BAGIAN 17

5.9K 587 21
                                    

Di sini memang aku buat Naren bucin Kanya, kendati Kanya hanya perempuan biasa saja.

Kuy vote dulu sebelum baca 😊

"Pada sebuah hati yang pernah kusinggahi, aku tidak tahu bagaimana cara melupakanmu? Padahal aku masih sangat ingat, dulu begitu mudah aku bisa mencintaimu.

Aku menyentak tangan Naren yang terus menyeretku keluar restoran. Dia loh yang ngotot mengajak aku dinner, sekarang dia dengan tidak sopannya meninggalkan meja makan. Aku ngeri melihat tatapan Om Damian tadi.

"Harusnya kamu nggak perlu kayak gini," kataku menghentikan langkah. "Kamu tau, ini hanya akan membuat papamu semakin marah. Dan mengira aku yang membuat kamu jadi kayak gini."

"Kanya, aku nggak mau kamu dengar lagi apa yang papa katakan. Omongan papa itu ngaco."

"Ngaco? Apanya? Om Damian yang aku kenal nggak pernah yang namanya bicara  ngaco. Memangnya dia salah jika menginginkan menantu seperti Nadine? Nadine cantik dan pintar, apa yang kurang coba?"

Naren menatapku tajam. Jujur aku merasa terintimidasi. "Harus aku katakan berapa kali sama kamu?"  tanyanya dengan rahang mengatup. Aku menelan saliva melihatnya. Tapi aku juga tidak boleh gentar. Memang pada kenyataannya, Om Damian sudah tidak menerimaku lagi kan?

"A-andai saja aku tahu akan bertemu dengan papamu tadi, mungkin aku tidak mau kamu ajak ke sini malam ini." Aku mengalihkan pandang. Rasanya tidak kuat ditatap seperti itu.

"Iya, ini salahku. Aku yang terlalu cepat membawamu bertemu papa. Aku kira, dengan bertemu kamu, papa akan berubah pikiran. Tapi malah...  Kanya aku mohon, maafkan kata-kata papa tadi. Mungkin itu bikin kamu nggak nyaman."

"Nggak masalah. Tapi Naren, aku juga cukup tau diri. Om Damian sepertinya sudah nggak menyukaiku. Aku sudah dipandang buruk sama beliau. Jadi... "

Aku belum sempat menyelesaikan kalimatku saat kurasakan tubuhku ditarik. Dan sejurus kemudian, aku sudah berada dalam dekapan lengan besar milik Naren.

"Nggak, kamu nggak boleh berpikiran macam-macam setelah mendengar apa yang papa katakan. Cukup, Kanya. Aku nggak mau dengar kamu bicara apapun. Cukup kita nikmati kebersamaan kita kembali. Anggap papa nggak pernah bicara apa-apa."

Aku membeku di tempat. Naren mengucapkan itu dengan hati-hati. Sampai kata-kata yang ingin aku keluarkan, tertelan begitu saja. Tanganku terangkat pelan dan membalas pelukannya.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kenan melongo melihatku berdiri tepat di depan mukanya. Aku memutar bola mata malas.

"Nggak perlu syok kayak gitu? Aku boleh masuk nggak ini?" tanyaku.

Dia sadar lalu kemudian memperhatikan sebuah koper yang aku bawa.

"Kamu mau kemana? Kenapa bawa koper segala?"

Prince Charming Vs Gula Jawa ( TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang