BAGIAN 22

6K 541 28
                                    

Ini sebenernya ingin aku up minggu depan.
Tapi berhubung aku juga kangen Kanya, jadi aku up sekarang.
Happy reading dan jangan lupa tap bintang 🌟


"Kanyaaa!"

Kenan berteriak dari lantai bawah. Suasana pagi di sini membuatku ingin tidur lebih lama dari biasanya. Bukannya bangun, aku malah menarik selimut tinggi-tinggi.

"Kanya bangun...!"

Kenan makin berisik. Tapi tetap tidak aku hiraukan. Sampai aku mendengar derap langkah cepat menaiki tangga, aku masih tak peduli. Dan pintu kamar langsung diketuk.

"Kanya, kamu udah bangun belum?"

Aku bangun dengan kesal melirik ke arah pintu.

"Buat apa kita liburan kalo kamu tiduran terus?"

Dengan langkah gontai aku menuju pintu dan membukanya. Kenan berdiri tepat di sana dengan setelan trening lengkap.

"Berisik banget sih, kayak emak-emak."

"Ya Tuhan Kanya, kamu acak-acakan banget. Mending kamu bersih-bersih. Terus ikut aku jogging. Pumpung masih pagi."

"Aku males, Kenan."

"Habis itu kita sarapan, lalu renang."

"Aku nggak mau."

"Kanya." Dia melipat tangan ke depan dada.

"Ya, tunggu lima menit di bawah."

Malas debat akhirnya aku menutup pintu kamar. Aku menuju wastafel kamar mandi, sikat gigi dan cuci muka.
Lalu berganti kaos dan celana trening panjang, mengucir rambut ala ponytail. Dan bergegas keluar menenteng sepatu kets-ku.

"Dasar kebo, kalo tidur susah dibangunin."

Aku mencibir. "Kebo-kebo gini kamu juga suka."

"Iya, sayangnya cuma bertepuk sebelah tangan."

Aku berdecak. "Kamu mau ajak aku jogging apa curhat?"

"Kalo ngajak pacaran mau?"

"Itu nggak nyambung Kenan." Aku mendelik kesal lalu beranjak ke pintu keluar. "Ya udah aku tinggal aja."

Kenan tertawa sembari menyusulku. "Susah payah aku bangunin kamu, masa kamu biarin aku sendiri,"  katanya saat menjajari langkahku.

"Akhir-akhir ini kamu nyebelin." kami beriringan menuju lift.

"Mungkin aku akan menyenangkan kalo kamu buka hatimu buatku."

Kenan berkata dengan intonasi yang sangat tenang seraya menatap lembut ke arahku.  Aku membalas tatapan itu tanpa ingin merespon ucapannya. Beberapa saat kurasakan keadaan hening, sebelum dentingan  suara pintu lift terbuka, membuat pandangan kami teralihkan.

Ada satu orang yang sudah berada di dalam lift, setidaknya aku lega. Karena aku sempat merasakan kecanggungan tadi. Dan jika itu berlanjut dengan kami yang hanya berdua di dalam lift, rasanya kondisi seperti itu sangat tidak nyaman.

Hotel ini sangat mewah, dibangun di atas tanah yang luas. Cukup jogging di area hotel yang dipenuhi taman saja sudah cukup membuat keringat kami keluar.

Tadinya aku yang malas ber-jogging ria, mendadak bersemangat lagi. Beberapa kali aku melakukan peregangan otot dan lari di tempat.

"Di sini ada wall climbing nggak?"

Kenan tersenyum memandangku. "Kamu akan takjub, Kanya."

"Maksud kamu?"

"Ayo ikut."

Prince Charming Vs Gula Jawa ( TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang