🐾Lembar baru.

3.7K 239 51
                                    


🌹

5 tahun kemudian.

"Tolong kosongkan jadwa saya hari ini."

"Baik pak."

Devano Ibrellian, CEO muda dari sebuah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, kini usianya sudah hampir memasuki 25 tahun namun belum ada tanda tanda untuk menyudahi masa lanjangnya di usianya yang sudah dapat di katakan matang.

Sejak menjadi CEO dia menggunakan nama Ibrellian sebagai nick namenya, entahlah mungkin dia hanya ingin melupakan semua kejadian pahit di masa lalu.

Devan mengambil ponsel, dia kemudian berbicara dengan seseorang di ujung sana.

"Gue harap lo nggak sok sibuk lagi."

Terdengar kekehan ringan dari ponselnya.

Ya, dia sedang berbicara dengan seorang Reyhan, teman sekaligus kakak dari mendiang kekasihnya.

Lebih parah dari Devan, Reyhan yang sudah berumur lebih dari 30 tahun itu juga memutuskan untuk tetap melajang tanpa istri. Dia tidak ingin membuat siapapun lagi terluka karena kecerobohan serta keegoisannya.

Sampai saat ini dia masih egois seperti dulu, hanya saja kini tidak ada lagi yang merasa di sakiti.

"Gue otw ke kantor lo."

Devan memutus sambungan teleponnya, dan langsung bergegas mengambil jas kemudian pergi.

Di perjalanan Devan hanya memandangi jalanan yang lumayan senggang itu, tidak memikirkan apapun serta sedang tidak ingin memikirkan apapun.

"Berhenti di cafe biasa dulu Pak, saya mau minum kopi sebentar." sang supir mengangguk.

Begitu sampai Devan langsung turun memasuki cafe yang juga herannya sedang lumayan senggang, tidak seperti biasanya batin Devan.

"Americano seperti biasanya."
Pesan Devan pada pelayan muda lalu tersenyum, mereka sudah paham dengan pria tampan itu karena dia memang langganan di cafe mereka.

Sambil menunggu Devan memainkan ponselnya, tanpa melihat kearah kiri kanan.

Brakk

Kursi yang sedang di dudukinya bergeser sedikit, terdengar rintihan sakit dari mulut seseorang.

"Adu du du du du du duhhhh,,,, sakit sakit." buru buru gadis itu jongkok mengelus elus kakinya yang baru saja tersandung kaki kursi.

Devan menoleh, melihat seorang gadis pendek yang tengah jongkok, dia masih menggunakan seragam sekolah.

Tunggu, ini baru jam 10 anak anak sekolah sudah dapat di pastikan belum pulang sekolah.

"Awww, kenapa sakitnya nggak ilang ilang." keluh gadis itu masih mengelusi kaki kecilnya.

"Maaf, harusnya kamu lebih hati hati." gadis itu langsung mendongak, menatap mata Devan dengan tatapan sayu.

Mata Devan membulat. Tidak mungkin, batinnya.

Udara di dalam paru paru Devan seakan akan hilang, dia sulit bernafas. Kerongkrongannya seperti tercekat, tak mampu mengeluarkan sepatah kata kata lagi.

"Iya om tau kok, Abell buru buru makannya kesandung."

Abell? Abell?

Dia bukan Valen?

Devan sulit mencerna apa yang sudah di lihatnya, gadis itu benar benar mirip Valen saat masih SMA, sungguh seperti duplikatnya.

"Abell?." tanya Devan membeo.

Gadis itu berdiri, dia kemudian mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Devan.

"Kenapa? Oom pedofil ya? Suka sama anak anak?."

Devan buru buru menggeleng memalingkan wajah, dia mungkin hanya berhalusinasi.

"Saya bukan pedofil."

Gadis itu berdecih kesal.

"Ngomong ngadep tembok, om Abell di sini bukan di sana."

Devan menarik nafas berulang kali, pasti sekarang wajah gadis itu sudah berubah. Dia kemudian berbalik menatap gadis itu, namun lagi lagi wajahnya tetap sama, persis seperti Valen.

"Nama kamu,,,

Dengan wajah berseri gadis itu mengulurkan tangannya.

"Abellia Revalin." senyuman di wajah itu benar benar membuat Devan seperti kembali ke 5 tahun silam, apa mungkin dia Valen?

"Kamu masih SMA?."

Abell mengangguk.

"Iya, Abell kan baru 17 tahun mana mungkin udah kuliah."

Dia 17 tahun? Kalau dia memang Valen seharusnya wajahnya sudah berubah lebih dewasa, namun wajah ini benar benar wajah gadis berumur 17 tahun.

"Nama kamu bukan Valen?."

Abell tersenyum kikuk, takut kalau saja pria di hadapannya adalah sosok pria gila.

"Maaf om, Abell nggak tau kalo om stress. Abell duluan, kalo ketauan Mami di sini Abell bisa bisa di gorok."

"Dada om!." Devan tidak percaya, bahkan sikap blak blakan serta cerianya benar benar mirip seperti Valen.

Gadis itu melambai, meskipun sudah keluar dari cafe.

Kenapa hari ini sungguh hari yang sangat aneh bagi Devan?

Tidak ada pilihan, Devan harus mencari Abell. Dia harus mendapatkan gadis itu.

🌹

Fyi, ini benar benar ending ya dear readers kesayangan. Saya bosen pakek alur yang happy ending terus, di kisah nyata pun nggak semua orang punya akhir kisah yang selalu bahagia. Jadi saya harap bagaimana pun ending dari sebuah cerita tidak menjadi patokan kalian puas atau tidak, cerita bisa di anggap memuaskan ketika kalian terbawa dengan suasana yang di ceritakan bukan tergantung ending.

Saya seneng di kritik, karena itu salah satu langkah baru buat saya belajar dari kesalahan.
Terima kasih untuk yang sudah membaca, sampai bertemu di kisah selanjutnya.

Anandahumairarazaq™
💙💙

F. A. M. O. U. S (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang