#.18 Sadar

44 9 0
                                    

Aku berdiam diri di ruangan rahasia ku. Menatap foto foto yang akan menjadi sasaran ku, ya itu adalah foto mereka ber7.
Aku menatap mereka, yah berkat mereka aku bisa belajar untuk menahan hasrat ku, tapi aku ingin sekali melihat mereka menangis dan memohon kepada ku.

Tapi tiba tiba,  sebuah pesawat kertas jatuh ke atas meja. Aku sedikit terkejut, bagaimana bisa? ini ruangan hanya aku yang tau.

Aku mengambil pesawat itu dan membukanya.

"Hey, kau tidak mau berterima kasih kepada ku ? mereka tersiksa tanpa kau sentuh. Tidak kah kau menyadari? aku mempermudah pekerjaan mu. Nikmati permainan ku, maka kau juga akan menerima kebahagiaan. Para makhluk egois itu harus mendapat pelajaran, cara mereka memperlakukan mu. Semua harus mereka pertanggung jawabkan. Aku akan mengurusnya untuk mu, anggap lah ini surat kerja sama kita. Aku harus memberi tahu mereka, bahwa tak semua yang mereka lihat sama seperti apa yang mereka fikirkan, bahwa semua perbuatan mereka ada balasan nya."

Aku berfikir sejenak, dan tersenyum. Menatap foto mereka ber7.

"Nikmatilah" gumamku sambil tersenyum miring.

Dinda Pov

Aku mengikuti mas ku, melewati lorong, melewati ruangan ruangan yang di penuhi dokter, perawat dan pasien.

"Din"
"Ha?" Kataku terkejut
"Dia disini"

"Ruang Psikiater"

Aku membaca ruangan yang berada di depan ku.
Aku terheran heran sangat terheran heran.
Kemudian mas ku masuk, aku pun mengikuti nya

"Jangan bikin dia kaget din"
"Ha? nggih mas"

Mata ku terbelalak, air mata ku mengalir sangat deras. Kaki ku sangat lemas.  Aku menatap mas ku, mas ku hanya mengangguk.

Ingga, ya dia memang benar ingga. Tapi tingkah laku nya cara dia melihat orang, seperti orang ketakutan. Ah bukan seperti, tapi memang sangat ketakutan. Dia selalu menutup telinga nya dengan kedua tangan nya, rambut nya yang acak acakan, bahkan terkadang dia berteriak. Semua tingkah laku nya sudah seperti orang gila. Apa yang sebenernya terjadi? mengapa ?? ada apa dengan ingga?

Aku mendekati dia, namun dokter yang tengah mengobati nya mencoba menyuruh ku untuk tetap tenang menggunakan isyarat jari nya.

Tak lama kemudia mata kami bersatu, mata ku dengan ingga bersatu. Air mata ku sudah seperti hujan, sama sekali tidak berhenti. Ingin sekali aku berteriak, namun aku tidak boleh membuat nya terkejut.

Dia menatap ku kosong, dan tersenyum. Yah dia tersenyum ! dia mencoba mendatangi ku, namun saat dia tengah berada dalam perjalanan, tiba tiba saja dia ketakutan, badan nya bergetar hebat,  dia terus menutup telinga nya, melihat ke arah belakang dan terus berteriak "Jangan ikuti aku !! pergii pergiii !!" kemudian dia menangis.

Adaa apa sebenar nya? kemudian mas ku menarik tangan ku keluar dari ruangan.

"Mas ingga kenapaa??" tanya ku gemetar.

Author Pov.

Ayuni, avifah, zahra, dan denisa sedang bermalam di rumah zahra.
Mereka memutuskan untuk tidur bersama sama, agar mudah mengetahui kabar dari dinda.

"Eh dinda udah kasih tau kah?" tanya uni
"Belum ni" Kata zahra
"Ihh kok aku deg degan ya?" kata icha
"Iyaa joo" sahut vifah
"Main yo, main apa gitu, bosen aku" kata nisa
"Main apa?" tanya zahra
"Oohh aku tau ! kita konser aja" kata uni dengan senyum nya.

Yup, dan dengan kebobrokan mereka, mereka melaksanakan konser di dalam kamar zahra. Dengan guling sebagai mic, dan lampu belajar zahra menjadi lightstick. Mereka bernyanyi dengan goyangan dan kehebohan sehingga membuat kasur zahra goyang.

Untung saja kamar zahra kedap suara, jadi tidak akan mengganggu siapa pun.
Tak lama kemudian mereka kelelahan.

"Bentar, tak ambil cemilan sama minum" kata zahra
Yang lain hanya mengatur nafas, karna mereka sangat kelelahan.

Tak lama kemudian zahra kembali membawa cemilan dan minuman, ya dan mereka pun bersemangat lagi.

"Raa, ini ada temen mu dateng !!" teriak ibu zahra
"Iyaa bu!! sapa tu ges" jwab zahra
"Ih jangan jangan dinda, coba sana ra cepet" kata uni

Zahra pun keluar dan membuka pintu depan, ya benar sekali itu dinda. Zahra mempersilahkan dinda masuk.

Teman teman nya yang sudah tidak sabar medengar kabar pun sangat antusias mendengar penjelasan dinda.

"Din gimana?" tanya uni

Mereka sudah membuat lingkaran di atas kasur zahra.

"Jadi tadi . . . ."

Flashback on.

"Mas ingga kenapaa? " tanya dinda
Mas nya menarik nafas panjang dan mulai bercerita.
"Din, ingga itu trauma jadi nya mental nya bermasalah. Makanya dia berperilaku kaya tadi. Katanya dia selalu denger suara cutter yang ngikutin dia, makanya dia ketakutan banget. Mungkin waktu dia di sekap, dia selalu denger suara cutter. Dia di temuin sama petugas ob yang mau pulang ke rumah nya. trus denger teriakan orang, akhirnya dia nemuin Ingga yang udah pingsan, perut nya kosong, dia juga dehidrasi. Pas dia bangun dia ketakutan banget, mas yakin dia mau ngasih tau sesuatu, tapi karna trauma nya yang udah parah banget, jdi dia selalu ga bisa ngungkapin itu. Jdi dia harua rehab sampe mental nya normal dan trauma nya juga udah hilang."

Flashback off

"Haa? beneran din?" tanya icha
"Beneran ca, aku tadi loh sampe nangis di sana. Kesian amu ingga,  dia kaya gtu juga karna kita. Seandainya kita ga nuduh dia, pasti ga bakal gini" Ucap dinda
"Udah terjadi juga din, mau gimana?" Ucap zahra
"Iyaa, pokoknya kita harus sering jengukin ingga, kita jagain dia. Sampe dia sembuh." kata uni
"Iya lah, ini loh salah kita juga" sahut vifah

"Dia mau ngasih tau apa?" tanya nisa tiba tiba
"Kaya nya soal peneror ini" jawab dinda.

Mereka sangat khawatir dengan keadaan ingga. Tapi waktu sudah sangat larut mereka harus tidur.

.

TNF. . .

ya ampunn, author banyakk tugass bangett, maaf yaa  jarang up. Author pusing ni banyak banget tugas.
nanti kita double up yaa, buat kalian semuaa.....

JANGAN LUPA VOMENT.

The secret of silence.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang