"Tapi kamu jawab jujur dulu pertanyaanku Josh," tuntut Vincent yang ditanggapi anggukan oleh Joshua.
"Kamu bener ga pacaran sama Jimmy?" tanya Vincent."Iya kak."
"Bagaimana perasaan kamu ke Jimmy? Gapapa jujur aja, aku ga akan bilang-bilang," tanya Vincent kembali.
"Aku.. menghormati Kak Jimmy sebagai atasan yang baik," jawab Joshua.
"Itu saja?" pertanyaan Vincent ditanggapi anggukan.
"Maaf Jim, aku juga mau terjun ke medan peperangan. Kita sama-sama berjuang sobat," rapal Vincent dalam hati.
"Josh, sampai kamu dapat perkerjaan sesuai passion-mu setelah lulus kuliah, kamu kerja di Cafe aku. Pagi hari jam setengah tujuh ke rumahku siapkan kopi untuk Papi dan lainnya, beliau suka sekali kopi pasti akan senang dengan buatanmu. Deal?" Vincent membuka penawaran dan Joshua masih menanggapi dengan diam.
"Time is money, Josh. Aku menganggap waktumu sebagai ganti material biaya rumah sakit dan gores di motor. Kamu akan tetap dapat kompensasi dari pekerjaan," imbuh Vincent kemudian.
"Oke Kak, aku ijin kak Jimmy dulu," jawab pemuda manis setelah berpikir sejenak."Sip, aku juga akan bilang Jimmy. Kalau bisa secepatnya ya," Joshua mengangguk menanggapi.
"Kamu bener ga mau ke IGD?"
"Gapapa kak, cuma lecet dikit," respon Joshua nyaris terlalu cepat.
"Ya sudah, kamu istirahat saja. Bunda Sofia juga sudah tidur, sampaikan pamitku pada beliau."
Vincent menepuk pundak Joshua saat beranjak pergi. Kembali mengendarai motor kesayangannya tanpa perlu repot-repot mengecek kerusakan yang disebut Joshua sebelumnya. Karena hari sudah diatas jam 10 malam maka Vincent dapat menggunakan jalur contra flow pada jalan utama menuju rumah besarnya.
.
Esok paginya, baru juga jam 6 pagi saat Vincent melangkah ke garasi, dia mengambil Brompton-nya dan mengayuhnya melintasi halaman depan rumah yang luas. Pak Bon atau tukang kebon mereka sampai dibuat bingung olehnya karena sudah lama tidak melihat Vincent menaiki sepeda. Bukannya Vincent tidak suka, hanya waktunya saja yang tidak ada.Pemuda tampan itu mengayuh sepedanya melalui sisi jalan yang memang diperuntukkan sebagai penopang jalan utama. Pagi ini segar dengan deretan pohon besar sepanjang jalan memberikan kenyamanan tersendiri. Vincent jadi teringat masa SMP nya dimana dia setiap hari ke sekolah dengan sepeda. Sekolahnya sama-sama berada di jalur utama kota ini, deretan pohon besar pada dua sisi jalan membuat pejalan kaki maupun pengguna sepeda akan tetap nyaman melintasinya bahkan di siang hari sekalipun. Beberapa lampu merah terlewati hingga Vincent berbelok di jalanan conblock dekat sekolahnya dulu dan berhenti di depan lapak kecil penjual sarapan khas daerah situ.
"Selamat pagi mbah, bungkus dua seperti biasa sama teh nya sekalian."
"Lho.. ada siapa ini? Nak Vincent, apakabar? Lama ga kesini," sapa si mbah ramah.
"Iya mbah, lagi banyak urusan diluar," jawab Vincent sopan.
"Mbah itu kepingin nonton kamu juga, tapi antena si mbah ga sampai buat nonton sejauh itu," cerocos si mbah sembari menyiapkan pesanan Vincent.
Vincent tertawa dan memancing ponselnya, membuka aplikasi video streaming dan mencari rekaman pertandingannya.
"Mbah, coba lihat, Vincent yang disisi sini," ujar Vincent mengulurkan layar kehadapan wanita tua tersebut.
"Waduh, ga kliatan nak. Kamu pukul-pukul bola mbah mana bisa lihat bolanya," Vincent tertawa renyah menanggapinya.
"Ini pesan dua sekalian untuk calon kamu?" tanya si mbah kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love | 15 - 0
Fanfiction(Fin) Homophobic ⛔ Go Away! ~ One - Love ... 15 - 0 kata yang sering terdengar olehnya hingga dapat merasakan cinta yang sesungguhnya. ~ bxb AU Lokal KTH | JJK Tae!Top Others couple. Written : 24 Jan - 15 Mar 2020 #9 in vkook - 13 Feb 2020