[6.2] Ironi

723 72 9
                                    

Sasuke tidak menemukan Naruto di kelasnya. Ia tidak tahu bahwa jadwal kuliah Naruto sempat mendapat reschedule sehingga kelas sore ditiadakan. Informasi ini baru didapat Sasuke setelah ia bertanya pada anak ekonomi kelas tersebut. Mereka ternyata mahasiswa baru alih-alih mahasiswa semester lima.
Sasuke kini mengerti alasan kesiap di wajah mereka.

Tanpa bertanya lebih lanjut, Sasuke segera turun dari lantai tiga gedung tersebut. Ia yakin Naruto belum pulang dari kampus. Kekasihnya sangat anti kembali ke indekos di bawah pukul sepuluh malam. Jika tidak ada kelas ataupun tugas yang berkaitan dengan akademik, sudah dipastikan Naruto sedang mengurus kegiatan lain.

Langkah kaki Sasuke membawanya ke parkiran. Ia mengendarai motornya dan melaju ke arah gerbang utama kampus. Tujuan Sasuke adalah Gelanggang Mahasiswa di dekat gerbang masuk, pusat kegiatan non akademik. Sekretariat BEM KM ada di tempat ini.

Prediksinya terbukti benar kala ia mendapati perempuan berambut pirang cerah di depan pintu masuk. Ia menyepol rambut panjangnya dengan tidak rapi. Kardigan hitam yang dipakai menutupi kemeja kecoklatan di baliknya. Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang pemuda dari universitas lain. Baju angkatan yang dipakai lelaki itu bertuliskan Universitas Suna, sebuah kampus utama di ibu kota alih-alih daerah istimewa Konohagakure. Tangan Naruto sedang memegang sebuah map abu-abu. Fokusnya pun terarah pada pemuda itu. Percakapan mereka terdengar asik dan serius dalam waktu bersamaan.

Tanpa menebaknya, Sasuke bisa tahu bahwa lelaki itu memiliki posisi yang sama seperti Naruto.

Dia adalah Presiden Mahasiswa Suna. Namanya Sabaku Gaara, anak fakultas ilmu sosial dan politik. Impresi Sasuke pada Gaara tidaklah baik. Suasana hatinya semakin memburuk ketika melihat keakraban Naruto dengan lelaki itu.

Tanpa banyak pertimbangan, Sasuke segera menghampiri mereka. Keduanya hendak beranjak ke dalam gedung tepat sebelum mendapati keberadaan Sasuke.

Naruto melihatnya, tetapi tidak menggubris. Kontak mata segera diputus begitu saja. Ia tetap berjalan ke dalam gedung dengan sebelah tangan menarik lengan Gaara, seolah memintanya untuk segera berjalan.

Tindakan Naruto membuat Sasuke gerah. Mulai dari chat dan telepon yang tidak direspon, kemudian ini.

Meminta Naruto menyisihkan waktunya sekarang tidaklah mungkin. Untuk itu, Sasuke berbicara pada sang rekan.

Nama Gaara meluncur dari bibirnya. Perkenalan mereka dulu tidak berjalan mulus. Tapi, setidaknya mereka saling kenal.

"Gue mau ngomong bentar sama Naru," ujar Sasuke. Matanya mengungkapkan lo-bisa-pergi-dulu-biar-nggak-ganggu?

Sebelum Gaara sempat menjawab, Naruto sudah kembali menarik lengannya, meminta Gaara mengabaikan Sasuke.

"Rapat kita bentar lagi mulai."

Gumaman Naruto terdengar oleh Sasuke.

Mengabaikan orang bukanlah tindakan sopan. Gaara tahu siapa Sasuke. Ia pun tahu hubungan anak itu dengan Naruto. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi ini, mau tidak mau ia sedikit merasa canggung. Setahun yang lalu, ia sempat berdebat dengan Sasuke akan suatu pandangan. Kesan pertama mereka sudah tidak baik. Haruskah ia memperburuknya?

Tangan Naruto digenggam pelan, meminta Naruto untuk tak lagi menarik lengannya. Dengan mata terpatri di iris safir jernih, Gaara berkata, "Rapatnya bisa ditunda bentar. Nanti aku kasih tau yang lain."

Aku?

Sasuke menahan dengkusan. Sebenarnya, sudah sedekat apa lelaki ini dengan kekasihnya sampai ia berani mengganti kata ganti menjadi lebih akrab?

Choco ChipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang