BAGIAN 7

7.5K 727 40
                                    

Harusnya update malam minggu.
Tapi karena ada suatu hal, update jadi kepending.

Okeh, happy reading!!!
Jangan lupa votenya gengs...

Silvi melotot saat melihatku berdiri dengan sebuah ransel besar di punggung tepat di depan pintu kamar kostnya. Tanpa dipersilahkan, aku ngeloyor masuk ke dalam kamarnya. Menjatuhkan ransel yang lumayan berat membebani punggungku. Pegel juga. Silvi masih melotot, kali ini dia bersedekap tangan menghampiriku.

“Lo apa-apaan? Bawa ransel ginian ke kostan gue. Minggat dari rumah lo ya?”

Aku cuma nyengir. Kemana lagi aku harus kabur selain kostan dia? Hanya Silvi satu-satunya teman cewek yang dekat denganku. Ada sih lainnya beberapa, tapi aku tidak akrab dengan mereka.

“Gue nginep beberapa hari ya di sini. Gue bayar kok, beneran.”

Silvi menayun-ayunkan tangannya. “Masalahnya kenapa lo kabur begini?”

“Gue males ditanya macem-macem sama orang rumah.”

“Emangnya lo habis ngapain?”

“Mph ... “ aku mengarahkan kedua telunjuk tanganku ke kedua lubang telingaku dan menyumpalkannya di sana. “Gue putus sama Naren.”

“Whatttt?!!!!!!!!!”

Hufht, untung aku sudah antisipasi teriakan yang bisa-bisa memecahkan gendang telinga. Menyangkut soal Naren reaksi Silvi akan selalu berlebihan.

“Lo sinting? Lo bego?! Kan gue udah bilang , lo harus pertahanin Naren dari si barbie centil itu. Masa lo malah nyerah gitu aja?! Percuma gue support hubungan lo.”

Harusnya memang aku tidak datang ke tempat Silvi, ke penginapan aja sekalian. Pun di sini aku mendapat omelannya. Sebenarnya orang rumah belum tahu aku putus dengan Naren, tapi aku yakin mereka akan segera tahu. Naren masih terus menemuiku di rumah. Berusaha membujukku agar mau mendengarnya.

“Mending lo sekarang temuin Naren dan bilang sama dia nggak jadi putus.”

“Igh! Nggaklah. Lo kira keputusan gue main-main. Gue benci dikhianati.”

“Kan gue udah bilang bisa saja si Alisya yang nyosor duluan.”

“Tapi Naren membalasnya.”

“Oh membalasnya.” Silvi mengangguk paham. Sejurus kemudian dia terperangah. “Apa?! Membalasnya?!”

Aku mengangguk lantas merebahkan diri di satu-satunya tempat tidur di kamar ini.

“Selama ini gue selalu percaya sama dia. Tapi mendengar dia bilang begitu kok rasanya nyesek yaa? ” ujarku menatap langit-langit kamar. “Gue nggak pernah aneh-aneh. Satunya cowok yang nyentuh gue ya dia. Tapi dia malah main sosor seenaknya sendiri.”

Silvi duduk di sampingku menatap penasaran ke arahku. “Emang lo udah diapain aja sama prince charming?”

Aku menatap Silvi malas. Anak ini pikirannya pasti sudah mulai ngawur.

“Kepo!” aku membalikkan badan menyamping menghadap tembok memunggungi Silvi yang rautnya berubah cemberut.

“Cerita dikit kan nggak apa-apa Kan. Gue penasaran aja. Eh-eh ... gimana sih rasanya ciuman sama prince charming? Gue bener-bener suka liat bibir merahnya, gemes gitu. Kalo dicium pasti manis.”

Prince Charming Vs Gula Jawa ( TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang