Ditengah teriknya matahari, tampak dua orang gadis cantik sedang memberi hormat pada tiang bendera, salah satu dari mereka tampak kesal."Va diem deh! Berhenti ketawa seakan akan kita di hukum tu lucu, malu Va."
Alara mengomel sedari tadi melihat kelakuan Valen, sudah dihukumpun masih bisa tertawa selepas itu."Siapa yang nggak tau gue Ra? Biasa aja lah, jadi famouse itu emang harus berani ambil resiko, lagian lucu aja dihukum di sekolah sendiri."
Valen lagi lagi tertawa, Alara memandang wajah itu dengan seksama, ada luka yang tersimpan di sana ada ribuan tangis yang diredamnya dengan tawa palsu yang benar benar terlihat nyata."Va, gimana sama keluarga lain lo?."
Wajah riang itu terlihat kaget, Valen menoleh pada Alara, menatap sahabatnya itu tajam."Mati mungkin, gue nggak tau dia juga nggak pernah bahas si haram itu kalo dirumah."
Santai namun Alara tau Valen sedang menahan amarahnya."Suatu saat nanti kalaupun gue nggak sengaja ketemu sama mereka gue nggak sudi buat liat apalagi bersikap baik, bisa aja kan gue sebenernya udah ketemu mereka, kan gue belum pernah liat mereka."
Valen merogoh sakunya, mengambil sebungkus permen karet, dikunyahnya permen tersebut sambil melambaikan tangan jika ada adik kelas berjenis laki laki yang menyapanya dari jauh.
"Berani aja sekali dia bahas si haram di dalem rumah gue, nggak akan lagi dia liat gue yang manis."
Valen kembali menatap Alara dalam."Ra punya kalian aja gue udah bahagia banget, paling engga gue lupa sama kesan buruk dirumah itu, so please don't leave me."
Alara menggenggam tangan Valen lembut, senyuman tulus merekah dari bibir indahnya."Alara kayak lesbi ih pegang pegang, ngeri!."
Plakkk
"Aduh sakit Ra, hobi amat sih mukul kepala gue."
Valen mengaduh kesakitan, Alara tertawa ringan, Alara berjanji akan menjadi penguat bagi si kecil yang berlagak besar ini. Terlalu beresiko jika harus meninggalkan Valen, dia sosok yang begitu kuat dan rapuh secara bersamaan.🌼
Laki laki bertubuh jangkung itu melemparkan senyuman kearah seorang gadis yang kini tengah menikamati bekalnya, selalu menyempatkan diri di taman belakang sekolahnya hanya untuk menemani teman baiknya itu menghabiskan bekal.
"Aku lama ya?."
Gadis itu menggeleng, senyuman manis tercetak jelas di wajahnya."Vano udah makan emang?."
Tanyanya."Iya aku makan dulu tadi Ra, makannya telat kesininya."
Gadis itu melanjutkan makannya, sesekali mengambil beberapa suap untuk teman baiknya itu, Mayra gadis itu bernama Mayra Arumdani, teman baik bagi Devano Ibrellian."Vano aku udah ngumpulin tugasnya tadi, tapi buku kamu engga ada di tas tadi jadi engga aku kumpulin sekalian."
"Bukunya tadi di pinjem Pandu, udah di kumpulin pandu juga kok May."
Mayra hanya membulatkan bibirnya seolah berkata "oh"."Nanti malem kerja lagi?."
Tanya Mayra menatap Vano lembut, tidak dapat dipungkiri ada sesuatu yang terselip dihatinya untuk Vano, terlebih Vano adalah orang yang paling setia di sampingnya sejak kecil."Iya dong, biar tau rasanya kerja keras, biar bisa tau juga 'oh gini rasanya nyari nafkah buat anak istri' nantinya."
Vano tertawa melihat reaksi Mayra, entah mengapa pipinya tiba tiba memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
F. A. M. O. U. S (TAMAT)
Teen Fiction"Sekolah disana juga?." "STM Bima Sakti." Dipertemukan kembali setelah lahir menjadi sosok yang berbeda, Valendra Callista Handoko dan Devano Ibrellian. Seperti apa kisah mereka? Apakah sama dengan kehidupan sebelumnya? Atau malah mengukir kisah bar...