BAGIAN 1

20.3K 1.1K 58
                                    


Aku tidak berniat mematahkan hati gadis-gadis pejuang prince charming di kampus ini. Sunggu, ini di luar kuasaku. Mereka bilang, aku menjadi gadis paling beruntung. Aku akan memutar bola mata tiap kali dengar kata-kata itu.

Siapa yang tidak kenal prince charming? Dia menjadi salah satu laki-laki pujaan para gadis di seantero kampus. Harapan para jomlowati. Meskipun sekarang harapan itu pupus saat gosip prince charming sudah menemukan tambatan hatinya tersebar.

Aku bergidik mendengarnya. Sebenarnya julukan prince charming itu mereka yang menyebutnya. Aku lebih suka menyebut laki-laki itu sebagai si Tuan Posesif yang menyebalkan. Baiklah,  mungkin mereka harus mencoba dulu menjalin hubungan emosional dengannya. Aku bukan  tanpa alasan menyebutnya si Tuan Posesif.

Tatapan mendamba itu masih bisa aku lihat kala aku berjalan berdampingan dengannya. Ya ampun, ada aku di sisinya pun mereka masih saja genit menggoda. Seperti sekarang. Aku jengah melihat pemandangan yang nyaris sama setiap harinya.

"Hai ... Naren ... Makin ganteng ajah!"

Bising.

"Naren, kapan putusnya, nih?"

Yang ini kurang ajar.

"Naren, ngarep nih jadi yang kedua."

Aku mendelik mendengar itu. Dan, yang membuat aku semakin sebal, si tuan yang jadi objek masih setia menebar senyum mautnya. Menyebalkan!

"Kamu lihat? Pamorku nggak sedikit pun berkurang walaupun mereka tau aku sudah punya kekasih."

Kurasa aku melupakan satu hal. Selain tuan posesif, dia juga bisa disebut si Tuan Narsis. Ya Tuhan,  bagaimana mungkin aku bisa menerima orang sepertinya jadi kekasih? Mungkin dulu kepalaku terbentur benda keras. Disorientasi. Itu penjelasan yang masuk akal.

"Mending kamu diam aja daripada semakin membuat perutku mual," ujarku ketus.

Naren tergelak. Seolah perkataanku tadi lucu. "Sehari aja kamu nggak pasang muka jutekmu itu pasti kamu akan terlihat sangat manis, Sayang."

Aku memutar bola mata. Naren akan bersikap sangat manis padaku saat kami hanya  berdua saja. Namun, jika salah seorang dari temanku datang, dia akan pasang kuda-kudanya. Aku akan malas berdebat menghadapi sikapnya yang seperti itu setelahnya.

"Ya ampun, Kanya! Bagaimana aku nggak khawatir? Teman-teman kamu hampir laki-laki semua! Atau kamu memang sengaja menyembunyikan hubungan kita agar mereka nggak tau kalau kamu udah ada yang punya? Biar mereka bebas seenaknya menggodamu begitu?"

Lihat, apa yang ia katakan seolah sedang memutarbalikkan fakta. Aku tidak pernah digoda siapa pun. Dan, teman-temanku ... ya, aku akui memang 90 persen laki-laki. Tapi mereka tidak hobi menggodaku seperti yang para gadis itu lakukan padanya.

Aku lelah dengan segala macam tuduhannya. Dulu, hubungan ini sengaja aku sembunyikan tidak lebih hanya karena aku tidak mau dimusuhi para gadis penggemar setianya. Bicara soal khawatir, harusnya aku yang lebih khawatir. Naren dikelilingi gadis-gadis cantik yang setiap saat siap menjadi gandengannya. Bahkan, mereka terang-terangan menggoda di depan mataku. Namun, saat aku mempermasalahkan itu, ia akan berdalih.

"Semenarik apapun mereka, aku nggak bakal tergoda, karena aku cintanya sama kamu."

Baiklah, aku tidak terlalu peduli. Sikap posesifnya selama ini menunjukkan itu. Dan, jujur semakin lama membuatku merasa—terpaksa harus aku katakan—tak nyaman.

Naren mulai merecoki pertemananku. Astaga! Ke mana pun aku beranjak, dia akan selalu mengekoriku. Bahkan jadwal harianku,  dia harus tahu. Biarpun cepat berbaikan kembali, tetapi setiap hari kami selalu berdebat. Dan, yang menjadi sumber masalah adalah kecemburuan Naren pada teman-temanku. Ya ampun, aku tidak semenarik itu untuk dicemburui. Benar-benar sulit dipercaya.

Prince Charming Vs Gula Jawa ( TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang