Part 5

595 485 72
                                    

Minggu pagi ini membuat Amanda tidak bersemangat, bagaimana tidak pagi pagi begini hujan sudah turun. Membuat siapapun malas beraktivitas.

Amanda menelpon Aneira untuk mengajaknya jalan jalan. Tak lama kemudian Aneira mengangkat telponnya.

"Halo Aneira. Lo dimana? Lo ada waktu kosong nggak hari ini?" tanya Amanda.

"Emmm gimana ya nda." ucap Aneira.

"Ayo lah nei gue bosen nih dirumah." ucap Amanda.

"Ya tapi ini hujan lo nda. Lo kan kemarin sakit." ucap Aneira.

"Sakitnya udah kemarin sekarang gue udah sembuh." ucap Amanda.

"Lo yakin?" ucap Aneira.

"Iya gue yakin. Ya udah gue kerumah lo ya. Bye baby." ucap Amanda sambil menutup telponnya.

Amanda segera berganti pakaian lalu mengambil tasnya dan turun kebawah. Amanda berangkat menuju rumah Aneira menggunakan mobil miliknya.

Sesampainya di rumah Aneira, Amanda memakirkan mobilnya di depan gerbang rumah Aneira. Amanda melihat Bi Mina yang sedang menyapu halaman rumah Aneira.

"Pagi Bi Mina...Aneiranya ada didalem kan." sapa Amanda.

"Eh non Amanda. Non Aneiranya ada didalem. Udah siap kok non pasti mau ke mall ya." ucap Aneira.

"Mungkin sih bi emang kenapa bi mina ada yang mau dititippin sama Amanda." ucap Amanda.

"Enggak kok non bibi cuman nanya aja." ucap Bi Mina.

"Oke deh Amanda ke dalam dulu ya." ucap Amanda.

Kemudian Amanda masuk ke dalam rumah Aneira. Amanda melihat Aneira sedang fokus pada ponselnya. Akhirnya Amanda memutuskan untuk menutup mata Aneira dari belakang.

"Amanda... gue tau itu lo." ucap Aneira.

"Lagi chatting sama siapa lo ra. Kok emotnya ketawa tawa gitu " ucap Amanda.

"Oh ini gue lagi chat sama Aldino. Gebetan baru gue yang waktu itu gue ceritain sama lo." ucap Aneira.

"Dia yang ngechat lo duluan atau lo yang ngechat duluan?" tanya Amanda.

"Ya gue sih yang ngechat Aldino. Gue dapet nomernya Aldino dari Rafi. Dia yang bantuin gue." ucap Aneira.

"Nda... lo beneran gak suka sama Rafi walaupun sekecil semut?" tanya Aneira.

"Ya gimana ya ra. Gue juga gak tau perasaan gue ke Rafi itu gimana. Tapi dulu kalo ada orang yang nanya kita pacaran atau nggak gue bakalan diem aja biar Rafi aja yang ngejawab. Tapi pas dia bilang kalo gue sama dia cuman sebatas sahabat rasanya kok gue kayak gak terima gitu ya." ucap Amanda panjang lebar.

"Amanda lo tuh bego apa gimana sih itu jelas jelas lo berarti suka sama Rafi." ucap Aneira.

"Tapi itu dulu ra. Sekarang udah enggak gue udah biasa kok dianggap sahabat sama dia." ucap Amanda.

"Nda... jangan gitu dong. Lo mau gue bantuin gak sama Rafi." ucap Aneira.

"Ra gue kan udah bilang kalo itu dulu,sekarang gue udah nggak suka. Perasaan gue ke Rafi udah hilang bersama dengan jalannya waktu. Gue juga lebih suka sahabattan sama Rafi. Dia selalu jagain gue dengan tulus." ucap Amanda.

"Lo yang sahabatnya aja dijagain sepenuh hati apalagi pacarnya besok ya. Lo nggak mikir apa kalo suatu saat Rafi punya pacar, waktu lo sama Rafi jadi terbatas dan lo nggak bisa sebebas kayak sekarang deket sama Rafi." ucap Aneira.

"Ya biarin aja ra gue juga nggak bisa ngelarang Rafi buat pacaran sama siapa. Yang perlu gue lakuin ke Rafi saat dia punya pacar nanti, ya nampung curhatnya dan support dia aja." ucap Amanda.

Meant to beTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang