Part 25

39 21 5
                                    

Happy reading <3

Sebulan telah berlalu, Marvel tidak pernah berbicara pada Amanda begitupun sebaliknya. Kini Amanda, Aneira, Aldino dan Rafi telah berkumpul di Kantin dan memakan bakso mereka. Marvel, Alex, dan Amel juga berada di Kantin tetapi beda meja dengan yang lainnya.

"Amanda, hubungan lo sama Marvel gimana? Udah putus?" tanya Aneira sambil mengelap mulutnya dengan tisu karena telah menghabiskan baksonya.

Rafi yang mendengar pertanyaan Aneira langsung tersedak sehingga cepat cepat ia minum air sembari menatap wajah Amanda. Menunggu jawaban dari Amanda. Karena jika dipikir pikir mereka sudah tak pernah bersama sekarang.

"Gue juga nggak tau. Dibilang putus tapi kita berdua nggak pernah ngomong putus." jawab Amanda.

"Kenapa nggak lo omongin dichat aja." saran Aneira.

"Hp Marvel ilang, gue nggak tau nomernya dia yang baru." ucap Amanda.

"Tanya sama temen sekelasnya aja nda." ucap Aldino yang ikut nimbrung pada percakapan Amanda dan Aneira.

"Bener tuh nda." ucap Aneira.

"Tapi gue gengsi kalo harus ngomong duluan setelah sebulan nggak pernah kontak dia." ucap Amanda.

"Kalo lo gengsi mulu, ini nggak akan selesai nda. Masalah kalian nggak akan selesai selesai sampai kapanpun, kalo lo mau putus sama Marvel lo bilang sekarang juga sama Marvel." ujar Aneira.

"Gue nggak mau putus, gue masih sayang sama Marvel." ucap Amanda.

"Udahlah ra, biarin Amanda ngelakuin apa yang pengen dia lakuin. Lo nggak usah ikut campur masalah Amanda sama Marvel." sahut Rafi.

Aneira sangat marah mendengar perkataan Rafi barusan, ia pun berdiri "Loh? Ikut campur gimana? Gue ini cuma ngasih saran sama sahabat gue. Mata lo buta apa gimana, lo nggak liat hidup sahabat gue ini udah kayak mayat hidup." ujar Aneira dengan lantang.

"Maksud lo gue udah nggak perhatian sama Amanda gitu. Maksud lo gue ini sahabat yang buruk." ucap Rafi yang ikut ikut berdiri membentak Aneira.

"Eh jangan kasar dong sama cewek." ucap Aldino membela Aneira.

Wajah Rafi memerah karena marah, ia memilih pergi meninggalkan yang lainnya.

"Udah ra biarin aja nanti juga Rafi udah nggak marah lagi." ujar Amanda mengusap usap punggung Aneira. "Mendingan lo apel aja sama Aldino."

"Tapi nda saat ini lo itu butuh seseorang yang selalu disamping lo yang bisa kasih saran bermanfaat buat lo." ucap Aneira

"Udah gak usah cemas, gue nggak apa apa kok. Lo sama Aldino apel aja gih." ujar Amanda mendorong punggung Aneira dan Aldino bersamaan supaya mereka pergi.

"Tuh cewek lo katanya kayak mayat hidup sekarang. Yakin lo nggak mau nemuin  Amanda dulu?" ucap Amel pada Marvel yang duduk dibangku pojokkan.

"Nggak usah ikut campur gue bisa atasin ini sendiri." ucap Marvel.

"Kalo lo bisa ngatasin sendiri lo udah baikan kali sama Amanda." ucap Alex sinis.

Amanda merasa pusing ia memilih untuk segera ke kelasnya. Karena tak konsentrasi saat berjalan Amanda tak sengaja menabrak tubuh seniornya hingga jus yang dibawa seniornya itu tunpah kemana mana.

"Eh anjing lo punya mata gak." ucap senior yang tersulut emosi itu.

"M-maaf kak aku nggak sengaja." ucap Amanda.

"Nggak sengaja pala lu, terus ini seragam gue gimana." ucap senior itu, saat ini mereka berdua sedang ditonton oleh semua murid yang ada di Kantin.

"Lo tega ngeliat cewek lo dipermaluin gitu."ucap Alex.

"Wahh bener bener jahat lo vel. Kalo gue jadi Amanda mending gue jomblo daripada punya cowo kayak lo." ucap Amel memanas manassi Marvel.

Marvel bangkit dari tempat duduknya dan mengahampiri tempat Amanda "Nih uang buat beli seragam baru." ujar Marvel melempar tiga lembar uang seratus ribuan pada seniornya dan menarik lengan Amanda untuk menjauh dari kerumunan itu.

Amanda hanya diam dan mengikuti kemana Marvel akan membawa dirinya. Tepat didepan pintu kelas Amanda, Marvel melepaskan tangannya dari lengan Amanda, ia menatap Amanda yang kini tengah menunduk menatap lantai.

"Masuk." ucap Marvel

Amanda mengedarkan pandangannya dan menyadari bahwa sekarang ia telah didepan ruang kelasnya "M-marvel..."

"Belajar yang bener minggu besok udah ujian jangan sampe nilai lo turun karena gue akan berusaha masuk kelas unggulan." ujar Marvel tanpa melihat Amanda dan berlalu begitu saja, meninggalkan Amanda yang masih mematung ditempat.

Marvel dapat melihat wajah Amanda yang pucat pasi, sepertinya dia sakit. Tapi Marvel percaya bahwa Amanda dapat menjaga dirinya sendiri.

Kring...kring...kring... suara bel masuk berbunyi membuat Amanda kembali pada dunia nyatanya dan segera memasuki kelasnya.

Bersambung...
Jangan lupa untuk vote dan komen yang banyak yaa, see u...

Meant to beTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang