🐾 Mendung.

1.8K 177 38
                                    

Selamat membaca.
Budayakan vote dan komen ya.
Terimakasih.

🌼


Valen memandang kosong ke arah dinding UKS, tidak ada yang di pikirkannya, dia hanya menenangkan diri.  Entah menenangkan diri dari apa, dirinya sendiri juga tidak tau.

Niko, dokter muda yang bekerja di UKS sekolahnya tersenyum melihat Valen yang sejak masuk tidak membuka mulut sama sekali. Niko berdiri dari kursi kerjanya, dia mendekat ke arah Valen, kemudian jongkok di depan Valen yang tengah duduk di ranjang UKS.

"Kamu pusing? Atau demam?."

Valen mengangguk, dia kemudian menyentuh kepalanya.

"Sakit."

Niko beranjak, segera mencarikan obat untuk sakit kepala Valen, bagi Niko Valen sudah tidak asing lagi karena Valen adalah adik dari temannya semasa kuliah dulu. Di akuinya bahwa dia cukup dekat dengan Reyhan serta dokter spesialis Valen, Ardi.

Niko menyodorkan sebuah pil pereda sakit kepala, Valen mendongak menatap Niko. Tatapannya masih sama, kosong tanpa arti.

"Aku mau ice cream, bukan obat." Niko tertawa pelan, dia kemudian mengusap puncak kepala Valen.

"Yaudah aku beliin, kamu tunggu di sini." Valen mengangguk, kondisinya saat ini tidak sepenuhnya sadar. Tidak mungkin Valen akan mengangguk dan menuruti setiap kata yang di lontarkan Niko, dia itu tipe gadis yang ganas.

Niko buru buru keluar, berlari ke kantin untuk membelikan ice cream coklat kesukaan Valen. Sepanjang perjalanan Niko banyak di sapa oleh siswi siswi yang mengaguminya. Maklum dia salah satu spesies manusia tampan di sekolah.

Setelah mendapatkan apa yang di cari Niko langsung kembali ke UKS, takut takut kalau Valen berkeliaran di kondisi yang tidak stabil seperti itu.

Niko menghela nafas lega, Valen masih duduk anteng di tempatnya tadi. Niko memberikan ice cream itu sambil tersenyum hangat.

"Cuma satu?."
Tanya Valen sambil menatap wajah Niko, Niko menggaruk lehernya bingung. Dia seperti orang bodoh, kenapa hanya satu coba?

Valen teringat sesuatu, dia meraba lehernya sendiri, Niko bertanya ada apa.

"Kenapa Va? Ada yang sakit?."

"Kalung, kalung dari Papa kok nggak ada di leher aku." ini bedanya Valen saat kondisinya tidak stabil, dia tidak akan bicara kasar, dia juga akan menyebut dirinya 'aku' bukan 'gue'.

"Ketinggalan dirumah kali, atau jatoh?."

Valen menggumam, mungkin saja jatuh, sangat di sayangkan kalau hilang. Kalung pemberian Papanya yang itu adalah kalung favoritnya.

"Mungkin. Tapi,,,

Niko menunggu ucapan Valen.

"Kenapa ice creamnya cuma satu? Niko jadi miskin sekarang?."

Niko melongo tidak percaya, bisa bisanya Valen mengatakan hal yang tidak akan mungkin terjadi. Maksud Niko yang jangan sampai terjadi dalam kehidupannya.



Mayra.
Nanti malem kita ketemu di taman biasa ya.

Devan menghela nafas, dia tidak ingin berada di situasi canggung saat bertemu dengan Mayra nanti. Devan mendudukan diri di kursi taman sekolahnya, ingin menolak tapi tidak bisa, kalau bertemu dia juga harus bicara apa?

Situasinya lumayan sulit.

Mayra.
Aku janji bakal bersikap lebih bijak.

Pesan dari Mayra muncul lagi, dengan nafas berat degan meng'iyakan' ajakan Mayra untuk bertemu nanti malam.

F. A. M. O. U. S (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang