9 . i Bet You Will

1.4K 207 23
                                    


Vincent sudah tidak lagi menuntut Joshua mengakui mereka official, namun tingkah lakunya tidak berhenti menggoda sama sekali. Yang lebih tua mencoba pendekatan lain, jika memang tidak bisa diselesaikan dengan bicara baik-baik, maka dia akan mencoba membuat Joshua nyaman dengan “status” mereka.

Seperti contohnya saat sedang makan malam, Vincent mengambil piring steak Joshua dan mulai memotong-motongnya, yang lebih muda hanya diam melihat hingga Vincent mengembalikan piring tersebut kepadanya.

“Sudah aku potongin untuk pacar,” ujar Vincent.

“Kak, kita ga—“

Ssst, makan dulu keburu dingin,” potong Vincent cepat-cepat.
 
  
Lalu misalnya ketika mereka berpindah hotel ke Miami, saat memasuki kamar baru yang ternyata masih dengan connecting door, Vincent menggoda kembali.

“Harusnya pilih satu kamar Suite Room aja, lebih nyaman kan sama pacar sendiri,” belum juga Joshua membalas ucapannya, yang lebih tua sudah melarikan diri ke kamar mandi.
  
   
___
   
   
  
Pada Master Miami, Coach Ed tidak memasang target yang tinggi untuk Vincent mengingat pertandingan sebelumnya tenaga Vincent sudah habis terkuras hingga babak semifinal. Namun Vincent mendapatkan suntikan energi baru dari manager rasa pacar sepihak, yang mana dirinya tiada henti menggoda Joshua.
  
  
Vincent bahkan berhasil membawa dirinya hingga babak Final, saat ini dia sedang bersiap di ruang atlet dan melakukan pemanasan. Joshua melakukan pengecekan terakhir atas kelengkapan dan saat Vincent melihatnya tiba-tiba seperti ada bohlam menyala di benak sang atlet.

“Joshua…” panggil Vincent hati-hati.

“Ya kak,” jawab pemuda itu mendekat.

“Kalau aku menang pertandingan ini, kamu resmi jadi pacar aku, ga boleh nolak,” Vincent langsung bangkit mengambil tas peralatannya dan berjalan keluar.
  
   
Joshua terjebak dalam situasi yang dilemparkan oleh Vincent. Mana mungkin dia membantah disaat Vincent akan mulai bertanding namun dia benar-benar merasa tidak pantas berdampingan dengan sosok yang sudah lama disukainya itu. Joshua hanya mampu memendam sendiri rasa itu, toh sudah terbiasa sejak dulu, hanya memandangi dengan kagum dari pinggir lapangan.

Masa di sekolah dulu Joshua sering mencuri pandang kearah kakak kelasnya itu dari koridor. Apalagi sejak kepergian ayahnya yang membuat jurang diantara mereka semakin jauh. Tak pernah sedikitpun Joshua mengharapkan lebih dari sekedar dapat bertemu kembali dengan sosok yang dia kagumi, bahkan dia yang melempar pancingan kepada Jimmy agar mengajaknya ke pesta Ulang Tahun Vincent.
  
   
Saat Vincent memasuki lapangan, Joshua segera bergegas duduk di tribun yang disediakan untuk supporter dari pemain. Disana dia duduk bersebelahan dengan Agustinus dan Demi yang sedang dapat hadir menyaksikan pertandingan adik bungsu mereka. Vincent berhadapan dengan John Isner, seorang Big Server yang berasal dari US dengan tinggi badan lebih dari 2 meter. Dari situasinya, kondisi Vincent sudah tertinggal karena melawan “tuan rumah”, namun Joshua yakin Vincent dapat mengatasi rasa kalah itu. Asalkan Vincent dapat memetik point dari setiap serve nya, Joshua percaya Vincent dapat memenangkan pertandingan. Bukannya karena Joshua ingin menjadi kekasihnya, namun murni karena dia mendukung sosok itu dengan sepenuh hatinya.

Di luar dugaan orang banyak, Vincent bahkan beberapa kali dapat mematahkan serve Isner dan meraih poin. Set pertama dapat dimenangkan Vincent dengan skor 4-6. Set kedua pun dilalui tanpa hambatan, saat ini posisi sudah 2-4 unggul Vincent. Tubuh tinggi menjulang Isner sedang bersiap melakukan servenya, di ujung lapangan Vincent telah bersiap menerima bola datang. Dari gesture Isner, Vincent menduga bola akan diarahkan ke tengah lapangan, maka dengan reflek Vincent bergeser saat bola baru saja mengenai raket Isner, rupanya bola bergerak kearah luar. Sebenarnya sudah terlambat bagi Vincent untuk berbalik arah, namun dia memaksakan diri menerima pukulan tersebut.
 
Raket Vincent berhasil menghadang bola namun tidak berhasil mengembalikannya. Vincent bertumpu dengan posisi yang salah, dia merasakan tarikan pada otot pahanya. Vincent segera meminta waktu pada juri dan berjalan kearah kursinya di tengah. Tim medis bergegas datang dan memeriksa, Vincent mendapatkan semprotan penghilang rasa sakit dan kembali ke lapangan.

One Love | 15 - 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang