Vincent sudah mandi dan segar kembali, dia memakai piyama bermotif kotak-kotak senada. Badannya lelah, namun hatinya yang tidak merasa tenang belum mengijinkan dirinya terlelap. Menarik tubuhnya kearah connecting door yang terbuka, seketika matanya membulat lebar.
Joshua baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambut dengan hanya mengenakan sweatpants. Vincent melihat jelas tubuh berotot bahkan dapat melihat tetesan air yang mengalir melalui dada terbentuk kencang yang turun menyusuri keenam kotak tercetak di perut. Air itu masih terus kebawah menjejaki lekuk meruncing kebawah hingga terserap pada strap celana yang menggantung rendah.
Pemuda itu menelan ludahnya kasar, ingin jemarinya menggantikan tetesan air memuja lekukan tubuh bagai pahatan. Joshua menyadari ada sosok yang memperhatikannya dan melihat melalui sela rambut menjuntai, mendapati Vincent sedang membatu di depan pintu.
“Kak..?” panggilan Joshua membuat dirinya tersentak, kembali dari lamunan laknatnya.
“Josh, boleh masuk?” tanya Vincent cepat-cepat menutupi kegugupannya dan Joshua pun mengangguk.
Joshua meletakkan handuk dan beranjak menuju kopernya mengambil sehelai kaos dan mengenakannya. Yang lebih muda segera bergabung duduk di tepi ranjang, pemuda di sebrangnya masih juga diam tanpa mengalihkan tatapannya.
“Josh, aku belum bisa tidur, temani dulu ya,” pinta yang lebih tua.
“Yuk, di kamar kakak saja aku temani sampai kakak tertidur,” Joshua bangkit dan meraih jemari yang lebih tua lalu menariknya menuju kamar sebelah. Dengan santai dirinya merangkak naik ke atas ranjang. Vincent masih memperhatikan dalam diam kegiatan Joshua yang justru menyusup ke dalam selimut.
“Sini kak,” ujar Joshua menepuk ruang disebelahnya.
Vincent menurut, membawa dirinya turut masuk kebawah selimut disebelah Joshua. Mereka belum membahas lebih lanjut mengenai “kesepakatan” dan kejelasan status mereka, dari tadi mereka belum sempat berdua saja. Jemari panjang Vincent meraih jari-jari yang lebih muda dan menautkannya.
“Kak..” panggil Joshua menggantung, Vincent segera melihat kearah obsidian bulat yang justru malah diam saja.
“Kakak memangnya ga malu punya pacar kayak aku?” tanya Joshua lirih.
“Kenapa harus malu Dek? Kakak sayang sama kamu, bisa di sebelah kamu seperti ini aja sudah bikin aku bahagia,” jawab Vincent.
Yang lebih tua menarik jemari porcelain itu dan menciumnya satu per satu dengan lembut, Joshua merasa hatinya begitu hangat tersentuh dengan perlakuan Vincent kepadanya.
“Tapi kita berbeda kak..
dan terpenting dari semuanya, hubungan kita tidak punya tempat di masyarakat,” Vincent dapat memindai getaran pada suara yang didengarnya, dia mendekat dan mencium kening Joshua.“Selama Joshua bersedia jalan bersama, aku yakin kita pasti bisa mengatasi semua halang rintang,” Vincent perlahan membuat jarak dan melihat kedalam obsidian yang mulai berkaca-kaca.
“Joshua mau kan jadi kekasih Vincent? Saling menyayangi satu sama lain dan saling memberikan kekuatan,” tanya Vincent sungguh-sungguh.
“Joshua mau kak, tapi–“
“Sssh.. ga usah dipikir yang berat-berat. Selama kita saling berbagi, beban itu akan terasa ringan,” ujar Vincent mulai mencium kedua mata Joshua lalu menjamah pipi bulat dan berhenti di sudut luar bibir ranum.
Pemuda manis menanti ciuman pada bibirnya yang tak kunjung datang, dia melihat kearah mata kekasihnya yang terpejam begitu dekat, bahkan dia dapat menghitung bulu mata indah. Kedua bibir mereka telah begitu dekat namun Vincent tak kunjung bergerak, Joshua bahkan sudah mulai frustasi merasakan deru napas kekasihnya yang begitu maskulin. Akhirnya Joshua paham, Vincent memberinya kesempatan untuk mengambil keputusan karena yang lebih tua sudah begitu yakin dengan cinta yang dimiliki, berbeda dengan dirinya yang masih penuh keraguan.
Joshua memiringkan kepala sedikit, ranumnya menyapu lembut bibir sintal membuat sedikit terbuka. Joshua memang sudah jatuh cinta dengan Vincent, ternyata dapat jatuh lebih dalam hanya dengan begini, dirinya tersenyum sebelum melumat belah bibir sintal. Vincent balas memanggut ranum yang kenyal dan terasa manis, sempat terpikir olehnya apakah Joshua menggunakan lipbalm dan dia memutuskan untuk membeli stock product tersebut banyak-banyak karena rasanya begitu candu.Ciuman lembut itu terasa semakin dalam, Vincent menggigit bibir bawah kekasihnya dan melesakkan lidah ke dalam rongga hangat. Lidah panjang membelai titik yang tidak pernah terjamah sebelumnya membuat si manis meremang. Tulang punggungnya dijalari listrik dan membangkitkan kupu-kupu di dasar perutnya. Joshua tidak mau kalah, lidahnya membelit organ liat itu dan memberikan pertarungan yang seimbang.
Suara decapan memenuhi kamar hotel, saliva mengalir melalui sela bibir namun diacuhkan keduanya. Telapak tangan Vincent terjulur kearah belakang tengkuk manisnya, jemari panjang menahan agar tidak ada ruang tercipta diantara mereka. Joshua mulai kehabisan napas, dia meremat helaian panjang bergelombang dan menariknya menjauh.
Vincent tersenyum nakal melihat bagaimana manisnya mengais oksigen, debaran jantung keduanya bertalu seirama, memukul-mukul rongga dada hingga terasa sesak. Baru saja Joshua berhasil menstabilkan pernapasannya, Vincent sudah menarik dagunya dan memberikan ciuman yang dalam, kedua lidah itu kembali saling melilit, persatuan kedua belah bibir terasa begitu sempurna. Ranum itu tetap terasa manis walaupun sudah begitu lama berciuman.
Vincent menjeda dan memberi jarak keduanya kemudian menggigit.. menjilat.. dan mengulum bibir bawah Joshua lalu menjeda kembali. Setelahnya melakukan hal yang sama pada bibir atas Joshua.
"Kakak lagi ngapain sih?" tanya Joshua yang tidak dapat menyembunyikan herannya."Bibir kamu manis banget sayang, kirain karena lipbalm. Tapi ternyata beneran enak," ujar Vincent terdengar polos membuat wajah Joshua merona bahkan merambat hingga ke kuping.
Joshua menjadi kikuk dan menyembunyikannya dengan mencium Vincent dalam-dalam, tanpa ragu lidahnya bergerak panas di dalam sana. Vincent suka sekali dengan respon Joshua setelah digoda olehnya, dia menarik tubuh si manis menjadi berada diatasnya. Kedua tangan memerangkap tubuh sang kekasih, sebelah tangannya membelai lembut menyusuri punggung dan sesekali menyapa batas lekukan menuju buntalan empuk.
Yang lebih tua mulai merasa privasinya bangkit, namun dia abai. Nanti dia bisa selesaikan sendiri yang terpenting saat ini menikmati bibir candunya. Hal yang sama terjadi pada Joshua, dia justru makin memperdalam ciumannya. Tanpa sadar tubuh yang berada diatas bergerak membuat kedua privasi yang telah tegang bergesekan. Keduanya menggeram rendah dan saling melihat ke dalam netra pasangannya. Vincent tidak mau memaksakan kehendaknya kepada Joshua dan moment ini terlalu manis jika berakhir dengan perdebatan.
"Sayang turun ya, kakak mau menyelesaikan sendirian," ujar suara bariton yang begitu sarat akan gairah.
"Aku bantu kak, kalau cuma hand job, bisa kok," suara sehalus sutra itu terdengar lirih.
"Gapapa sayang, kakak ga mau buru-buru," Vincent terkekeh.
"Kan cuma pakai tangan.." suara Joshua sedikit mendesak kali ini.
"Joshua yakin?"
>>>
11.02.2020
Yakin gaaa? Qo aku yang ga yakin.
Vkook apa KookV ni? Aku mulai sedikit memikirkannya...
((pasang anti santet online))🤣 🤣 🤣
ga qooo. Jempol aku masih setia sama aliran TaeKook !
(entah nanti. wkwkwk)
Aku tu suka klo Jk jadi Dom.
Pssst, nanti aku kasih lagi Jk Dom di cerita ini, tapi sabar yaaaa. Masih lama itu 😁
Tungguin aja sampe lebaran... tahun depan tapinya!
ga kuat sama akun tiktok ini 🤧
💜
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love | 15 - 0
Fanfiction(Fin) Homophobic ⛔ Go Away! ~ One - Love ... 15 - 0 kata yang sering terdengar olehnya hingga dapat merasakan cinta yang sesungguhnya. ~ bxb AU Lokal KTH | JJK Tae!Top Others couple. Written : 24 Jan - 15 Mar 2020 #9 in vkook - 13 Feb 2020