BAGIAN 19

6K 607 27
                                    


Aku sedang berada di sebuah outlet barang branded di salah satu mall Surabaya saat sebuah tangan menyentuh lenganku.

"Mbak Kanya 'kan?" aku yang sudah terlanjur menoleh, memicingkan mata. Aku berpikir sejenak, apakah aku mengenal laki-laki charming lagi selain Naren? Jawabannya kurasa tidak.

Laki-laki di depanku tersenyum. Jenis senyuman yang bisa memikat hati siapa pun. Tapi sayangnya tidak untukku. Aku bisa mendapatkan senyum yang lebih menawan lagi dari Naren. Ah sial! Lagi-lagi pikiranku kembali pada laki-laki itu.

"Maaf, siapa ya?" tanyaku pada akhirnya karena tidak berhasil mengingat kenalanku yang berwajah seperti laki-laki ini.

"Aku Arsen, Mbak. Masa kamu lupa?"

Arsen yang aku kenal hanya adik dari Naren. Apa? Aku terkejut mendapati sosok tinggi di hadapanku. Jika dipikir-pikir dia memang mirip Naren. Kenapa loading-ku lama sekali.

"Arsen?"

"Iya, Mbak Kanya apa kabar?"

"Aku baik. Arsen kamu, kamu ada di sini juga?"

"Oh, akhirnya aku bisa menemukan Mbak Kanya."
Kukihat Arsen mengusap wajah. Seolah bertemu denganku adalah sebuah penantian panjang yang dia tunggu.

"Memangnya kamu mencariku? Bahkan kita baru bertemu lagi setelah sekian tahun Arsen."

Dia malah tertawa. Padahal aku bicara serius. "Bukan aku Mbak. Tapi Kak Naren. Astaga Mbak. Aku di sini tuh buat bujuk dia kembali ke Jakarta. Eh malah aku disuruh bantu dia nyari Mbak Kanya."

"Apa?"

"Mbak Kanya menghilang kemana sih sampe bikin Kak Naren kaya orang stress begitu?"

"A-aku... "

"Kanya, aku udah nemuin sepatu yang cocok."

Ucapanku terpotong oleh kemunculan suara Kenan. Kontan aku dan Arsen menoleh.

"Oh, Hay,"  sapa Kenan mendekat. Seolah mengerti apa yang Kenan pikirkan, lebih baik aku mengenalkan Arsen.

"Kenan dia Arsen adik dari Naren, Arsen dia Kenan dia..."

"Saya Kenan, calon suami Kanya."
Mataku sudah lebih dulu melebar saat Kenan menyambar kalimatku, tangannya terulur.
Aku melihat sebuah tanda tanya besar di atas kepala Arsen. Dia seperti orang kebingungan saat menjabat tangan Kenan.

"Ini serius calon suami Mbak Kanya?"
Aku hendak menjawab pertanyaan Arsen ketika Kenan merangkul pundakku.

"Serius dong, masa bohongan."
Kalau boleh, aku ingin mengumpat. Laki-laki ini benar-benar menikmati kebingungan Arsen.

"Ini kami lagi mempersiapkan. Dimulai dari mencari sepatu baru." Dia mengangkat sepasang sepatu yang dari tadi ditentengnya.
Aku cuma bisa menghela napas melihat keisengan Kenan.

Arsen mengangguk. "Selamat ya buat kalian. Semoga acaranya lancar. Mbak Kanya, sebenernya aku mau bicara sesuatu. Tapi waktunya kurang tepat." Dia mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Sebuah kartu nama dia sodorkan. "Aku harap Mbak Kanya, mau menghubungiku nanti."

Aku meraih kartu nama itu.

"Aku pergi dulu, Mbak. Dan calon suami... Sampe ketemu lagi. Bye!"

Aku menggeplak bahu Kenan begitu Arsen berlalu. "Nggak cukup kamu bikin jengkel Naren tiap kali ketemu, sekarang adiknya juga kamu bikin salah paham."

Kenan mengangkat alisnya. "Kenapa? Apa kamu takut dia memberitau prince charming-mu itu."

Aku memutar bola mata, malas. "Mending sekarang kamu bayar sepatumu itu, lalu kita pulang."

Prince Charming Vs Gula Jawa ( TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang