19 . a Bucket of Rose

1.1K 153 30
                                    

Jam 11.45 waktu setempat, Vincent sedang menunggu saatnya bertanding di dalam ruang transit hanya ditemani oleh Joshua. Pemuda tampan terlihat gelisah di kursinya, beberapa kali melihat ke arah jam yang tergantung di dinding. Joshua melihatnya pun heran, belum pernah Vincent terlihat sebegini kalut. Ya memang Vincent kembali menjejakkan kali di lapangan Grand Slam yang membawanya pertama kali masuk ke ajang bergensi ini secara rutin, namun ini baru babak penyisihan.

"Kak ga enak badan?" tanya Joshua yang sudah mendekati Vincent.

"Ga Dek, gapapa," jawaban singkat yang agak terlalu cepat diterima.

"Alat semua lengkap, sudah aku cek ulang. Tadi kakak juga sarapan seperti biasanya, apa perutnya terasa ga enak kak?"

"Ga sayang, beneran gapapa," jawab Vincent kembali dengan kalimat yang sama.

Joshua memeluk tubuh itu dari belakang, meletakkan dagunya di pundak kokoh dan mencium pipi kekasihnya.

"Terus kenapa kak, qo gelisah?" tanya si manis.

"Lawan kakak nanti left handed. Kakak suka kagok," Vincent memberikan alasan.

Pemuda di belakangnya terlihat mengerenyitkan keningnya, sepanjang sepengetahuannya Vincent tidak mengalami masalah dengan lawan left maupun right handed. Joshua menegakkan tubuh dan mulai memijat pundak dan tengkuk kekasihnya, setidaknya saat ini dia dapat mencoba memberi kenyamanan. Tak lama pintu diketuk, Joshua menghentikan kegiatannya dan hendak berjalan ke arah pintu namun didahului Vincent.

"Kakak aja Dek," jawab Vincent terburu.

Saat pintu dibuka, Joshua dapat melihat sekilas wajah asisten Coach Ed, Kiming yang tertutup oleh tubuh Vincent.

"Kak Vincent, aku tunggu di depan takut kakak lupa waktu," sekelumit pembicaraan Kiming yang dapat ditangkap Joshua.

Vincent menutup pintu kembali dan saat berbalik badan Joshua menahan napasnya. Kekasihnya mendekat membawa seikat besar bunga mawar merah dan tersenyum tampan luar biasa.

"Selamat Ulang Tahun sayang," ujar Vincent menyerahkan bunga dan mengecup bilah ranum favoritnya.

"Terima kasih kak, tapi kan belum," jawab Joshua dengan telinga memerah.

"Zero o'clock wib sayang," ujar Vincent sembari mengusak kepala manisnya dengan penuh kasih.

"Ooogh.." hanya itu yang mampu Joshua ucapkan. Dia pernah diberi bunga sebelumnya oleh Vincent, tapi saat itu mereka bahkan belum memiliki status. Yaitu ketika ujian sidang akhirnya yang dirayakan di Café. Joshua hanya menganggap sebagai tindakan dari atasan yang perhatian, jadi dia tidak terlalu membawanya ke dalam hati. Tidak seperti sekarang ketika mereka sudah menjadi sepasang kekasih, ternyata mendapatkan bunga seperti ini sukses membuat jantung Joshua hampir lepas dari tempatnya.

Joshua mencium wangi mawar untuk menenangkan debaran jantungnya dan kala memperhatikan lebih ternyata terdapat sebuah amplop kecil sewarna yang terselip diantara kelopak mawar. Dirinya meraih kertas terlipat bertuliskan "Happy Birthday Joshua, from your love" dengan satu tangan dan berusaha membukanya.

Vincent meraih bucket bunga agar Joshua leluasa membuka hadiah darinya yang ternyata sebuah gelang hitam terbuat dari benang kuat yang saling terkait oleh gembok kecil ditengahnya. Joshua memperhatikan kadonya baik-baik.

"Tadinya kakak mau kasih cincin couple tapi kita belum pernah membahasnya sama sekali. Kakak khawatir ditolak jadi kakak beri gelang pasangan untuk kita," kemudian Vincent membuka wristband-nya menunjukkan gelang yang sama tersembunyi apik di dalam situ.

Joshua tersenyum, dia sangat senang dengan kadonya. Tapi dia enggan memakai hal yang menunjukkan dengan jelas adanya hubungan mereka berdua.

"Aku pakai di kaki ya kak, supaya ga kelihatan jelas, apalagi kalau aku lagi ke rumah kakak," Vincent menghembuskan napas lega, dia sudah berpikir bahwa Joshua akan menolak pemberian darinya.

One Love | 15 - 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang