Quindici

3.2K 451 11
                                    

Taehyung sudah mengantar Jungkook sampai ke apartemen dan ia segera pergi menemui anak buahnya. Taehyung kembali menyulut rokoknya sembari menunggu senjata siap.

"Lucca, semua sudah siap." Lucca mengangguk.

"Kalian hanya perlu dapatkan pedang itu dan segera pergi. Aku tidak diperkenankan untuk turun tangan oleh Alfonso jadi aku mengandalkan kalian."

"Baik Lucca." Lucca memantau dari jauh, anak buahnya sedang berusaha mencuri pedang legenda yang harganya sangat mahal dari appanya Yohan.

Tak memerlukan waktu lama, mereka akhirnya berhasil mendapatkan pedangnya. Andre yang memimpin memperlihatkan pedangnya Taehyung menyeringai.

"Bagus, kirimkan itu ke Pietro segera."

"Sistim keamanannya payah sekali Lucca, kami belum menghabisi orang yang menyerang adikmu. Haruskah kami menghabisinya?" Lucca menggeleng

"Ingat, kita tidak membunuh jika tidak terdesak. Aku akan buat perhitungan padanya nanti."

"Baiklah, sebaiknya kau pulang Luc, kau harus istirahat." Taehyung menepuk punggung rekannya dan tersenyum. Mungkin ini saatnya ia meminta penjelasan dari papanya. Ia kembali keapartemen Jungkook, saat ia kembali, Jungkook sudah terlelap dikamarnya.

Taehyung kembali kekamarnya dan memutuskan merokok di balkon. Diapun menelfon papanya untuk mendengar sendiri penjelasan papanya sekalipun ia tau semuanya.

Baru ingin telfon, chat dari Mingyu masuk. Mingyu ada diluar apartemen Jungkook. Taehyung menghela nafas dan akhirnya membukakan pintu.

"Ngapain kesini? Ini udah larut." Mingyu memeluk hyungnya.

"Pengen sama hyung." Taehyung menghela nafas dan menyuruh Mingyu masuk.

"Sama siapa?"

"Appa hyung, appa yang ngantar kemari. Terus eomma ngasih ini buat hyung, dipake ya hyung." Sebuah kalung, kalung berbentuk elang.

"Aku juga punya hyung." Taehyung menerima dan langsung memakainya, membuat Mingyu sangat senang.

"Ini juga buat hyung, eomma menyuruh hyung meminumnya biar cepet sembuh. Ini makanan juga buat hyung." Taehyung menerima dan langsung meminumnya dan Mingyu memfoto Taehyung dan mengirimkannya pada sang eomma.

"Hyung benci appa eomma dan aku ya? Hyung benci aku?" Taehyung menghela nafas. Dia bukan benci, hanya tidak ingin menyakiti keluarga kandungnya.

"Tidak, jika aku benci tak mungkin aku repot repot menolongmu."

"Kalau gitu, kenapa hyung nggak pulang?"

"Gyu-"

"Kenapa hyung nggak mau balik ke kita? Kenapa hyung nyuekin kita? Kenapa hyung? Aku butuh hyung. Aku kangen hyung. Aku mau hyung disampingku. Aku mau nebus hari hari kita yang udah terpisah belasan tahun hyung." Mingyu menunduk dan mulai menangis.

Tidak, Mingyu seme kok. Dia hanya terlalu merindukan hyungnya, karena itulah dia seperti ini. Taehyung sekali lagi menghela nafas dan memilih menarik Mingyu masuk kedalam pelukannya.

"Aku tau kau sayang dengan papa Pietro hyung. Tapi aku juga sayang padamu, eomma juga sayang padamu hyung."

"Gyu, kau tau aku ini siapa? Appamu pasti tidak akan menerimaku Gyu."

"Makanya hyung berhenti! Aku ingin hyung berhenti dan kembali pada kami!"

"Aku terlanjur memiliki musuh Gyu."

"Appa akan melindungi kita hyung!" Taehyung menghembuskan nafas berat.

"Sudah, lebih baik kau tidur. Ini sudah sangat larut, besok kau sekolah." Taehyung baru menyadari, Mingyu sedikit demam.

La Guardia del Corpo [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang