[6.3] Ironi

531 64 8
                                    

"GENGS, ADA PANGERAN KAMPUS NIH!"

Sasuke tahu, menuruti kemauan Shikamaru yang menuruti kemauan teman dekatnya--Ino Yamanaka--adalah pilihan buruk.

Jika bukan karena Fakultas Psikologi yang dekat dengan FEB, Sasuke pasti sangat enggan datang kemari. Alasannya mudah saja. Seperti jurusan keperawatan yang didominasi perempuan, Psikologi pun demikian meski tingkat krisis manusia berkromosom XX ini tidak separah anak keperawatan. Singkatnya sih, kondisi lingkungan anak keperawatan dan psikologi berbanding terbalik dengan anak teknik--yang didominasi laki-laki.

Sasuke sendiri jauh lebih memilih lingkungan Teknik. Di sana, orang-orang tidak akan terlalu peduli dengan tampangnya--kecuali mereka dengan orientasi seksual tertentu. Kalaupun ada, jumlah mereka tidak banyak. Paling banter, Sasuke hanya akan mendapatkan tatapan dari para mahasiswi baru. Pun takkan terjadi lagi kalau mereka tahu bahwa Sasuke sudah ada pasangan.

Berbeda dengan teman-teman perempuan Ino.

Dikarenakan stok kaum adam yang minim--apalagi yang bening-bening, duh!--mereka tidak peduli kalau sesosok cogan sudah punya gandengan. Poin pentingnya adalah menyegarkan mata. Masalah jomblo tidaknya orang itu, dipikir belakangan. Apa salahnya menikmati karya indah Tuhan? Toh, tidak semua perempuan punya nyali yang kuat untuk mendekati laki-laki seperti Sasuke--dengan segudang image 'wah' dan prestasi-prestasinya.

Jadi, ketika sang Ratu Gosip fakultas menyerukan kalimat tadi di tengah-tengah selasar yang ditempati banyak orang, semua kepala langsung menoleh. Tatapan mereka segera jatuh pada seorang lelaki berambut jabrik panjang yang diikat. Beberapa yang lain menatap sosok di samping Sasuke--lelaki berambut gondrong lurus yang tampak maskulin; Neji Hyuuga.

Shikamaru, yang dikenal jenius dengan kemampuan coding dll., tak luput dari perhatian.

Tak terkecuali Suigetsu dan Kiba. Mereka pandai bersosialisasi. Teman mereka ada di mana-mana. Jadi, pantaslah mereka juga dikenal luas.

"Sasuke!"

Lengkingan suara seorang perempuan terdengar.

Detik berikutnya, lengan Sasuke sudah digelendoti sesosok makhluk bercat rambut merah tua.

Karin Uzumaki adalah sepupu Naruto. Walaupun demikian, karakter mereka sangat berbeda.

Dulu, Naruto lebih senang menendang tulang kering Sasuke sebagai ucapan 'salam' alih-alih bergelantungan manja seperti ini. Padahal sebenarnya ... Sasuke tidak keberatan kalau orang itu adalah Naruto, bukan sepupu berisiknya.

"Ngapain lo di sini?"

Suara Suigetsu terdengar dari belakang.

Karin melongok ke sumber suara. Ia memalingkan wajah.

"Suka-suka gue kali."

"FMIPA tuh di pojokan barat. Ngapain jauh-jauh ke sini?"

"FT bahkan lebih terisolasi. Plis, deh." Karin memutar bola matanya. Ia kemudian mengabaikan Suigetsu untuk menatap Sasuke. "Kita kebetulan banget, ya, ketemu di sini. Ini pasti takdir!"

Suigetsu mendengkus melihat kelakuan Karin.

"Iya, takdir. Tak tau diri kayak--"

"Jangan lari lo, Bangke Piranha!"

Lengan Sasuke terbebas dengan sendirinya. Dua spesies aneh tadi sudah menghilang setelah saling kejar. Kiba menyeringai setan. Ia mengikuti dua orang tadi dengan kamera ponsel yang menyala, merekam kelakuan dua manusia tak tahu malu yang sedang kejar-kejaran.

Sasuke takkan heran jika esok hari seisi kampus ribut dengan video ala-ala India versi Suigetsu dan Karin, seperti yang terjadi hampir setiap saat.

Choco ChipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang