12 . Dalem

1.7K 194 21
                                    

Esok paginya Joshua terbangun lebih dahulu, dari Rama dia sudah mengetahui bahwa sehari setelah menyelesaikan turnamen Vincent akan menghabiskan waktu dengan bantal saja. Apalagi semalam mereka berolahraga, tentu lebih menguras tenaganya. Joshua memperhatikan wajah pulas itu, mengingat kembali memorinya dahulu bagaimana dia merengek kepada Ayahnya agar diijinkan masuk ke Klub Tenis yang sama dengan Vincent.

Mereka memang belum pernah berhadapan langsung karena level Vincent yang sudah jauh diatasnya. Bertugas menjadi Ball Boy saat Vincent latihan adalah hal yang paling dinanti olehnya. Bisa dikatakan itu adalah moment dimana Joshua dapat melihat Vincent dari dekat. Tak disangka ternyata Vincent notice eksistensinya walaupun sempat melupakan. Pemuda manis itu merangkul tubuh yang terlelap, menghirup aroma maskulin yang memenuhi penciumannya. Tanpa sadar Joshua bergerak dan menempelkan pipinya di atas dada sang kekasih, masih belum dapat mempercayai nasib baik yang dijalaninya.
   
  
Menjelang siang Vincent terbangun, tangannya meraba tempat kosong di sebelahnya, panik lalu tersentak duduk dan memindai sekeliling kamar mencari sosok manisnya.

"Joshua?" panggil suara bariton yang baru bangun dengan agak keras.

"Dalem.." terdengar balasan dari agak jauh dan tak lama Joshua datang mendekat dengan separuh berlari dari kamar sebelah.

Joshua berdiri disisi ranjang dan terheran melihat muka Vincent yang merah padam, “kakak sakit?” tanyanya sembari menempelkan telapak tangan pada kening kekasihnya.

“Kalau Joshua yang jawab panggilan seperti tadi, rasanya hangat sekali,” jawab Vincent lirih.

“Kan kakak juga biasa di rumah seperti itu. Emm.. ga boleh ya kak?”

“Boleh Dek, cuma masih canggung aja.”

“Nanti lama-lama juga biasa kak,” ujar Joshua tersenyum. Vincent segera memeluk tubuh Joshua, menenggelamkan wajahnya diatas perut.

"Semalam ga mimpi kan?" tanya Vincent dengan suara teredam.

"Kakak mimpi apa? Coba cerita.." Joshua terkekeh dan tangannya membelai lembut kepala yang lebih tua.

Vincent mengintip dari bawah ke netra kelam yang melihatnya dengan binar lucu. Dirinya ikut tersenyum lalu menggigit perut didepannya dari balik fabrik.

"Aduh kak, sakit. Banyak lebamnya karena kakak ni," Joshua berkata disela tawanya.

"Aku mau lihat."

Tanpa aba-aba Vincent menyibak kaos itu keatas, menampilkan kissmark nya yang tersebar dimana-mana. Perlahan Vincent menciumi satu per satu noda merah pada permukaan kulit porcelain.

"Kak geliii. Udah ah," ujar Joshua sambil mendorong wajah Vincent menjauh.

"Dek, kita besok ga usah pulang dulu ya? Extend disini jalan-jalan. Mau?" tanya Vincent kepada kekasihnya.

Joshua tampak berpikir sejenak sebelum bertanya, "berapa lama kak?".

"Adek maunya sampai kapan? Kakak bulan depan ga ambil turnamen, Mei aja ikut Madrid sama Lyon sekalian nonton Rolland Garros," ujar Vincent yang sudah kembali mendusel ke perut kekasihnya.

"Ga lolos penyisihan ya kak?"

"Ga Dek, kakak lemah banget di tanah liat. Lebih bagus di rumput." *

"Yeah i know.." jawab Joshua yang langsung ditanggapi Vincent dengan menarik Joshua berbaring bersamanya.

"Dek ngaku, kamu stalking aku kan?"

"Aku ga stalking kak, cuma update ngikutin berita tentang kakak aja," ujar Joshua malu-malu.

One Love | 15 - 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang