🐾Semakin yakin.

2K 187 27
                                    

Selamat membaca.
Budakan vote dan komen ya:)
Mumpung malem minggu update lagi, karena author tau penumpang wp rata rata jomblo kwkwkw.
Canda author juga jomblo kok:v

🌼

Valen hari ini sudah di perbolehkan pulang meskipun dia masih kesulitan untuk melakukan aktifitas dengan tangan kirinya, Reyhan membuka pintu mobil untuk Valen. Gadis bertubuh pendek itu mengulas senyum senang, berfikir bahwa menetap beberapa hari di ruma sakit untuk bolos sekolah adalah sesuatu yang bagus, tapi ternyata malah mengundang kesuntukan luar biasa.

"Masuk langsung istirahat."
Instruksi Reyhan pada adiknya.

"Gue malah pengennya langsung hangout."
Jawab Valen sambil nyengir.

"Hih tau gitu kemaren harusnya lo langsung mati aja Va."

Valen mendelik galak, Reyhan tertawa ngakak. Reyhan merangkul bahu Valen mengajak si bungsu masuk, kalau di teruskan bisa bisa jadi perang dunia III.

"Mama!!."

Valen berlari ke arah Laras dan langsung memeluk Mamanya erat, seakan melepas rindu yang begitu dalam. Padahal setiap hari Laras selalu menemani putrinya di ruma sakit, Laras mengecup puncak kepala Valen, bersyukur putrinya sudah sembuh meskipun belum total.

"Gausah peluk pelukan kayak teletabis." sindir Reyhan pada kedua mahluk kesayangannya itu.

Valen langsung nyinyir, andai saja keluarga mereka tidak memiliki masalah apapun, pasti mereka akan menjadi keluarga paling harmonis. Namun kembali lagi dengan permainan dunia, tidak ada yang sempurna termasuk lika liku kehidupan rumah tangga.

"Ma, Papa mana kok kemaren juga nggak nemenin Ava?." tanya Valen dengan wajah polos, dia itu terlalu cepat melupakan sesuatu yang menyakitinya di dalam otak, namun semua di timbun dalam hatinya.

Bukan lupa, Valen mengingat yang Brian katakan hari itu, dia juga mengingat bagaimana Brian membentak dirinya. Hanya saja memang dia tidak senormal yang lainnya, dia berfikir kalau hal itu adalah senjata baginya, suatu saat dia bisa menggunakan senjata itu untuk membunuh Brian secara perlahan.

"Papa lagi ke Vietnam, kamu kaya gatau Papamu aja. Dia sibuk terus." Reyhan berdecih, saking sibuknya dia sampai menginap dirumah simpanannya.

"Mending lo makan, terus tidur. Besok lo sekolah, jadi nabung tenaga sana." Valen hanya mengangguk sembari menggumam tidak jelas.

Laras tertawa melihat kedua anaknya itu terkadang terlampau akur, kadang juga bisa mendatangkan stress tiba tiba.

Apalagi Reyhan, dia termasuk yang harus di perhatikan. Sejak jatuhnya Valen dari masa masa bahagia dia adalah salah satu sosok yang paling membenci Papanya sendiri, dia bahkan berjanji akan membunuh Brian dan wanita tidak tau diri itu di usianya yang ke 15.

Semakin hari mental Reyhan semakin tidak terkendali, untuk mencegah hal hal buruk terjadi Laras akhirnya memilih untuk memberikan perawatan dokter psikologis pada putranya secara intensif. Hasilnya Reyhan kini terlihat lebih normal selama tidak ada yang menyakiti adiknya, kalau adiknya terluka dia akan menggila lagi seperti sebelum sebelumnya.

"Ma Ava ke kamar dulu." Laras mengangguk, membiarkan putrinya istirahat.

"Ma Rey mau ke kantor."

F. A. M. O. U. S (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang