BAGIAN 10

7.9K 703 22
                                    


Naren benar-benar ikut menjemput Kenan. Mobilnya sudah terparkir di depan rumah kontrakanku sejak pukul lima pagi. Terlalu niat. Aku baru selesai sholat shubuh saat membukakan pintu untuknya.

Pukul setengah tujuh, aku dan Naren sudah sampai di Bandara Juanda.

"Apa dia menginap di rumahmu kalo ke Surabaya?" tanya Naren tiba-tiba membuatku menoleh.

"Aku nggak segila itu ngasih ijin laki-laki menginap di rumah orang."

"Syukurlah. Mau aku carikan sarapan?"

"Aku menunggu Kenan saja."

"Masih jam tujuh,  memangnya kamu nggak laper?"

"Aku biasa makan pagi jam delapan."

"Baiklah. Tapi harusnya kamu nggak perlu repot seperti ini sih. Kamu bisa saja menyuruhku menjemput Kenan. Kamunya di rumah aja."

Aku berdecak sebal. Mulut Naren tidak mau diam.
"Kamu jangan bertingkah aneh kalo bertemu Kenan."

"Memangnya apa yang aku lakukan?"

"Sebenarnya apa yang kamu lakukan di sini? Aku bahkan biasa menjemput Kenan sendiri saat dia ke sini."

"Oya? Aku pastikan itu nggak akan pernah terjadi lagi."

Aku menggeleng. Manusia aneh ini, selalu berbuat seenaknya.

"Nadine,"

"Kenapa dengan Nadine?"

"Sudah berapa lama kamu kenal dengannya?"
"Setahun belakangan."
"Nadine nggak pernah cerita."
"Untuk apa juga dia cerita. Nadine itu... "
Aku menggantungkan kalimatku. Etis tidak ya kalau aku menanyakan tentang perasaan Naren pada Nadine.

"Ya?"

"Nggak,  nggak apa-apa." Aku mengalihkan pandangan. Naren tidak boleh berpikir macam-macam. Setidaknya dia tidak boleh tahu jika sesuatu di dalam sana sedikit menggangguku saat tahu jika laki-laki yang Nadine suka adalah dia.

"Aku kenal Nadine saat di Cambridge. Karena kami sama-sama mahasiswa Indonesia jadi kami akrab."

Tanpa aku minta, Naren menjelaskan. Mereka akrab dan wajar kalau Nadine akhirnya bisa menyukai Naren.
Pemberitahuan mendaratnya pesawat dari Jakarta terdengar. Mungkin salah satu penumpangnya Kenan. Semoga saja Kenan tidak terkejut dengan kehadiran Naren.
Aku langsung menangkap kehadiran Kenan. Gayanya sesantai biasanya. Jins belel dengan kaos berkerah. Jaket hitam dan tas ransel menempel di badannya. Dia juga sepertinya sudah mendapatiku karena melambaikan tangan ke arahku.

"Hei,  Kan. Kamu oke?" tanyanya begitu sampai di depanku.

"Seperti yang kamu lihat."

"Good. Maaf ya nunggu lama."

"Nggak juga sih."

"Oke, kita pergi sekarang?"

"Eh, tunggu."

Aku celingukkan mencari keberadaan Naren. Tadi padahal masih ada di sampingku. Kenapa sekarang menghilang?

"Kamu nyari siapa?"

"Dia pergi kemana sih?"

"Kamu ke sini sama siapa?"

"Aku ke sini sama--"

"Dia ke sini bareng gue."

Alu dan Kenan kontan menoleh.  Mendapati Naren datang dengan tangan membawa sebotol air mineral.

"Naren?"

"Ya, gue."

"Lo bisa ke sini?"

"Kenapa nggak? Lo aja bisa."

Prince Charming Vs Gula Jawa ( TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang