Modern AU!
Mainstream ideas.Genre : Romance, Friendship
Rating : TeensBlurb
Berkumpul dengan anak-anak cewek bukanlah hal bijak. Naruto seharusnya tahu sejak awal. Ia seharusnya tidur saja di UKS dan membolos kelas alih-alih ikut bermain truth or dare yang menuntunnya pada petaka. Ya, petaka. Membuat dan memberikan cokelat kepada mantan pacar demi memenuhi tuntutan dare adalah petaka!
__________________
a short story
by black-town
__________________
Segalanya berawal dari sini.Eh, bukan, tapi dari sana—dari sebuah gazebo yang sedang dipenuhi oleh kumpulan cewek senior, para siswi kelas tiga yang otaknya sedang terbakar akibat rangkaian ujian yang menanti.
Depresi menjelang ujian akhir adalah hal lumrah. Hampir semua anak kelas tiga merasakannya, apalagi kalau sudah diingatkan dengan tes masuk perguruan tinggi yang tingkat kesulitannya tidak manusiawi. Kepala mereka berasap. Semuanya lelah dengan rutinitas belajar, belajar, dan belajar sehingga mereka memerlukan obat penawar untuk membuat mereka kembali segar.
Obat tersebut adalah menggosipkan cowok-cowok keren dan kisah asmara! Tentu saja. Mereka perempuan, masih remaja, dan bebas. Di usia mereka ini, topik yang paling menarik adalah topik mengenai cinta. Keadaan ini berlaku juga untuk Sakura, Ino, Hinata, Tenten, dan ... Naruto.
"Ugh, aku pergi," ujar si cewek berambut pirang dengan dua kuciran di kepalanya.
Pernyataan di atas mungkin bisa sedikit diralat karena kelihatannya Naruto sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan teman-teman perempuannya ini. Alih-alih kelihatan antusias, ia malah tampak sengsara.
"Tidak boleh seperti itu, Naru. Kau sudah bergabung di sini! Ikutlah main," ungkap seorang perempuan berambut pirang pucat, Yamanaka Ino. Ia menepuk kursi di sebelahnya, meminta Naruto duduk kembali. Ketika tidak ada respon yang berarti, ia tersenyum remeh. Kedua tangannya terlipat di depan dada. "Oh ... jangan-jangan kau takut? Cemen sekali...."
Naruto tidak pernah tahan ketika diejek. Sudut matanya berkedut.
"Sejak tadi kalian hanya membicarakan anak ayam itu. Aku tidak ingin terlibat."
"Kami sudah selesai bergosip. Sekarang waktunya main!" timpal Tenten. Bibirnya melengkungkan senyum yang membuat Naruto merinding. "Kau sudah tidak mau menganggap kami temanmu?"
"Kalian bisa main sendiri."
Keputusan Naruto sudah mutlak kalau saja Sakura dan kawan-kawan tidak memunculkan kartu as mereka.
Kartu itu berupa ... permohonan yang diucapkan oleh Hinata, anak perempuan paling kalem, polos, manis, dan baik bagai malaikat di antara empat perempuan bermulut pedas.
"N-naru-san, permainannya akan lebih seru kalau kau i-ikut," ujarnya terbata. Semburat kemerahan menghiasi pipinya.
Melihat Hinata dengan puppy eyes dan wajah bersemu membuat pertahanan diri Naruto luntur. Ia menarik napas dalam dan mengembuskannya keras-keras sebelum kembali duduk di kursi yang tadi ditepuk oleh Ino.
"Menang! Kalian menang!" seru Naruto sengsara. Ia menyembunyikan wajah di antara lengan yang menelungkup di atas meja. Gelak tawa ringan dan suara tepuk tangan hinggap di telinganya. Naruto mengerling dari sela jemari, matanya menatap lurus Ino dan Sakura, memperingatinya. "Jangan macam-macam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Chips
Fanfictionkoleksi fiksi pendek fanfiction femnaru. isi konten bisa berupa one shot, two shot, atau multiple chapter tapi kurang dari sepuluh.