[6.4] Ironi

529 63 27
                                    

Warning!
Banyak percakapan gado-gado indo-english.

words count : 5k

___________________

part empat
short fic
by black-town

___________________

It didn't go well just as he thought.

Notifikasi ponselnya bergetar tanpa henti. Grup chat WOY, yang terdiri atas Sasuke dan empat temannya, ramai dengan obrolan ngalor-ngidul. Kali ini, mereka tidak berdebat tentang masalah share link terbaru. Tapi, karena mendiskusikan berbagai berita terkait aksi mahasiswa hari ini.
Sasuke tidak ikut membicarakannya. Ia mematikan notifikasi grup chat dan membuka tab baru di layar ponsel. Jemari Sasuke mengetikkan nama Naruto disertai nama kampus mereka.

Di halaman search engine, ratusan halaman berita daring dengan headline bertuliskan nama Naruto segera bermunculan. Sasuke membuka situs web yang paling dapat dipercaya. Kedua mata membaca berita tersebut lamat-lamat; garis besar berita memaparkan tentang aksi mahasiswa dan perwakilan mahasiswa yang diperbolehkan memasuki gedung Dewan Perwakilan untuk menyampaikan aspirasi.

Detail percakapan di sana tidak di tampilkan. Sasuke segera mencari sumber lain. Ia membuka media sosial Tweeter dan berhasil menemukan video viral yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan.

Dalam video itu, tampaklah Naruto dalam balutan jas almamater berwarna hijau pudar. Di sana ia ditemani kawan-kawan dari anggota BEM KM kampus-kampus lain. Termasuk Gaara dari Suna dan seseorang yang Sasuke kenal sebagai Chojuro.

Sasuke mengamati video berdurasi tiga menit tersebut dengan lekat. Matanya tak luput dari sesosok perempuan berambut pirang panjang. Ia mengucir rambutnya di belakang kepala. Ekspresi lelah terlukis di wajahnya. Meskipun begitu, mata beriris safir tetap memancarkan tekad kuat seperti biasa. Lelah fisik takkan memudarkan energi perempuan ini. Naruto selalu siap melangkah. Ia adalah sosok yang amat passionate dan berdedikasi tinggi terhadap sesuatu yang ia minati. Binar tekad di matanya adalah salah satu alasan Sasuke tertarik padanya.

She's interesting in her own way.

"Jadi, apa keinginan adik-adik mahasiswa sekalian dalam demonstrasi ini?"

Pertanyaan itu meluncur dari mulut salah satu perwakilan dewan.

"Aksi mahasiswa sudah berjalan sejak tiga hari lalu, Pak. Jikalau Bapak mencoba lebih peduli, Bapak pasti tahu tujuh tuntutan yang kami inginkan."

Sasuke tidak berekspresi apa pun ketika mendengar ucapan Naruto. Ia tahu gaya bicara perempuan itu. Ia tahu betapa besar keberaniannya untuk dapat berujar tegas sekaligus ... menyindir.

Masalahnya adalah....

"Pemberitaan di media mudah sekali dibelokkan. Saya ingin mendengar langsung dari adek mahasiswa sekalian."

"Kalau begitu, bagaimana kalau Bapak sekalian memanggilkan Bapak Ohnoki selaku Ketua DPR? Kami ingin aspirasi kami didengar langsung olehnya."

... Naruto belum menemui kunci utama dari aksi mahasiswa ini.

"Beliau sedang ada urusan. Sebaiknya kalian langsung sampaikan aspirasi kalian saja. Kami sudah dengar tentang masalah UU KPK. Aspirasi kalian sudah kami tampung."

Emosi Naruto terkontrol dengan baik kala itu. Sasuke menangkap kaku di wajahnya. Namun, nada bicara Naruto masih netral dan tegas tanpa kemarahan yang berarti. Ia tahu cara bersikap di depan para pejabat elit. Kuncinya satu, jangan merasa seperti sedang direndahkan meski mereka menganggapmu remeh.

Choco ChipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang