Amanda menuruni anak tangga dengan langkah gontai, tak ada semangat pada hari ini mengingat kemarin Marvel sangat marah padanya.
"Mukanya lesu banget sih non. Ada apa non?" tanya Bi Siti menaruh masakannya dimeja makan.
"Enggak ada apa apa kok bi." jawab Amanda berbohong.
"Ya udah non, bibi mau ke dapur. Kalo ada apa apa bilang sama bibi ya non." ucap Bi Siti meninggalkan Amanda.
Amanda memakan sarapannya sendirian dirumahnya, mama dan papanya masih diluar kota.
"Pak Tono anterin Amanda kesekolah ya." ujar Amanda pada Pak Tono yang sedang membaca koran didekat Bi Siti.
"Emangnya non nggak berangkat sama pacarnya non?" tanya Pak Tono.
"Enggak pak, dia lagi sibuk." jawab Amanda.
"Loh, itu kan udah ditungguin didepan. Tadi saya suruh masuk tapi dianya nggak mau non. Katanya nunggu diluar aja." ucap Pak Tono.
Amanda terkejut dengan pernyataan Pak Tono, bukankah Marvel marah padanya· Lantas mengapa dia masih mau menjemputnya?
Amanda keluar dari rumahnya dan mendapati Marvel tengah duduk diatas motornya. Amanda menghampiri Marvel dengan gugup, tak tau harus bersikap seperti apa pada Marvel.
"E-e Marvel.." ucap Amanda menunduk sembari memegang ujung seragamnya menghindari tatapan mata Marvel.
"Cepet naik!" ucap Marvel dingin.
Mereka berdua berangkat sekolah bersama, tak ada yang bicara diantara mereka. Amanda yang biasanya memeluk Marvel dari belakang kini hanya berpegangan pada tas Marvel. Sesampainya diparkiran sekolah, Amanda turun dari motor dan buru buru menuju kelasnya.
"Amanda...." panggil Marvel pada Amanda yang meninggalkan dirinya.
Seketika Amanda berhenti melangkah dan membalikkan badannya kearah Marvel "Apa?" tanya Amanda.
"Helmnya belum dilepas." ujar Marvel menghampiri Amanda dan melepaskan helm yang masih berada pada kepala Amanda.
Amanda malu dengan perbuatannya, bisa bisanya dia lupa melepas helmnya. Tapi ia merasa senang karena akhirnya Marvel berbicara padanya.
Namun setelah itu Marvel tak berbicara padanya. Marvel memang menggenggam tangan Amanda saat berjalan dikoridor sekolah tapi tetap saja ia tak berbicara pada Amanda.
"Sayang...." ujar Amanda manja menarik ujung seragam olahraga milik Marvel.
Jantung Marvel berdegup kencang, saat Amanda manja seperti ini merupakan kelemahannya. Ingin rasanya Marvel mencubit pipi Amanda dengan gemas. Tapi rasa gengsi menyelimuti hatinya. "Apa?" jawab Marvel ketus.
"Jangan diemin aku terusss" ucap Amanda memanyunkan bibirnya.
"Makanya jangan nakal." balas Marvel memainkan rambut Amanda dan mendekatkan wajahnya pada Amanda.
Darah Amanda berdesir, jantungnya berdegup kencang. Wajahnya dengan Marvel sangat dekat. Amanda belum siap menerima perlakuan seperti ini "I-iya aku minta maaf, aku nggak akan bohong lagi sama kamu." ucap Amanda mendorong tubuh Marvel menjauh darinya.
Marvel melihat pipi Amanda bersemu merah karena malu, sangat imut menurutnya.
Aneira yang berjalan dengan Aldino melihat sahabatnya Amanda dengan Marvel sekarang. "Kayaknya Amanda lagi dimarahin tuh sama Marvel." batin Aneira.
"Kamu merhatiin apa sih beb." tanya Aldino merangkul Aneira yang disampingnya.
"Itu kayaknya Amanda lagi dimarahin habis habissan deh sama Marvel." jawab Aneira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to be
Teen FictionAmanda Daviandra, gadis yang telah lama disukai oleh seorang Marvel Kavindra. Kini takdir dengan berbaik hati mempertemukan mereka lagi. Dan waktu membuat mereka semakin dekat. Namun, mereka dikagetkan oleh kehidupan masa lalu mereka. Apa yang ter...