🌹Reyhan dan Devan berdiri di balkon kamar Valen, mereka sama sama diam tak bersuara, sibuk dengan pikiran masing masing.
Reyhan akui ini semua salahnya, bermain api hingga akhirnya membakar barang kesayangannya sendiri. Dia kira dengan memperalat Mayra penderitaan gadis itu akan semakin terasa, namun dia salah. Adiknya harus mati sia sia karena ulah konyolnya.
Mayra itu serakah, dia menginginkan Devan dan Reyhan secara bersamaan, Reyhan adalah ladang uang baginya, dan Devan adalah ladang kebahagiaan dan cinta untuknya.
Mendapat pilihan menjadi pelacur untuk Reyhan, Mayra menerima tanpa fikir panjang, toh dia juga menikmati semuanya.
Di lain sisi Devan merenung mengingat tawa riang Valen yang kini sudah tidak bisa lagi terdengar oleh telinganya, dia merindukan gadis itu.
"Semua salah gue." akhirnya Reyhan membuka suara, Devan tersenyum tipis tanpa mengalihkan pandangannya.
"Gue tau. Lagi pula nggak akan ada yang berubah meskipun lo ikutan mati juga, Valen nggak akan pernah bisa kembali."
Benar.
Penyesalan Reyhan tidak akan pernah mengembalikan nyawa gadis itu, tawanya, senyumnya, bahkan hanya harum tubuhnya sekalipun tidak.
"Perbaiki diri lo Rey, gue tau lo bisa. Meskipun tuas pengaman lo udah pergi jauh dari dunia ini, gue yakin lo bisa." Devan menepuk punggung Reyhan beberapa kali, dia kemudian meninggalkan Reyhan sendiri.
Devan memilih keluar, dia tidak bisa berlama lama di dalam kamar gadis berharganya yang sudah pergi begitu jauh dari kehidupannya.
Terlalu sesak dan menyakitkan, terlebih jika dia mengingat betapa parah luka luka gadis itu. Devan selalu berfikir, kenapa dia bodoh sekali tidak datang tepat waktu, saat itu gadisnya pasti sangat kesakitan dan membutuhkan dirinya.
Namun kembali lagi sudah menjadi takdir yang di goreskan Tuhan untuk mereka berdua, Devan tidak menyesali pertemuan mereka yang singkat, yang dia sesalkan adalah mengapa dia tidak mengatakan perasaannya dari awal.
"Aku nggak akan pernah ngelupain kamu Va, tapi hidup harus terus berjalan, aku mohon Va tunggu aku di sana."
Devan menuruni anak tangga, dia berpamitan pada Laras.
-
-
-
-
-"Maafin kakak Va."
Reyhan menangis, dia sungguh merasa tidak berguna untuk adiknya, dia tidak bisa melindungi adiknya sendiri karena keegoisannya.Sudah terlambat Reyhan, penyesalan manusia tidak akan pernah mengembalikan apapun yang sudah hilang, dan pergi.
Reyhan duduk di tepi ranjang mendiang adiknya, dia mengambil figura kecil di atas nakas samping ranjang Valen. Foto keduanya saat masih kecil, Reyhan benar benar tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Dia membawa adiknya ke akhir yang begitu buruk, dia bukan seorang kakak yang baik untuk adiknya yang selalu memuja dan mengandalkan dirinya.
"Va, awal dari kekacauan ini bukan karena Papa. Tapi karena kakak, maafin kakak Va."
Isakan di tengah kesunyian kamar semakin jelas terdengar, dulu kamar ini akan selalu ramai karena penghuninya yang ceria. Kini semua benar benar lenyap dalam seketika.
Manusia selalu saja begitu, serakah, tidak tahu malu serta egois. Mereka tidak pernah berfikir panjang dari langkah yang akan mereka ambil.
Angin berhembus dingin, tirai tirai kamar mendayu dayu menambah lengkap suasana dingin nan hampa.
Reyhan meletakkan firgura itu, dia kemudian keluar menutup pintu perlahan, seakan akan takut jika adiknya terbangun dari tidur nyenyaknya.
Reyhan selalu bertanya tanya, bisakah dia bertemu dengan adiknya lagi? Atau bertemu orang yang sangat mirip dengan adiknya mungkin?
Hanya Tuhan yang bisa menjawab pertanyaan Reyhan, karena manusia tidak memiliki kekuatan apapun untuk bisa mewujudkan semua keinginannya. Tidak cukupkah manusia dengan sikap egoisnya?
🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
F. A. M. O. U. S (TAMAT)
Teen Fiction"Sekolah disana juga?." "STM Bima Sakti." Dipertemukan kembali setelah lahir menjadi sosok yang berbeda, Valendra Callista Handoko dan Devano Ibrellian. Seperti apa kisah mereka? Apakah sama dengan kehidupan sebelumnya? Atau malah mengukir kisah bar...