8 . Please..

1.5K 217 28
                                    

Pukul dua belas malam setempat, Joshua sudah akan tidur dan seperti biasa mengecek keadaan Vincent dahulu. Rupanya yang dicari tidak ada di dalam kamar, dengan kalut Joshua mendial nomor Vincent namun hingga beberapa menit kedepan tidak juga terhubung. Joshua panik dan berusaha mengingat-ingat semua wejangan Rama. Akhirnya memutuskan untuk berkeliling terlebih dahulu dan bar hotel adalah tujuan pertamanya.
  
 
Dalam suasana ruangan bar temaram, Joshua perlahan menyisir kerumunan hingga akhirnya bernapas lega menemukan sosok yang dicari duduk di kursi depan meja panjang.

"Kak, balik ke kamar yuk," ujar Joshua berhadapan dengan pemuda yang sudah jelas sedang mabuk.

Vincent melihat kearah sumber suara, hanya bersitatap sebentar kemudian menggeleng dan kembali menyesap minumannya. Dengan cepat Joshua merampas gelas itu menjauhkan semua minuman Vincent membuat pemuda tampan menggeram kesal. Joshua segera menyelesaikan pembayaran dan menarik lengan Vincent dibahunya kemudian memapah tubuh sebesar dirinya kembali ke kamar.

Saat mendudukkan Vincent ditepi ranjangnya, pemuda itu menangis, Joshua berusaha menenangkan dan mengajaknya bicara, berfikiran kekecewaan di lapangan yang membuat Vincent sedih.

"Kakak besok berlatih lebih keras ya supaya menang," namun pemuda di depannya masih juga menangis.

"Besok aku cariin jimat, mau?" ujar Joshua tertawa.

"Ga mau, ga mau jimat. Maunya Joshua," akhirnya Joshua mendapat tanggapan lain selain suara tangis.

"Qo aku kak? Aku kan ga bisa bikin kakak menang?"

"Maunya Joshua. Vincent suka Joshua tapi Joshua ga suka Vincent, hiks.." Vincent kembali menangis justru membuat Joshua tertawa kembali, repot juga menanggapi Vincent yang merajuk seperti anak kecil.

"Siapa bilang aku ga suka kakak? Aku suka kak Vincent."

"No you don't! Don't dare to lie to me," tukas Vincent.

Joshua akhirnya bersimpuh didepan Vincent, menggenggam telapak tangan yang lebih tua dan menatap dalam-dalam.

"Joshua ga bohong kak. Joshua suka kakak sejak dulu, kakak mungkin ga ingat dulu kita satu SMP. Bahkan kakak yang bikin aku bergabung di klub tenis. Kakak ga tau kan perasaan Joshua, makanya jangan nuduh sembarangan."

"Ga, Joshua pasti bohong. Joshua ga suka Vincent, Vincent jadi sedih. Hiks.."

"Kak, Joshua suka kakak. Beneran, mau bukti apa?" tanya Joshua kemudian.

"Cium.
Klo Joshua bener suka Vincent, cium Vincent coba," ujar Vincent cemberut.

"Iigh kakak lucu banget kalau mabuk," ujar Joshua mendekatkan wajahnya.

Perlahan kedua belah bibir bertemu, awalnya hanya menempel saja, namun Vincent mulai melumat ranum yang terasa manis dan kenyal. Ciuman sederhana, hanya saling merasakan bibir satu sama lain. Jantung Joshua berdetak terlalu cepat ditempatnya, ia sudah ingin melepas ciuman namun tertahan tangan Vincent ditengkuknya. Ciuman manis terus berlanjut hingga Joshua mendorong lembut dada bidang untuk memberinya kesempatan mengisi respirasi. Vincent menempelkan kening keduanya, dia tersenyum pada Joshua yang merah padam dan bernapas cepat.

"Berarti Joshua jadi pacar Vincent ya, kalau ga nanti Vincent sedih lagi," Vincent bersuara kembali namun Joshua hanya diam, walau menghadapi orang mabuk namun Joshua tidak ingin berkata sembarangan.

"Tuh kan diem, Joshua emang ga sayang sama Vincent. Sana jauh-jauh, pergi pergiii !" Vincent berteriak dan menangis lebih keras.

"Astaga kak, iya iya Joshua mau jadi pacar kakak. Sudah ya nangisnya, bobok dulu," namun Vincent masih juga menangis.

One Love | 15 - 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang