"Kamu akan pulang dan pergi sekolah bareng Yiren."
Chenle menegakkan badannya, "kenapa sih harus lengket mulu sama dia?"
"Dengerin apa yang papa bilang."
Mata tajam ayahnya itu menatap putranya penuh amarah.
"Papa juga harusnya dengerin aku maunya apa! Kenapa semua keputusan papa yang ngatur? Bahkan aku ga bakal tahu kalau aku ditunangin kalau aja aku ga nguping waktu itu." bantah Chenle tak mau kalah.
Diam sesaat. Tuan Zhong meneguk tehnya lalu meletakkan cangkirnya di meja dengan kasar. Soekjin yang berdiri di sebelah Chenle hanya bisa meringis.
"Jadi maumu apa?"
Chenle menunjukkan smirknya, "batalkan pertunangan."
Papanya ngenggeram kesal, "ini semua demi kebaikan kamu, Chenle!"
"Kebaikan aku atau kebaikan bisnis papa?" ucapnya sarkas sambil melipat tangannya di depan dada.
"Kurang ajar!" Tuan Zhong hendak menampar Chenle namun Seokjin berhasil menahan pria itu.
"Jangan Tuan, Chenle besok sekolah. Reputasinya pasti akan buruk kalau pipinya lebam."
Tuan Zhong menghela napas walau matanya belum lepas dari putranya. Chenle menunduk. Cowok itu sebenarnya kaget, tapi ia berusaha menyembunyikannya.
"Bawa anak ini keluar." titah Tuang Zhong.
"Siap Tuan. Saya permisi."
Soekjin membawa Chenle keluar dari ruangan papanya. Meninggalkan atmosfir gelap di dalamnnya.
💎💎💎
Suasana gedung utara terasa lebih sepi.
Memang sebagian besar dari ruangan di gedung tersebut tidak terpakai. Hanya ada gudang dan beberapa kelas yang tidak terpakai lagi.Yiren bisa merasakan langkah kakinya sangking sepinya koridor.
"Ruangan yang gaada papan kelas." gumam gadis itu sambil menatap kearah ruangan diujung yang pintunya tertutup.
krek...
Yiren membuka pintu. Jendela kelas kosong itu terbuka, berhasil membawa angin sejuk masuk. Bola bola basket bertumpuk di dalam keranjang, kursi kursi berantakan, papan tulis yang penuh dengan gambaran asal, dan cemilan yang berceceran.
Gadis itu melihat orang yang dicarinya tengah tertidur diatas sofa. Ia mendekat. Yiren tertegun.
Dia yang bakal jadi pasangan gue. Seumur hidup.
Yiren menghela napas. Dia pengen membangunkan Chenle, tapi cowok itu tidur dengan pulas. Chenle mendengkur halus, wajah lelah tercetak di wajah damainya.
"Chenle, bangun."
Cowok Zhong itu ga ngerasa terganggu sama suara pelan Yiren. Gadis itu menepuk lengan Chenle pelan, "bangun."
Nggak ada tanda tanda Chenle akan bangun, Yiren mendudukkan dirinya di lantai dan menyenderkan kepalanya pada sofa. Ia menatap langit-langit kelas.
Kapan aku bahagia? lirihnya dalam hati.
Gadis itu melamun. Kalau dipikir-pikir, sedari lahir ia ga pernah ga dimanjakan orang tuanya. Dibelikan gaun yang banyak, kamar yang luas, asisten dan fasilitas apa saja semua didapat.
Tapi Yiren ga pernah ngerasain yang namanya bebas. Orangtuanya protektif karena cuma dia putri satu-satunya. Mau kemana aja harus ada pengawal. Bahkan Yiren sendiri ga dibolehin makan sembarangan di pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamonds |Chenle × Yiren
Fanfiction"your eyes drowned me, princess." "be careful with your sweet mouth, mr. zhong chenle. I'll never fall for you." start: 110220