🐾Langkah terakhir.

2K 205 34
                                    


🌹

Seminggu sudah berlalu sejak kejadian terbukanya identitas Mayra, gadis itu tidak pernah menampakkan diri lagi di sekolah, Devan membiarkan pikirannya tentang Mayra dia tidak ingin lagi berurusan terlalu jauh dengan gadis yang selama ini membohonginya habis habisan.

"Van!."
Devan membalikkan tubuhnya, terlihat Valen berlari dari ujung koridor dengan wajah berseri bahagia.

Senyuman itulah yang pertama kali mampu membuat dunia Devan teralihkan, gadis yang bicara seenaknya saat mereka makan di pinggiran jalan, gadis yang memaksa mengantarnya ke rumah dan gadis yang menjelek jelekkan sekolahnya saat itu.

Gadis yang kini juga menjadi alasan mengapa dia bisa  tersenyum sebahagia ini, Devan hanya meminta kepada Tuhan satu hal agar gadisnya tidak lagi menangis di kedinginan malam, tidak lagi membenci hidupnya yang sulit, dan tidak lagi berencana untuk mengakhiri hidupnya lagi.

Valen langsung memeluk Devan, nafasnya terengah karena berlari dari ujung koridor. Devan membalas pelukan Valen, mengelus puncak kepala Valen sayang.

"Jangan kebiasaan lari lari gitu, nanti kalo jatoh gimana?."

Valen melepas pelukannya kemudian terkekeh, dia menggeleng.

"Ada kamu yang bakal nangkep aku, rela jatoh berdua sama aku. Iya kan?." keduanya terkekeh, Devan kembali mengacak surai coklat Valen gemas.

"Rambut aku jadi acak acakan." ucap Valen sambil cemberut.

Devan tidak pernah menyangka dia akan memiliki seseorang yang bisa di jadikannya alasan terkuat untuk tetap hidup, untuk tetap tersenyum. Dulu baginya hanya Mayra yang paling mengerti dan paling baik untuk dirinya, namun Tuhan selalu punya rencana paling indah untuk setiap makhluknya.

"Tetep cantik kok sayang." pipi Valen memerah, dia belum pernah berpacaran sebelumnya, kali ini dia benar benar merasakan apa yang di katakan orang orang bahwa cinta bisa mengubah segalanya, bisa membuat orang gila seketika, dan bisa membuat hati yang keras menjadi lembut.

"Iya tau kok Devan, aku emang udah di takdirin cantik dari lahir."

Jawab Valen sudah percaya diri, dia kemudian tertawa menggandeng Devan menuju kelasnya.

-
-
-
-
-

"Kakak nggak pernah nemuin siapapun di sekolah kecuali pak Andre."

Pandangan Alara masih lurus ke depan, seakan kosong tanpa pikiran sama sekali. Dia sudah berkali kali melihat Reyhan masuk ke dalam laboratorium, dan mendengar dirinya berbicara dengan seseorang. Alara tau hubungannya dengan Reyhan masih tidak jelas, namun jika dia tetap begini maka tidak akan ada akhir yang jelas pula dalam hubungan mereka.

"Udah kak, Lara nggak berhak tau juga. Lara cuma mau bilang, Lara bisa ngerasain sakit saat kakak bohong sama Lara kayak sekarang. Kita nggak perlu bahas apapun lagi."

Alara beranjak dari tempatnya, namun tangannya di tahan oleh Reyhan, Alara memberanikan diri menatap manik mata Reyhan, pria yang selama ini bisa meluluh lantakkan hatinya tanpa memberi gombalan atau melakukan apapun. Dia menarik Alara dengan caranya sendiri, namun sepertinya kisah cinta pertamanya juga tidak berjalan selancar keinginannya.

F. A. M. O. U. S (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang