Hari ini sesuai rencana, Amanda berangkat sekolah jam 05.00 pagi. Amanda berangkat bareng dengan Marvel. Saat Amanda menuju pagar rumahnya, Marvel sudah ada didepan sana menunggunya. Alhasil ia pun dibonceng dengan Marvel.
Kini semuanya telah berkumpul, yaitu Aneira, Rafi, Marvel, dan Amanda.
"Kita nggak ajak Alex juga nih?" tanya Aneira.
"Harusnya nih ya kita ajak Alex. Pasti Amel ikut juga kan, secara mereka kan berangkat sama pulang bareng terus. Ntar kita bisa tanya tanya tentang rencana Natasha deh." ucap Amanda.
"Bener juga ya. Kenapa nggak kepikiran dari tadi sih." ucap Rafi.
"Ya udah ajak sana." ucap Amanda.
Akhirnya mereka meyuruh Alex untuk datang. 20 menit berlalu tak ada tanda tanda kemunculan Natasha.
"Akhirnya nyampe juga lo." ucap Rafi pada Alex.
"Eh ada Amel. Temen lo yang selalu buat ulah mana nih?" ucap Aneira.
"Maksud lo Natasha? Kenapa nggak tanya sama pacarnya aja." jawab Amel yang melirik Marvel.
"Gue mana pernah peduli sama dia." ucap Marvel ketus.
"Kalo lo nggak peduli ngapain dipacarin." ucap Amel.
"Gue capek." jawab Marvel.
"Oi mel, lo tau nggak rencana sahabat lo satu itu?" tanya Aneira.
"Rencana? Enggak tuh." ucap Amel.
"Ya pasti dia bohong lah. Secara dia kan gengnya Natasha." ucap Amanda.
"Terserah lo mau percaya ato enggak." ucap Amel memutar bola matanya malas.
Mereka pun tetap menunggu kedatangan Natasha. 1,5 jam mereka telah menunggu tapi Natasha juga tak datang datang.
"Kuy cabut kantin aja. Natasha nggak nongol nongol juga." ucap Rafi.
"Kuy lah gue juga belum sarapan." jawab Aneira.
"Gue dikelas aja deh. Gak mood ke Kantin." ucap Amanda.
"Kalo gitu biar gue temenin aja ya, biar nggak sendirian." ucap Marvel.
"Jangan modus lo yah." ucap Rafi.
"Emang lo siapanya dia sih, ngatur banget." ucap Marvel
"Bukan gitu. Lo kan sekarang udah ada yang punya. Entar kalo Amanda baper gimana? Mau tanggung jawab lo?" ucap Rafi.
"Ngomongin apa sih nggak jelas banget deh." ucap Amanda.
Akhirnya mereka semua ke Kantin kecuali Amanda dan Marvel. Amanda memakan bekal buatannya sendiri. Dia bangun saat anggota keluarganya yang lain tidur untuk memasak membuatnya. Andai Amanda tau Marvel datang menjemputnya ia pasti membuatkannya untuk Marvel juga.
"Lo mau?" tanya Amanda.
"Enggak. Lo makan aja yang kenyang." ucap Marvel.
"Emangnya lo udah sarapan?"
"Belum"
"Nih gue suappin. Ntar lo pusing lagi mikirin cewek lo."
"Bisa nggak sih nggak usah bawa bawa Natasha kalo kita lagi berdua."
"Emang itu kenyataannya kok. Dia emang pacarmu kan."
"Tapi gue sayangnya sama lo Nda."
"Sayang sebagai temen kan."
"Enggak! Lebih dari temen. Bukan sahabat."
Deg. Amanda diam, Marvel yang melihat Amanda diam mematung langsung pindah tempat duduk disebelah Amanda. Yang semula berhadapan kini menjadi sebelahan.
"Nda. Gue sayang sama lo. Gue cinta banget sama lo. Dari dulu malah, tapi gue nggak pernah punya keberanian buat nembak lo. Sampai akhirnya waktu ini datang tanpa disengaja." ucap Marvel.
Marvel meraih tangan Amanda. "Lo mau jadi pacar gue kan Nda?"
Amanda langsung menarik tangannya dan berdiri dihadapan Marvel. "Lo nembak gue saat lo udah punya pacar, punya otak gak lo? Walaupun gue juga cinta sama lo tapi sorry gue gak bisa nerima lo. Emang lo pikir gue cewek apaan."
Amanda pergi meninggalkan Marvel sendirian didalam kelas menuju taman sekolahnya.
Amanda duduk dibawah pohon mangga yang besar sambil memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya. Ia menangis sendirian.
"Kenapa harus sekarang sih? Kenapa Marvel harus egois? Kalo emang Marvel cinta sama gue harusnya dia putusin dulu Natasha. Emangnya gue mau apa jadi yang kedua." ucap Amanda dalam hati.
"Nih buat lo." ucap laki laki yang tiba tiba duduk disamping Amanda.
Amanda melihat laki laki itu ternyata ia adalah Rafi. "Lo tau darimana gue disini?"
"Tadi gue liat lo lari ya udah gue kejer." ucap Rafi.
Amanda menenggelamkan wajahnya pada dada Rafi. Ia menangis dalam pelukan Rafi. Tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang menatap keduanya dengan api cemburu yang membara. "Gue nggak akan mau lepasin lo, Amanda." ucap Marvel pada dirinya sendiri.
Perlahan tangisan Amanda berhenti. Ia mengusap air matanya sendiri. "Makasih udah nemenin gue. Sampe gue tenang."
"Siapa yang udah buat lo nangis? Marvel?" tanya Rafi.
"Gue lagi nggak mau cerita sekarang." jawab Amanda.
"Ya udah lo bisa cerita ke gue kapanpun. Sekarang ke kelas yuk atau mau bolos aja nih."
"Sebagai murid yang baik gue nggak mau bolos sekolah."
"Ayok dah. Mau digendong apa enggak nih."
"Emang lo pikir gue anak kecil apa."
"Kan emang iya. Badan doang gede tapi tingkah lo anak kecil."
"Gue nggak gitu ya enak aja lo kalo ngomong."
"Ini baru Amanda yang gue kenal. Lo kalo nangis jelek lo. Suer deh."
"Gue nggak nanya." ucap Amanda yang kemudian berjalan ke kelasnya.
Akhirnya mereka pun masuk kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Tak lama kemudian bel istirahat berbunyi.
"Lo mau makan nggak?" tanya Rafi pada Amanda.
"Tadi gue makan sih tapi sedikit, ya udah yuk jajan aja." jawab Amanda.
"Amanda, lo tadi kenapa nangis?" tanya Aneira.
"Tadi Marvel nembak gue." jawab Amanda.
"Lo terima?" tanya Rafi.
"Ya enggak lah emang gue cewek apaan. Pacaran sama orang yang udah punya pacar." ucap Amanda.
"Ya udah deh bagus kalo gitu." ucap Rafi yang senang Amanda menolak Marvel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to be
Teen FictionAmanda Daviandra, gadis yang telah lama disukai oleh seorang Marvel Kavindra. Kini takdir dengan berbaik hati mempertemukan mereka lagi. Dan waktu membuat mereka semakin dekat. Namun, mereka dikagetkan oleh kehidupan masa lalu mereka. Apa yang ter...