BAGIAN 14

6.5K 666 15
                                    

Sebelum baca boleh dong tinggalkan vomentnya.... 🤗🤗🤗

Aku kesal setengah mati dengan perbuatan konyol laki-laki itu hingga berakhir  pada diriku yang basah kuyup. Kelakuannya benar-benar norak. Tak hentinya aku mengumpat sepanjang jalan dia membawaku ke kamarnya di lantai paling atas hotel ini.

"Kamu bisa pake ini." Naren menyerahkan sebuah kemeja lengan panjang. Aku menerimanya ragu. Ya masa aku haruslah pake kemeja doang?

Seakan mengerti dengan kegelisahanku,  Naren kembali ke arah walk in closed dan mengambil sesuatu di sana. Dia menyodorkan sebuah celana pendek bergambar ...  Spongebob!
Tawaku hampir saja meledak kalau tidak segera kubungkam mulutku dengan tangan.
"Kalo mau ketawa, ketawa aja. Nggak usah ditahan. Itu memang boxer milikku. Yang milih juga kamu, kalo kamu lupa."

Aku spontan merubah mimikku. Masa iya? Aku mengambil boxer itu dari tangan Naren. Tanpa banyak bicara aku berjalan menuju kamar mandi.

Saat aku keluar, Naren sudah duduk di sofa dengan dua buah cangkir mengepul yang terletak di meja kecil di hadapannya. Dia sudah berganti pakaian juga. Aku menghampiri lalu duduk di sebelahnya.

"Ini jahe susu, minum." Naren mengangkat salah satu cangkir itu dan menyerahkannya padaku. Minuman Naren memang tidak jauh-jauh dari susu. Cara hidup sehat yang dia terapkan kadang membawa keuntungan sendiri buatku. Aku bukan tipe orang yang mau repot demi menjaga pola makanku agar tetap bagus. Jadi dulu itu, saat dirasa aku sudah terlalu berlebihan dengan gaya makanku yang kurang sehat,  Naren akan selalu menjadi alarm buatku. Tapi anehnya, dia terlalu sulit untuk diajak olahraga outdoor yang terlalu berat, karena itu sangat merepotkan  baginya.

Minuman jahe ini langsung bisa menghangatkan tubuhku. Setelah beberapa kali aku menyesapnya,  aku meletakkan kembali cangkir itu ke meja.

"Aku bantu keringkan rambut kamu."

"E-eh nggak perlu... "

Rambutku yang masih basah berjatuhan saat Naren berhasil membuka handuk yang melilit di atas kepalaku.

"Aku bilang nggak perlu, aku bisa sendiri. Siniin handuknya."

Tangan Naren mengelak,  menjauhkan handuk itu dari jangkauanku.

"Udah sih kamu diam, bentar aja kan."

Dia malah memutar badanku agar memunggunginya.
"Ta-tapi... "

Percuma, tangannya mulai mengusap-ngusap rambutku dengan handuk itu. Tubuhku membeku, entah apa yang aku pikirkan. Aku hanya diam saat tangan Naren terus bergerak lembut di atas kepalaku.

"Wangi."

Kepalaku sontak menjauh saat Naren menciumi aroma rambutku. Sial. Hatiku berdebar tak menentu hanya karena itu.

"Kamu ngapain sih?" aku mendelik.

"Kamu lihatnya aku ngapain."

"Sini handuknya, biar aku keringin sendiri."

"Kapan sih kamu nggak jutek sehari aja?"

Aku tidak peduli lagi ocehannya. Terserah dia mau berpendapat apa. Bel pintu berbunyi,  Naren beranjak dari duduknya. Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa sebuah nampan besar berisi dua porsi makanan dan dua gelas minuman.

"Kita nggak bisa makan di bawah karena baju kamu basah, jadi aku pesan via room service aja. Dia juga sudah membawa bajumu untuk dilaundry. Nggak papa 'kan?"

Aku tidak menjawab dan hanya menatapnya sekilas. 

"Ayo kita makan dulu."

Aku mengikutinya menuju dapur kecil yang sekaligus berfungsi sebagai ruang makan. Mengambil tempat duduk bersebrangan dengannya. Lalu kami makan dalam diam.

Prince Charming Vs Gula Jawa ( TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang