannya menghangat.

One Love | 15 - 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang